Menghadapi Masa Social Distancing
Setelah
dihimbau secara resmi untuk socialdistancing, salah satunya di rumah saja jika tidak benar-benar perlu keluar
rumah. Anak-anak sekolah juga diliburkan dari tanggal 15 Maret hingga 29 Maret,
dan berganti dengan belajar secara online di rumah. Beberapa pekerja ada yang
work from home (WFH), tapi masih banyak juga yang bekerja di kantor.
Wabah
Covid 19 Menjadi Topik Hits Group WhatsApp
Kemudian
Covid
19 menjadi topik pembicaraan media sosial, termasuk group-group WhatsApp (WA).
Kecemasan menjadi perang batin tersendiri karena berita yang dishare sering
bikin down, terlebih Depok termasuk zona merah. Memang kenyataannya wabah Covid
19 ini mengerikan, begitu cepat yang terjangkit bertambah, yang meninggal
bertambah. Penyebarannya seperti daun yang berguguran dan melayang kemana-mana
olehh hembusan angin.
Saya
dan teman-teman saling mencurahkan kegelisahan kami, terlebih ketika warga yang
tidak jauh dari lokasi tempat teman saya ada yang kena.
Entah
karena letih di rumah, banyak pikiran dan kecemasan, tiba-tiba tenggorokan saya
sakit. Mau berobat takut terkena Covid 19, karena banyak himbauan jika tidak
penting sekali, sebaiknya jangan ke tempat-tempat pengobatan medis.
tempat-tempat tersebut riskan menjadi media tertularnya Covid 19, sebab tenaga
medis sudah ada yang terkena. Bahkan dokter pun meninggal terkena Covid 19.
Suami
saya yang masih bekerja di luar, saya mintakan tolong mengambil obat di tempat
klinik adik saya bekerja sebagai Nakes. Du,du, du...saya sempat ketar-ketir
juga mendengar cerita suami di klinik tersebut penuh pasien dan adik saya
hanya mengenakan APD (Alat Pelindung
Diri) berupa jas hujan, huhuhu. APD memang jadi barang sama langkanya
dengan masker, yang mendadak hilang di pasaran dan muncul dengan harga setan
alias mahal tiada terkira. Terkutuklah orang-orang yang mengambil keuntungan
dari kondisi ini.
Kelas
Online Bikin Huru Hara di Rumah
Tidak
hanya panik dengan berita-berita Covid 19, tapi juga kepanikan terjadi karena
anak-anak dirumahkan untuk menjalankan kelas online sesuai jam pelajaran
sekolah biasa:
Pagi-pagi
harus pantau group orangtua dan guru di WA, menulis daftar nama anak sebagai tanda kehadiran, membuat foto anak mengerjakan tugas, menyetor tugas yang sudah
kelar ke masing-masing WA guru. Mas Pijar sekolah di SD negeri jadi hanya ada 4 guru
yakni Wali Kelas, Guru Olahraga, Guru Bahasa Inggris, dan Guru Agama. Membantu
mengerjakan soal yang Mas Pijar kurang
paham, membantu membuat prakarya.
Salah satu tugas sekolah Mas Pijar |
Sementara
untuk tugas-tugas Mba Lintang yang sudah duduk di kelas 8, saya tidak perlu
memantau. Dia sudah punya tanggungjawab sendiri, paling hanya sesekali
membutuhkan bantuan saya atau Ayahnya. Jadilah untuk hari Senin-Jumad suasana
rumah seperti homeschooling. Dua anak
sibuk belajar, dua bocil sibuk wara-wiri, kadang ada kejadian yang
menggemparkan. Buku tugas Mas Pijar dicoret-coret Binar yang mau ikut-ikutan belajar,
hahaha.
Mungkin
karena lelah, Mas Pijar sampai nangis karena kesal tapi tidak bisa melampiaskan
rasa kesalnya. Akhirnya setiap kedua kakaknya kelas online, saya mengajak main
Pendar dan Binar. Memberikan keduanya kertas dan pensil warna, membacakan buku cerita. Pokok kesibukan baru
ini memang memerlukan adaptasi, karena pernah kejadian kami bangun kesiangan.
