Apakah
yang terbersit dalam pikiran ketika mendengar istilah Ekonomi Sirkular? Mungkin
istilah ini untuk sebagian besar masyarakat kita masih asing, karena ketika
saya melayangkan pertanyaan ini di sosial media, yakni instagram. Banyak
teman-teman yang belum paham ekonomi sirkular, padahal bisa jadi kita tengah
menjadi pelaku ekonomi sirkular itu sendiri loh.
Bahkan
saya yang awalnya juga asing dengan istilah ekonomi sirkular, setelah
mengetahui baru tersadar: Loh, ternyata saya sudah menjadi bagian dari ibu
rumah tangga yang menjalani ekonomi sirkular, meski baru skala super kecil.
Tapi jujur, ada perasaan bangga sih,
hehehe. Juga menyesal dan sedikit malu-malu, kok bisa saya tidak paham arti
dari ekonomi sirkular padahal saya melakukan kegiatan yang merujuk pada
penerapan ekonomi sirkular.
Sebelum
melagkah jauh ke cerita tentang apa yang saya lakukan sehingga menjadi bagian
dari pelaku ekonomi sirkular. Biar nggak pusing buat yang belum paham, apa itu
ekonomi sirkular. Saya ulas sedikit ya pengertian dari ekonomi sirkular, dan
siap-siap nyengir; Oalaah, kalau itu sih barti saya juga kayak Mba Eni sudah
jadi bagian dari pelaku ekonomi sirkular, hehehe.
Kalau
dalam Wikipedia pengertian Ekonomi Sirkular kurang lebih adalah sebuah
alternatif untuk ekonomi linier tradisional, dimana kita menjaga agar sumber
daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan,
kemudian meregenerasi dengan tujuan penghapusan limbah, seperti misalnya upcycling plastik sebagai bahan campuran
aspal.
Sampai
sini sudah paham dong, dan langsung deh terpikir di kepala: Wah, saya sudah
menjadi pelaku ekonomi sirular sejak dulu.
Tapi
biar lebih paham lagi, yuk ikuti ulasan saya saat mengikuti acara yang diadakan
oleh SCG , tanggal 22 Januari 2020 kemarin: SCG Welcoming Circular 2020. Acara yang membuat saya melek akan
ekonomi sirkular dan juga terinspirasi untuk menjadi bagian dari pelaku ekonomi
sirkular dalam mengurangi limbah sampah
rumah tangga lainnya.
SCG
atau Siam Cement Group yang merupakan
salah satu group konglomerat termuka di kawasan ASEAN, terdiri dari tiga bisnis
utama, yaitu Cement-Building Materials,
Chemicals, dan Packaging, mengajak semua pemangku kepentingan untuk kolaborasi
dan berbuat nyata guna mewujudkan kehidupan berkelanjutan melalui praktek
ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari.
SCG
menyadari pentingnya ekonomi sirkular sebagai solusi dan kunci untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan
lingkungan. SCG berusaha untuk menerapkan ekonomi sirkular ke dalam praktik di
sektor bisnis, dan mendorong industri lain untk bersama-sama melakukannya,
dengan memberi contoh-contoh ekonomi sirkular yang diterapkan.
Upaya
ini akan diwujudkan dalam penyelenggaraan SCG Subtainable Development (SD) Symposium Indonesia 2020 : Circular
Economy, Collaboration for Action yang akan digelar pada 22 Februari nanti.
Menjadi forum pertama pertemuan yang dilaksanakan di Indonesia dan bertujuan
untuk saling berbagi pengalaman implementasi ekonomi sirkular, baik di bidang
bisnis, birokrasi, maupun komunitas. Kemudian melakukan kolaborasi, diantara
pemangku kepentingan terkait, untuk mewujudkan ekonomi sirkular dalam kehidupan
sehari-hari.
SCG Welcoming Circular 2020
menghadirkan beberapa narasumber, yakni Pathama Sirikul selaku Presiden
Direktur PT SCG Indonesia, Delicia Apriane selaku Environmental Consultan PT
SCG Indonesia. Ada juga sosok ibu rumah tangga yang sangat inspiratif dalam
memerangi limbah dan menjadikan sebagai nilai ekonomis yang dapat dinikmati
masyarakat, yaitu Ibu Dewi Kusmianti yang memegang peran penting sebagai
Pelatih Project Niracle di Desa Padasuka, Soreang, Bandung. Serta seorang anak
muda sederhana bernama Afyan Cholil Asy'ari yang menerima beasiswa SCG dan juga sebagai team dari Niracle.
