Dibandingkan dengan
mencari sekolah SD, SMP, menurut saya mencari sekolah menengah tingkat atas
cukup sulit. Karena menurut saya di sini sudah harus fokus ke bakat dan minat
anak, bukan lagi sekedar sekolah dengan teori dan tanpa arah. Sebelum akhirnya
anak akan menemukan tingkat lanjutannya yakni kuliah.
Di mana untuk itu
dibutuhkan sekolah yang juga siap membentuk karakternya, kemampuan dan
kemandiriannya, dan juga menumbuhkan jiwa leader
dalam dirinya. Agar ketika anak-anak memasuki bangku kuliah sudah memiliki
kepribadian dan kemampuan akademik yang dapat diandalkan.
Webinar SMA Pintar Lazuardi : ‘Kiat Memilih SMA yang Tepat’
SMA
Pintar Lazuardi Menerapkan Pentingnya Pendidikan Karakter
Nah, untuk adiknya yang
dua tahun lagi memasuki jenjang sekolah menengah tingkat atas, jadi PR besar
saya dan suami agar bisa lebih baik lagi mencarikan sekolah. Maka begitu ada
undangan weinar bersama SMA Pintar Lazuardi tanggal 23 Oktober 2021 kemarin,
dengan mengusung tema ‘Kiat Memilih SMA yang Tepat’, saya langsung bersedia
ikut tanpa pikir panjang lagi.
Pembicara pertama dalam webinar ini adalah Bapak Haidar Bagir yang cukup sepemahaman dengan saya dalam hal prestasi anak di sekolah, yakni tidak berpatokan pada rangking sekolah. Tapi utamakan kemampuan anak dalam leadership, membantu hobby anak agar mengembangkan kemampuannya, dan memberikan kurikulum yang tidak membenani anak-anak. Setuju, Ibu dan Bapak?
Setuju dong ya, kita bisa membayangkan jika sekolah hanya memberikan tugas rumah marathon lalu memberi nilai, cukup. Yang nilainya bagus pintar dengan rangking 10 besar, yang nilai buruk distempel tidak pintar. Padahal pintar atau tidak itu luas sekali penjabarannya, tidak hanya sekedar teori hapalan, hitungan.
Dan di SMA Lazuardi
mendukung hal-hal yang seperti dijabarkan oleh Bapak Haidar, termasuk juga
memberikan kelas daring dan luring mengingat kondisi masih pandemic. Apalagi di
masa depan kegiatan online ini akan memegang kendali sesuai dengan jamannya era
digital, sehingga kelak tidak akan kaget dengan perubahan teknologi.
Memang pendidikan
karakter itu penting, dan diolah melalui disiplin yang positif, seperti yang
dipaparkan Irfan Amalee selaku Cofounder Peace Generation tentang 7 prinsip
disiplin positif yaitu:
1.
Menumbuhkan kesadaran internal
2.
Bukan karena hukuman, tapi konsekuensi
logis
3.
Dukungan bukan hadiah
4.
Koneksi sebelum koreksi
5.
Memahami bukan menghakimi
6.
Mengendalikan diri bukan mengendalikan
anak
7.
Lembut sekaligus tegas
Mendengarkan
point-point dari Irfan Amalee tentang 7 prinsip disiplin positif, membuat perasaan
saya tertancap dalam, sebab betapa selama ini saya banyak melakukan kesalahan
dalam menerapkan disiplin ke anak-anak. Diantaranya saya suka mengoreksi apa
yang dilakukan anak-anak tanpa melakukan pendekatan lebih dahulu, kenapa mereka
melakukan itu. Saya juga tegas tapi tidak lembut, huhuhu.
Di sini Irfan juga
memberikan gambaran atau symbol 5 binatang yang harus dikuasai oleh anak-anak
dalam dirinya, yakni:
1.
Singa (melambangkan tubuh kita)
2.
Rajawali (melambangkan pikiran)
3.
Bunglon (melambangkan emosi)
4.
Sapi (melambangkan aset)
5.
