Thursday

Berkebun Di Teras Mungil

 

Ada yang samaan dengan saya tidak, selama pandemi ini menyibukkan diri di rumah dengan berbagai hal yang bikin tidak bosan, salah satunya berkebun, hehehe. Tapi nih, karena tinggal di kota dan tanah mahal maka jangan bayangkan kebun luas seperti di desa atau pinggiran kota ya.

Sebenarnya sih pengen punya kebun yang cukup luas, dan bisa dikelola bareng suami  buat mengisi waktu dengan menanam tanaman yang bisa dikonsumsi, bahasa kerennya ketahanan pangan. Tapi apa daya, kami hanya punya halaman kecil yang lebih layak disebut teras. Sehingga kami mulai menjadi bagian dari urban farming alias petani kota.

Tapi apa bisa menghasilkan tanaman yang bermanfaat untuk ketahanan pangan dengan tanah di teras yang hanya secuil sekuran 3x2 m?

Insaaallah  bisa, meski awalnya saya juga tidak berharap banyak, yang penting bisa mengisi waktu dan rumah terlihat hijau royo-royo. Tentu saja proses tanam menanam ini dibantu suami yang punya tangan lebih telaten dari saya, hehehe. Jadi apa saja kalau suami yang tanam akan tumbuh dengan baik, sementara kalau saya butuh proses yang agak keras baru tumbuh dengan subur.

Manfaatkan Lahan Sempit  Rumah


Urban Farming


Sejak awal memang di teras rumah sudah tumbuh pohon jambu air, sehingga lahan yang hanya 3x2  itu jadi terasa makin sempit. Pohon jambu air daunnya meriung, melebar dan menguasai lahan. Tapi sisa tanah di bawahnya cukup lumayan, makanya kami putuskan untuk coba menanam.

Pertama mikir, tanaman apa yang bisa ditanam di lahan sempit, tapi menghasilkan tidak sekedar tumbuh hanya untuk membuat pekarangan tampak adem. Untuk tanaman hias, kami sudah punya sih, lumayan juga ada yang kami jual waktu tanaman hias sedang hits. Nah sekarang pengen yang bisa dikonsumsi gitu.

Tanaman Untuk Lahan Sempit

Kebetulan seorang teman memberi saya pohon cincau yang jenisnya kecil-kecil daunnya, dan merambat tidak memakan lahan luas. Awalnya hanya bibit cincau kecil di kaleng cat, makin lama jadi daunnya subur sehingga sampai beberapa kali kami mengolah daunnya jadi cincau yang lezat. Dan, karena daunnya makin lebat, yang  semula tumbuh di kaleng cat dan merembet di dinding teras,  kami perluas dengan dirambatkan ke pohon jambu. Sehingga makin subur, tapi tetap tidak memakan tempat. Jadi cocok banget, tanaman cincau ini untuk lahan sempit.

Cincau Kecil


Tanaman berikutnya yang kami tanam, ada pohon katuk. Pohon ini tumbuhnya lurus dan ramping, tapi daunnya cukup lebat sekali. Kalau tidak salah saya sudah mengolahnya jadi sayur bening katuk sebanyak 3-4 kali. Senengnya, daunnya lembut, lebar, dan hijau banget, serta tidak langu. Mungkin karena sejak awal sering saya petik ya.


Pohon Katuk


Di samping pohon katuk, saya tanam pohon gingsen, pohon pepaya jepang. Nah, untuk pepaya Jepang ini mudah banget nanamnya, begitu ditancapkan sudah pasti tumbuh. Selain gampang, mudah tinggi dan subur, jadi kalau tidak rajin dipetik, bisa gondrong kebun kita, hahaha. Karena suburnya sampai saya tawarkan ke tetangga, karena daun pepaya jepang ini selain bisa dipecel, buat lalapan, ditumis juga enak loh.


Daun Pepaya Jepang


Kalau daun ginseng biasa saya olah untuk campuran mie rebus atau pecelan, rasanya kenyil dan klenyit. Tapi khasiatnya banyak loh, salah satunya mencegah kanker, mencegah penuaan dini, mencegah penyakit hati, dan banyak lagi. Tanaman ini juga tidak butuh lahan luas, karena bisa ditanam dibawah pohon yang lebih tinggi.

Saya juga sedang menanam cabe, daun bawang, lumayan kan kalau cabe sedang mahal, atau kalau mau dadar telur dan butuh daun bawang, tingga petik. Rasanya jauh lebih nikmat kalau tanaman menanam sendiri, mungkin karena proses menanamnya tanpa bahan kimia. Tapi saya menggunakan pupuk alami, seperti dari cangkang telur, sisa makanan yang dibuat kompos dulu. Biasa saya gali tanah di sekeliling tanaman, lalu sisa nasi, sayur, atau sampah sayur dan kulit buah saya masukkan ke dalam lubang galian tersebut, dan tutup deh.

Cara buat pupuk dari Cangkang Telur

Oya, selain tanaman di atas saya juga menanam pohon pepaya loh, ini hanya untuk diambil daunnya sih karena saya dan suami suka banget lalap daun pepaya, atau tumis daun pepaya. Kalau untuk diambil daunnya saja, tidak perlu tanamannya jadi tinggi dan besar. Jadi semacam kami buat jadi pendek agar  tetap cantik tumbuh di teras, tidak saingan dengan pohon jambu gitu.



Ada juga tanaman daun pandan, yang ini banyak
 diminta sama tetangga, terutama saat bulan puasa karena banyak yang bikin kolak kali  ya, hahaha. Tadinya pohon pandan ini nyaris memenuhi lahan loh, mudah banget berkembang biaknya. Makanya sekarang saya tanam di pot saja biar tetap bisa diambil daunnya, tapi tidak makan tempat. 

Terus ada lagi tanaman obat, namanya daun handalem atau daun merah. Dulu bibitnya saya dapat dari sahabat saya, waktu anak saya masih satu. Manfaatnya buat obat ambiyen, konon biar parah bisa disembuhkan. Pohonnya mudah dibibitkan, dan tidak memakan lahan lebar juga loh.

Nah, lumayan banyak kan tanaman di lahan teras yang hanya seupil itu. Sebenarnya saya ingin menanam banyak lagi, seperti daun jeruk purut, karena saya ibu-ibu yang masak doyan pakai daun jeruk, aromanya spesial menurut saya. Juga mau menanam pohon tomat, bayam, dan banyak lagi yang bisa ditanam di lahan sempit. Mungkin nanti perlahan akan diwujudkan ya.

Nah, bagaimana apakah kalian tertarik juga untuk jadi bagian dari urban farming?

No comments:

Post a Comment