SCG
yang berpusat di Thailand sejak tahun 1913, dan ekonomi sirkular di Bangkok
sudah berjalan selama 10 tahun loh. SCG sendiri berdiri di Indonesia sejak
tahun 1995, dan Pathama Sirikul mengakui Indonesia sangat strategis untuk
menjadi negara yang mendorong praktek ekonomi sirkular di dunia. Karena itu
masyarakat Indonesia harus diedukasi menerapkan ekonomi sirkular dengan konsep make-use-return. Dan, ini sebenarnya sudah banyak dimulai
semua pihak, termasuk pemerintah Indonesia. Contoh kecil saja, adanya bank-bank
sampah di berbagai wilayah yang dikoordinasi ibu-ibu rumah tangga. Hayo, di
lingkungan kalian ada bank sampah tidak?
Dalam
acara ini selain membahas tentang ekonomi sirkular, dan tujuan SCG menerapkan
ekonomi sirkular. Juga diajarkan langsung wujud dari ekonomi sirkular yang
sudah berjalan di Indonesia, seperti di Bandung yang diceritakan langsung oleh Ibu
Dewi Kusmianti. Bagaimana para ibu-ibu rumah tangga diajarkan mengolah limbah
tekstil yang terkenal merusak alam, menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis
alias laku dijual.
Saya
sendiri sampai terpukau loh melihat buket bunga dari kain yang ternyata itu
kain-kain limbah tekstil. Dibentuk menyerupai bunga dan dirangkai menjadi buket
yang artistik. Kalau dipanjang dalam vas bunga, pasti cantik sekali atau
dijadikan buket bunga pengantin. Tidak kalah keren deh meski bahannya dari
sisa-sisa bahan yang sudah menjadi limbah. Bayangkan jika dibuang begitu saja,
berapa lama alam akan menghancurkannya? Sementara jika diolah seperti ini akan
menghasilkan materi yang membantu perekonomian masyarakat Indonesia.
Ibu
Dewi Kusmianti sendir mengakui, dirinya dan suaminya yang semula hanya seorang
pemulunng. Berkat menjalani ekonomi sirkular yang juga ditularkan pada
masyarakat, menaikan taraf hidupnya bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga
harkat keluarga. Beliau merasa bangga bisa disandingkan dengan orang-orang
pintar dan berpendidikan. Anak-anaknya yang ABK pun hidupnya semakin maju,
dibanding sebelumnya. Terbuktikan, ekonomi sirkular dapat meningkatkan taraf
hidup.
Setelah
ditunjukkan buket bunga dari kain limbah tekstil, para peserta yang hadir
diajak workshop membuat gantungan kunci dari limbah tekstil juga. Waduh,
seperti apa ya kira-kira bentuknya? Apakah mudah cara membuatnya? Begitu
kira-kira yang saya pikirkan saat dibagikan bahan-bahannya.
Bahan-bahannya
kain sisa limbah tekstil yang sudah dibuat panjang-panjang menyerupai tali,
bola-bola dari limbah kayu yang dicat warna-warni, benang wol, dan alat pengait
sebagai cantolan ke tas. Tidak sampai setengah jam, gantungan kunci dari bahan
limbah tekstil dan kayu itu pun jadi. Sungguh, sangat cantik ketika
digantungkan di blacu tote bag. Kira-kira berapa ya harganya blacu tote bag
dengan hiasan gantung kunci ini? Langsung deh, otak bisnis saya berputar,
hehehe.
Bahan
tote bagnya bisa menggunakan kain atau guntingan pakaian di rumah yang sudah
tidak terpakai loh, begitu juga dengan bahan untuk gantungan kunci. Kita hanya
modal benang wol dan pengait gantungan kunci. Menariknya semua ini bisa
dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga di rumah, mengolah limbah di rumah menjadi
sesuatu yang meghasilkan nilai ekonomis.
Saya
sendiri baru menyadari sebagai pelaku ekonomi sirkular karena pernah bersama
tante saya membuat tas dari celana jeans bekas. Dijahit dan diberi aksen
pemanis, sehingga terlihat fashionable
dan memiliki daya jual. Kami menjualnya satu tas seharga 99k. Coba jika
jeans-jeans bekas itu dibuang, menjadi limbah yang mengotori bumi. Jadi yuk,
kita dukung ekonomi sirkular berkembang di Indonesia dengan menjadi bagian dari
pelakunya meski hanya skala kecil. Bukan
mustahil bisa menjadi bisnis yang menghasilkan materi cukup besar dan
berkembang. Selain
sudah berperan menjaga lingkungan dengan memaksimalkan penggunaan limbah agar
menjadi manfaat.
Wah ini SCG klienku jaman masih kerja di media dulu, mereka memang selalu punya program yang bagus-bagus dari dulu aku mengenal SCG. Tapi memang sih limbah tekstil itu paling banyak ya mbak, jadi kalau sisah dari tekstil bisa digunakan untuk kerajinan tangan kenapa enggak ya.
