Melawan Kekurangan Gizi dengan Tanaman Liar

by - November 02, 2024

 

Tanaman liar Bergizi


Pada artikel sebelumnya di blog saya ini, saya pernah menulis bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggi angka stuntingnya di Asia Tenggara. Hal ini terbukti dengan laporan SKI yang menyatakan angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari sebelumnya.

Kurang Edukasi Gizi Mengancam Angka Stunting di Indonesia Makin Tinggi

Apa penyebab stunting di Indonesia?

Faktor-faktor yang menyebabkan stunting selain lingkungan yang tidak sehat, faktor sosial ekonomi, kesadaran masyarakat yang rendah, adalah gizi buruk. Masyarakat tidak mendapat edukasi gizi, kesehatan ibu hamil yang rentan karena kurang asupan gizi. Terutama hal ini terjadi di wilayah yang memiliki akses jauh dari kota, masyakarat yang memiliki ekonomi ke bawah.

Dari Data Riset Kesehatan Dasar 2010, terungkap bahwa angka kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi yakni 19.9% dan penyebab utamanya adalah kemiskinan. Makanan bergizi identik dengan mahal, tidak terjangkau masyarakat kelas bawah, karena kenyataannya memang kekurangan gizi banyak terjadi pada masyakat yang memiliki keterbatasan pangan.

Disinilah dibutuhkan sinergi untuk mengedukasi gizi agar Indoensia tidak lagi mengalami darurat pangan yang menyebabkan gizi buruk, berakhir stunting. Sebab Indonesia sesungguhnya merupakan negeri yang kaya akan  pangan karena memiliki tanah yang subur dan beragam sumber daya alam. Bahkan dalam lagu Kolam Susu yang dinyanyikan group band Koes Plus, terbaca bait-bait yang menggmbarkan betapa suburnya Indonesia:

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Karena memang Indonesia adalah negeri yang kaya pangan, saya pernah membaca menurut Data Badan Pangan Nasional 2022 Indonesia mendudukin peringkat ketiga dengan kekayaan 77 jenis tanaman sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 110 jenis rempah dan bumbu, serta 40 jenis bahan minuman. Keragaman sumber pangan ini tertinggi di dunia setelah Brazil.

Jika sampai Indonesia mengalami angka stunting tinggi karena dampak kurang gizi, apakah ini tidak miris sekali?

Hayu Diah Patria: Memanfaatkan Tanaman Liar untuk Solusi Gizi Masyarakat Indonesia

Tanaman Krokot Kaya Akan ASAM Lemak Omega-3

Hayu Diah Patria, wanita manis kelahiran Gresik- Jawa Timur tahun 1981, berawal dari membuat penelitian tentang kandungan gizi mangrove saat menjadi mahasisiwi Universitas Widya Mandala Surabaya pada tahun 2004, membuatnya memiliki misi besar untuk melawan kekurangan gizi dengan memanfaatkan tanamam liar yang kerap diabaikan karena ketidaktahuan masyarakat akan kandungan gizinya. Padahal tanaman itu selain mudah didapat, juga gratis karena kerap tumbuh liar, sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.

Misi besarnya ini diawali di Desa Galengdowo di wilayah Jawa Timur yang merupakan desa yang memiliki akses cukup jauh dari kota. Desa miskin yang memiliki sumber daya alam hayati melimpah. Di sini Hayu melihat terdapat tanaman liar yakni krokot dan katsuba. Katsuba ternyata memiliki kandungan mineral, dan krokot yang biasa digunakan untuk makanan jangkerik memiliki kandungan beragam vitamin, dan senyawa yang bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan.

“Daun Krokot banyak mengandung Lemak Asam Omega-3 yang setara dengan ikan, bermanfaat untuk perkembangan otak anak, “ ungkap Hayu.

Tidak hanya itu, penelitian Hayu berkelanjutan hingga beragam tanaman gulma atau tumbuhan liar seperti bayam duri, kenikir, daun jelatang, dikenalkan ke masyarakat di berbagai desa di Jawa Timur. Tanaman tersebut disinyalir sangat bagus dikonsumsi untuk memenuhi gizi masyarakat karena kaya akan vitamin, mineral, dan serat. Cara pengelolanya pun mudah, bisa direbus sebagai lalapan, bisa ditumis, atau disayur bening, dan lain sebagainya.