Absen nama terlambat, tugas di WA sudah menumpuk. Geger deh.
Kalau begini jadi menyadari, betapa menyekolahkan
anak-anak itu membantu sekali, dan betapa hebat
orangtua yang sanggup mendampingi anak-anaknya homeschooling.
Covid
19 Semakin Menyebar
Diantara
kesibukan-kesibukan di atas, suami saya masih aktif bekerja di luar, bertemu
orang banyak, dan hal ini sesungguhnya membuat was-was sekali. Apalagi info
dari teman-teman di group WhatsApp sudah gawat sekali, semakin banyak
perusahaan menerapkan sistem work from home (WFH) dan masuk secara
selang-seling hari. Commuterline yang semula padat, semakin sepi. Kabarnya
Jakarta pun akan dilockdown oleh Gubenur Anies Baswedan, dimana kemungkinan
warga di luar Jakarta tidak bisa ke Jakarta untuk sementara.
Karena
penyebaran Covid 19 semakin meluas, dan Jakarta merupakan center terbanyak
pasien positif maupun yang meninggal akibat Covid 19. Semula Depok yang geger
setelah ditemukan pasien 1 dan pasien 2, sampai trending topik di twitter untuk
lockdown Depok. Cuitan para netizen bahkan kejam-kejam. Duh, sebagai warga
Depok meski KTP DKI kesal juga bacanya. Bukan saling mendukung, malah
memojokkan.
Reaksi Psikosomtik
Tubuh Efek Covid 19
Karena
berita-berita yang semakin meruyak, saya juga tidak fit, tenggorokan sakit,
minum obat dan sembuh eh leher saya bengkak. Duh, parnoan banget deh sampai
saya minum multivitamin, suplemen herbal, ramuan jahe dan sereh. Pokoknya yang
sekiranya bisa membuat imun tubuh bagus, dan bisa mengobati leher saya minum.
Padahal biasanya sakit biasa seperti ini saya menyikapi biasa, namun karena merujuk
ciri-ciri Covid 19, otomatis saya jadi senewen akut, huhuhu.
Sampai
kemudian saya membaca sebuah status di Facebook yang share screenshoot dari status
dr.Andri, SpKJ, FACLP di twitter :
Masa saat ini ketika kita membaca berita atau cerita tentang gejala virus #corona atau #COVID19 dan tiba-tiba kita merasa tenggorokan kita agak gatal, nyeri dan merasa agak sakit sedikit meriang walaupun suhu normal ITU WAJAR. Reaksi psikosomatik tubuh saat ini memang terasa. Salah satu yang membuat reaksi ini bisa timbul adalah KECEMASAN kita yan dipicu oleh berita-berita yang ters menerus terkait #COVID19 ini.
Fix
saya berarti terkena serangan reaksi psikosomatik. Bisa jadi rasa sakit
tenggorokan dan bengkak leher ini sebenarnya hanya karena cemas, bukan
penyakit. Akhirnya saya putuskan menjauh dari group-group WhatsApp sementara,
dan menulis artikel di blog, memanjakan diri. Berikut arikel yang saya tulis
ketika menghadapi reaksi psikosomatik.
Saya nulis artikel ini jadi sehat menghadapi kecemasan Covid 19
Alhamdullilah,
saya sembuh total tanpa obat bersamaan artikel yang saya tulis selesai. Duh,
senang luarbiasa dan lega. Perlahan pun saya mulai siap meghadapi berita-berita
Covid 19, dan tentu saja mengabaikan yang beritanya bikin was-was. Terpenting
adalah menjaga diri, menjaga keluarga, dan menjaga lingkungan agar wabah virus
Corona atau Covid19 tidak semakin menyebar. Meski kenyataannya menyebar menjadi
lebih luas...
0 komentar