Siapa yang masih belum menggunakan BPJS Kesehatan? Saya rasa hampir semua masyarakat Indonesia menggunakan BPJS Kesehatan, karena yang tidak mampu pun akan tetap bisa menggunakan BPJS Kesehatan yang iuran bulanannya gratis ditanggung oleh pemerintah. Sebab Pemerintah menyelenggarakan Program Penerima Bantuan Iuran BPJS untuk masyarakat kriteria tertentu.
Namun sekalipun
membayar iuran pun disesuaikan dengan kemampuannya, dan masyarakat sangat
terbantu sekali. Contohnya yang dialami adik ipar saya sewaktu melahirkan anak
pertamanya di tahun 2016, selain harus dioperasi karena kondisi tertentu, adik
ipar saya mengalami kelainan jantung yang harus dirawat.
Alhamdullilah, saat itu
menggunakan BPJS Kesehatan, termasuk ketika melakukan rawat jalan untuk proses
penyembuhannya. Bisa dibayangkan jika harus menggunakan biaya mandiri, akan
habis puluhan juta sementara adik saya bekerja di sebuah klinik kesehatan yang
gajinya tidak cukup untuk membiayai itu semua.
Belum lama juga famili
saya harus dioperasi karena diduga memiliki tumor jinak, dioperasi di sebuah
rumah sakit swasta dengan menggunakan BPJS Kesehatan dan gratis. Ingat, 12
tahun lalu di rumah sakit yang sama, saya harus mengeluarkan uang 15 juta saat
itu juga agar alm anak saya bisa masuk ICU. Jadi harus diakui BPJS benar-benar
bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan.
Meski awal
kemunculannya banyak diragukan, tidak hanya sebagai pasien rumah sakit, tapi
sebagai rekanan, BPJS Kesehatan juga mengalami penolakan di rumah sakit swasta.
Bahkan ada rumor yang mengaitkan BPJS Kesehatan hanya untuk kalangan bawah,
yang pada akhirnya sesuai perkembangannya BPJS Kesehatan semakin memperbaiki
diri. Tidak hanya pasien BPJS Kesehatan yang merasa nyaman, tapi rumah sakit
berebut untuk dapat bekerjasama.
Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki
Keren
Menurut saya filosofi
judul tersebut sangat sesuai dengan apa
yang terjadi dulu dan kini bagi pengguna BPJS. Dulu banyak yang meremehkan
karena merasa kecewa dengan berbagai pelayanannya yang masih terus beradaptasi,
dan kini banyak dicari digunakan untuk memudahkan dalam proses pembiayaan
kesehatan.
“Roso Telo Dadi Duren,
Biyen Gelo Saiki Keren Catatan 10 tahun Perjalanan BPJS Kesehatan” ditulis oleh
Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc.,Ph.D, AAK selaku Direktur Utama BPJS
Kesehatan.
Saya dan teman-teman
yang hadir dalam acara launching buku tersebut ikut terharu, karena kami juga
bagian dari pengguna BPJS, saya sendiri pernah menggunakan untuk berobat di
Puskesmas saat bahu saya mengalami frozen shoulder, dan dirujuk untuk therapi
ke RSUD. Pelayanan pasien BPJS sejauh ini sudah mengalami peningkatan lebih
baik.
Membaca buku “Roso Telo
Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 tahun Perjalanan BPJS Kesehatan”
akan membuat kita memahami perkembangan BPJS Kesehatan dari tahun ke tahun,
seperti bercermin pada diri sendiri ketika awal menerima kehadiran BPJS dan
kini merasakan manfaatnya.
Selain buku “Roso Telo
Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 tahun Perjalanan BPJS Kesehatan”,
BPJS Kesehatan juga meluncurkan buku Prinsip Dasar Sistem Jaminan Sosial dan
Asuransi Kesehatan, yang mengulas tentang
program JKN, Kelas Rawat Inap Standar, Kebutuhan Dasar
Kesehatan,Transformasi Digital dan lain-lain. Bagus dibaca untuk lebih
mengetahu program BPJS Kesehatan.
Sebuah perjuangan
panjang mengubah mindset orang banyak tentang BPJS Kesehatan ini, seperti yang
diucapkan Ghufron Mukti:
”Bukan hal yang mudah
untuk mendaftarkan lebih dari 97% penduduk Indonesia menjadi peserta JKN dalam
waktu 10 tahun, Di saat yang bersamaan BPJS Kesehatan juga dituntut untuk
meningkatkan kepuasaan peserta JKN dengan memberikan pelayanan yang mudha,
cepat, dan setara. Dengan kerja keras dan kolaborasi bersama segenap pihak BPJS
Kesehatan mampu bertahan menghadapi beragam tantangan dalam mewujudkan
Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia.”
Luarbiasanya, per bulan
Mei 2024, angka kepesertaan BPJS Kesehatan sudah mencapai 271,2 juta jiwa. Bisa
dibandingkan dengan 10 tahun lalu yang hanya 114 juta jiwa, dan besaran angka
pemanfaatan program JKN sudah mencapai angka 606,6 juta per tahun pada tahun
2023. Menjadi gambaran bahwa masyarakat semakin merasakan manfaat BPJS
Kesehatan.
Dalam acara launching
buku ini diluncurkan juga fitur baru aplikasi Mobile JKN, yaitu fitur BUGAR
yang akan membantu peserta JKN memantau data vital kesehatan. Seperti
pengukuran tubuh, aktivitas langkah, energy yang dihabiskan, dan jarak tempuh
sehari-hari dengan berjalan, serta mengukur kualitas tidur dan kalori.
Makin canggih bukan,
tidak hanya pelayanannya yang makin terdepan, semoga ke depan leb\ih banyak
lagi inovasi yang bermanfaat bagi semua masyarakat pengguna BPJS Kesehatan.