Para ibu hamil, ibu menyusui diharapkan dapat memenuhi gizinya dengan berbagai tanaman liar yang Hayu teliti kandungannya, seperti daun jelatang yang mengandung zat besi tinggi. Tidak hanya mengenalkan jenis tanaman liar dan kandungannya, Hayu juga mengajarkan cara membedakan tanaman liar yang bisa dikonsumsi, dan cara mengolahnya agar kandungan gizinya tetap terjaga.

Kiprah Hayu Dalam Edukasi Gizi Tanaman Liar

Untuk menunjang misinya melawan kurang gizi dengan tanaman liar, tahun 2009 Hayu pun mendirikan sebuah lembaga pemberdaya masyarakat yang fokus pada pemanfaatan tanaman liar untuk bahan pangan, bernama Matasa, yang berfokus di Desa Galengdowo.

Hayu juga memberdayakan ibu-ibu rumah tanggga di Desa Galengdowo yang memanfaatkan tanaman liar sebagai bahan makanan untuk memasarkannya ke berbagai daerah seperti Yogjakarta, Surabaya dan Jakarta. Tanaman liar tersebut diolah menjadi beragam makanan mulai dari selai, kue, dan minuman. Tidak hanya meningkatkan gizi masyarakat, tapi juga membuka perekonomian dari hasil penjualan tersebut.

Kini sarjana teknologi pangan ini telah berhasil mengidentifikasikan sekitar 300 spesies tanaman liar, dan merangkul kalangan akademis dan peneliti untuk menemukan kandungan nutrisi yang terdapat pada tanaman liar, dan berhasil meneliti 10 tanaman pangan liar secara mendalam.

Penghargaan Satu Indonesia Awards Tahun 2011 Untuk Hayu Dyah Patria

Atas kiprahnya pada kehidupan berkelanjutan melawan kekurangan gizi dengan tanaman liar ini, Hayu Dyah Patria mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards (SIA) di bidang lingkungan oleh Astra pada tahun 2011.  

Satu Indonesia Awards 20111

Satu Indonesia Awards (SIA) adalah program pemberian apresiasi untuk generasi muda Indonesia yang berprestasi dan mempunyai kontribusi positif untuk masyarakat dan lingkungannya, yang diadakan oleh PT Astra International Tbk, dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2010.  Satu Indonesia Awards meliputi lima bidang yaitu Kesehatan, Lingkungan, Pendidikan, Teknologi, dan Kewirausahaan.

Tentu saja misi Hayu membutuhkan banyak support agar sampai ke seluruh pelosok Indonesia, sehingga bisa mengurangi angka kekurangan gizi yang akan menyebabkan terjadinya stunting. Yuk, kita mulai dari diri sendiri dengan menanam tanaman liar seperti krokot, bayam berduri, di halaman rumah, dan mengenalkan sebagai salah satu isi piring kita di rumah. Dan, wujudkan Indonesia Emas 2045!


Sumber data dan foto: viva.co, wikipedia, Badan Pangan Nasional

You May Also Like

6 komentar

  1. Masya Allah ya, bahkan tanaman liar pun bisa menjadi penggerak ekonomi yang menyehatkan juga. Moga hasil pangannya bisa diekspor hingga ke seluruh dunia.

    ReplyDelete
  2. Apa yang dilakukan Hayyu ini memang patut dan layak diapresiasi. Ide dan kreatifitasnya dalam pengolahan tanaman liar sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat dan memberikan dampak positif. Aku baru tau tentang inovasi pengolahan ini. Penghargaan ini tepat untuk Hayyu

    ReplyDelete
  3. Di rumah saya ada banyak tanaman krokot. Suka karena bunganya cakep. Ternyata ada manfaat sebagai herbal juga, ya. Saya baru tau, nih

    ReplyDelete
  4. Keren banget nih, dari tanaman liar bisa memerangi kekurangan gizi pada manusia

    ReplyDelete
  5. Penasaran sama rasa olahan tanaman liar, terutama krokot dan katsuba.
    Namanya cukup unik dan sulit untuk diingat, huhhuu.. memang anak Biologi ini kalo ngapalin jenis-jenis tanaman plus manfaatnya serta diolah menjadi makanan yang bernilai secara nutrisi juga sisi bisnis, luar biasa.

    ReplyDelete
  6. Menarik sekali temuan mba Hayu Diah. Kandungan-kandungan penting yang ada dalam menu gizi seimbang ternyata terdapat juga pada tanaman liar. Pantas saja inovasi di bidang lingkungan ini dia dapat apresiasi SATU Indonesia Award.

    ReplyDelete