Ayam jago (melambangkan waktu)
Ada satu gambaran juga
tentang pekerjaan di masa depan yang disampaikan, kelak teknologi akan semakin
maju dan lebih banyak menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia. Jika
anak-anak tidak didik secara karakter yang menciptakan kemandirian, kemampuan
berpikir, apakah anak-anak akan bertahan hanya dengan mengandalkan kepandaian
teori akademik?
Peran
Orangtua Terhadap Kesuksesan Anak : SOBAT 21
Namun dari semua
pendidikan yang bagus tersebut, tentu saja hal utama diperlukan peran orangtua
untuk kesuksesan anak. Iya, dong masa anak hanya diserahkan ke sekolah,
orangtua lepas tangan. Tentu hal ini tidak akan memberikan kesuksesan yang
maksimal, namun peran yang dimaksud seperti apakah?
Bapak Setiyo Iswoyo
dari SMA Pintar Lazuardi menjelaskan antara anak dan orangtua harus memiliki
komunikasi, selain dengan gurunya. Namun jujur, tidak mudah komunikasi dengan
anak remaja karena mereka sudah mulai memiliki kehidupan pribadinya, kadang
anak-anak remaja juga merasa sudah mandiri sekali, padahal peran orangtua tetap
penting sekali.
Untuk menjembatani
komunikasi orangtua dan anak agar terbentuk dengan baik, SMA Pintar Lazuardi
meluncurkan SOBAT 21 yang merupakan Sekolah Orangtua Abad 21. Di mana orangtua akan
belajar lebih baik lagi mengenai cara
berkomunikasi dengan anak-anaknya. Memang ya, perbedaan generasi ini membuat
komunikasi sering salah arti, karena itu diperlukan sekali pemahaman tentang
cara komunikasi yang tepat.
Menurut Psikolog Vera
Adella dan Shahnaz Haque artis yang kerap menyorot dunia anak-anak, tantangan
menghadapi generasi Z ini, orangtua harus paham dengan pola pikir mereka. Bukan
anak yang harus memahami pemikiran orangtua, karena sudah beda pola pikir sesuai
jaman atau generasinya.
Shahnaz juga memberikan
rumusan mental juara: kreatif, adaptif, dan kolaboratif. Namun selama ini dalam
prakteknya sekolah-sekolah mendorong anak-anak atau siswanya untuk menggunakan
otak kiri.
“Padahal untuk cerdas
akademis itu gampang, anak tinggal disurug ngulang-ngulang pelajaran bakal
hapal. Yang sulit itu mengembangkan kreativits dan kolaboratif, karena
menggunakan otak kanan,” jelas Shahnaz.
Contoh kecil yang
dialami semua orang, hampir semua anak diminta menggambar warna langit, pasti
biru. Karena sejak masuk TK diberi pemahaman warna langit biru, padahal warna
langit beragam tergantung kondisi, seperti langit hitam mendung, langit putih
cerah, langit merah saat senja, langit orange ketika lembayung.
Tahukah, anak yang
pintar belum tentu bertahan tapi anak yang kreatif pasti memilikik daya tahan
yang tinggi. Seperti pegawai kantor yang cerdas akan kesulitan saat resign
karena kondisi pandemi, tapi pegawai kantor yang kreatif akan mencari pekerjaan
lagin, entah menjual masker, hand sanitizer, dan kebutuhan saat pandemik lainnya
sehingga bisa bertahan.
Karena itu penting
sekali membentuk karakter yang positif, aktifkan otak kanan, dan jadilah orangtua
yang menyenangkan bagi anak-anakny dengan menjaga mulut. Bukan hal yang mudah
ya, karena kebiasaan lama yang kadang sudah mengakar dalam pola asuh dan pola
pendidikan kita pada anak-anak. Tapi kita wajib berjuang untuk mengubah menjadi
lebih baik.
Nah, bagaimana Ibu dan
Bapak, apakah sudah memiliki gambaran cara memilih Sekolah Tingkat Atas yang
tepat?