ReplyDeletePeranan ibu rumah tangga terhadap ekonomi sirkular justru lebih berarti ya :)
ReplyDeleteBagus banget tuh idenya membuat tas dari jeans.
Secara bahannya juga tebal, dan bagus banget sih kalau dibuat tas.
Daripada dibuang, malah jadi limbah ya
Berarti saya juga bisa melestarikan ekonomi sirkulasi, dan saya juga bisa meneruskan ilmu ini kepada anak2 ..terimakasih ilmunya untuk ekonomi sirkulasi
ReplyDeleteWah keren mba Eni, ternyata sejak lama Mba udah jadi pelaku ekonomi sirkular.
ReplyDeleteAku jadi mikir, apa ya kira-kira limbah yang bisa aku manfaatkan jadi bernilai rupiah?
Bangga jadinya karena udah jadi bagian ekonomo sirkular ini. Meski baru memanfaatkan barang bekas aja. Belum sampai menaikkan taraf hidup. Tapi senang karena udah bisa ikut kontribusi
ReplyDeleteEkonomi sirkular bukan hanya meningkatkan ekonomi keluarga akan tetapi meningkatkan taraf hidup orang banyak dan peduli terhadap lingkungan.
ReplyDeletebetul. jd bs nambah penghasilan dr sampah. eits diolah dulu jd sesuatu yg berguna dan menarik. seperti buket bunganya manis ya
DeleteAku baru tahu tentang ekonomi silkular..
ReplyDeleteDan ternyata bisa ya ibu rumah tangga jadi pelaku ekonomi sirkular
Mbak, itu tas jeansnya masih ada enggak? eh..pasti keren ya, dan enggak ada kembarannya.
ReplyDeleteMemang gaya hidup ekonomi sirkular tanpa kita sadari sudah kita lakukan sejak dulu. Hanya meredup kalah dengan gaya hidup modern yang semua serba praktis dan instan. Ujung-ujungnya bela-beli tanpa ikir digunakan lagi atau didaur ulang.
Acara yang bagus dari SCG ini, semoga sukse juga di acara tanggal 22 nanti
Ekonomi sirkular ini tanpa sadar sebenarnya kebanyakan sudah pernah dilakukan kaum hawa ya, hanya saja baru engeh kalau itu namanya ekonomi sirkular, hehe
ReplyDeleteAkhirnya aku paham apa itu ekonomi sirkular. Bener bener dimulau dari lini terkecil which is rumah tangga pun bisa yaa Mbak. Jadi bangga, udah turut berkontribusi yaa meskipun baru sedikiiit hehe
ReplyDeletesetelah membaca tentang sirkular ekonomi, aku jadi mengerti maksudnya apa. selain dapat ilmu baru bisa menjadi me time juga ya bun di acara ini, seru banget acaranya
ReplyDeletepaling suka sama orang orang kreatif kayak gini.. lumayan mengurangi sampah jadi barang yang indah... trus bikin lapangan pekerjaan sendiri juga... mengurangi pengangguran jadinya
ReplyDeleteTernyata tanpa kita sadari ya...
ReplyDeleteKita udah menjadi pelaku Ekonomi Sirkular juga.
Duh,,pengen juga bisa memanfaatkan bahan yang sudah tak terpakai dirumah menjadi sesuatu hal. Kayak bucket bunga nya, siapa tahu menjadi peluang bisnis nantinya
kreatif banget idenya mbaa. Limbah tekstil memang konon katanya terurai ya mba, jadi kita perlu pinter-pinter muter otak bagaiman mengolahnya agar kembali jarang barang bermanfaat sekaligus memperpanjang usia pakainya. Tas jeansnya cakep sekali *auto nyari jeans suami buat dibikin tas hihihi
ReplyDeleteWah setuju nih mbak, kayaknya udah banyak dari masyarakat indonesia yang jadi pelaku ekonomi sirkular juga, cuman masih asing aja sama istilah 'ekonomi sirkular'nya.
ReplyDeleteAku baru tau kalo itu disebut ekonomi sirkular. Ternyata akupun pelaku ekonomi srirkular.Keren SCG peduli akan lingkungan
ReplyDeleteBaru denger mih ekonomi sirkular, ternyata selama ini kita sering melakukannya tapi gak tau istilahnya. Banyak barang bekas yang bisa dijadikan karya nih di rumah yang daripada dibuang mending dikaryakan ya mbak.
ReplyDeleteMakasih mba eni infonya aq baru dengar dan tau pas mba eni share mengenai ekonomi sirkular ini. Ternyata banyak barang bekas yang bisa dimanfaatkan Tanpa harus dibuang
ReplyDeleteItu kreasi sendiri ya Kak. Keren banget tuh. Bisa menjadi bisnis dan ladang usaha pendapatan kak.
ReplyDelete