Koneksi baru koreksi, duuh jleeeb banget :(. Selama ini bawaan kalo ngajarin anak, udah bawel aja ngeliat yg salah2 :(. Belum lagi poin tegas tapi lembut. Tegasnya iya, lembutnya boro2... Nih suara auto naik kalo udh ngajarin anak.
ReplyDeleteMemang susaaaah banget untuk mengendalikan diri sendiri mba :(. Aku salut dengan ibu yang bisa sabar banget saat mengajari anak2nya.
Aku masih galau tadinya tapi setelah baca tulisan ini agak berkurang galaunya. Hehe... Mudah-mudahan aja ada petunjuk lagi buatilih sekolah yang terbaik dan terjangkau kantong. Aamiin.
ReplyDeleteWaww anak masuk barengan gitu kerasa banget ya mba repotnya. Aku pernah denger tuh cerita dari temenku, heheh
ReplyDeleteDitambah lagi dengan keperluan anak-anak yang serba baru semuanya yaa. Kalau diingat2 pasti akan jadi pengalaman yang luar biasaa mba..
Sekarang emang udah makin banyak yang menyadari bahwa yang dibutuhkan seorang murid bukan hanya nilai tapi juga skill ya dan pendidikan karakter ya.
ReplyDeleteAku penasaran bedanya SMA Lazuardi yg hybrid gini sama yang SMA konvensionalnya kyk angkatannya, kelasnya dll, apakah disamakan atau dibedakan utk manajemen sekolahnya gtu mbk?
Ternyata bunglon merupakan binatang yg sebaiknya ada di dalam diri anak ya mbak. Dulu saya kira bunglon itu merepresentasikan hal yg negatif
ReplyDeleteBetul banget kata mbak Shahnaz, mental juara itu yang kadang jarang diasah atau hampir tidak pernah diasah di sekolah. Palingan hanya lewat aktivitas ekstrakurikuler aja. Bukan masuk dalam kegiatan belajar utama. Padahal penting banget yaaa.
ReplyDeleteSekolah Lazuardi ini emang berkualitas. Kebetulan teman kuliah aku kerja di situ sebagai guru dan dia dulu paling pinter di kampus. Gak heran lah kalau sekolahnya kece, kualitas gurunya pun oke.
Harus belajar nih milih SMA yang tepat karena sebentar lagi anakku masuk SMA. Setahun lagii... Keren banget materinya ini. Jadi tau cara milih SMA yang tepat.
ReplyDeleteSetuju Bubi pendidikan karakter itu penting banget jadi emang siswa ga cuma di ekali tugas dan tugas yaah tp dipersiapkan juga skill lainnya buat masa depan
ReplyDeleteWah, pas banget nih Abang lagi cari2 SMA yang pas buat dia. Soalnya emang selama ini cari sekolah yg bukan cuma ngasah akademiknya aja, tapi kreatifitas anak. Itu ga semua punya.
ReplyDeleteWajib bookmark ni buat persiapan anak2 ku nanti. Bener ya mak, bukan cuma modal pintar tapi karakter juga harus dibentuk dan masuk dalam kurikulum pendidikan..
ReplyDeleteAlhamdulillah bubi, aku juga ikutan webinaf ini dan sangat terinspirasi dengan apa yang disampaikan oleh semua pembicara terutama mbak shahnaz. Begitu gamblang dia membahas tentang edukasi yang harus dilakukan kepada generasi Z yaa.
ReplyDeleteDulu waktu milih sekolah, aturannya sederhana.. Pilih sekolah favorit yg dekat dengan rumah.. Yang lain skip saja
ReplyDeleteSebagai orang tua saat hendak mendaftarkan anak ke sekolah emang harus melihat beberapa faktor ya, selain mutu sekolahnya yang pasti sudah memiliki citra yang baik dalam hal prestasi.
ReplyDeleteKalau dulu ya faktornya karena dekat sama jarak rumah, sesimple itu.
Jadi minat dan bakat anak itu bukan yang terlihat sejak kecl ya Mbak, ketika sudah SMA baru bisa benar-benar yang perlu pehatian ya.
ReplyDelete