Dampak
asap di beberapa daerah di Indonesia, terutama Riau dan Kalimantan menambah
daftar panjang krisis di Indonesia, saya pribadi sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia merasa sangat prihatin dengan kondisi Indonesia akhir-akhir ini.
Bencana kekeringan belum berakhir, bahkan sedang mencapai puncaknya dan saya
ikut merasakan efek dari bencana kekeringan ini. Sebulan sudah air di rumah kering,
dan untuk segala kebutuhan harus mencari ke tetangga. Sedihnya, beberapa
tetangga pun banyak yang mengalami kekeringan.
Kini
bencana asap menyusul efek dari kemarau panjang dan beberapa oknum yang
membakar lahan di hutan, salah siapa? Sesungguhnya segala bencana alam adalah
efek dari berbagai kesalahan manusia. Tidak bisa dibayangkan jika saya sampai
merasakan derita saudara-saudara di Riau dan Kalimantan, bahkan karena bencana
asap ini sampai menelan korban anak-anak.
Saya
jadi ingat cerita seorang teman di Riau, bagaimana banyak sekali balita dan
anak-anak berjuang untuk bisa bernafas lega.
Anak-anak mereka sampai takut keluar kamar, bahkan memasak di dapur pun
jika menjelang sore dan malam, asapnya sudah menyesakkan. Jalan-jalan berkabut
oleh asap.
Menurut
catatan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BPNP) Agus Biwoqo, terhitung dari Februari
hingga September 2019 jumlah penderita ISPA akibat karhutla mencapai 919.516.
Hingga Badan Meteorologi Klimatoogi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kondisi
udara Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Selatan saat ini memasuki status BERBAHAYA. Bahkan Riau dinyatakan
sudah tidak layak huni, jadi bisa dibayangkan masyarakat yang bertahan di sana
hingga saat ini?
Terbayang
dalam pelupuk mata saya manula, anak-anak, dan bayi yang harus bertarung setiap
hari menghirup asap. Ya Allah, rasanya ingin menangis. Apalagi BMKG menyatakan
kemarau yang mencapai puncaknya pada bulan September ini, diperkirakan akan
turun hujan pada Januari 2020. Bencana kekeringan, bencana asap, sungguh ini
sesuatu yang tidak boleh dianggap ringan dan harus segera ditanggulangi. Tapi
bagaimana caranya?
Rumah Zakat Kembali
Bergerak Untuk Indonesia
Tentu
saja kita harus saling bahu-membahu membantu saudara-saudara kita di tanah air
ini. Setelah memberi bantuan pada daerah-daerah yang terkena bencana kekeringan
parah di beberapa wilayah Indonesia, kini Rumah Zakat bergerak kembali untuk
Indonesia. Tanggal 25 September 2019 kemarin, disaksikan oleh saya dan
teman-teman lainnya Rumah Zakat memberangkatkan armadanya yaitu:
1.
Mobil Oksigen
2.
Mobil Logistik
Untuk
membawa oksigen, beragam obat-obatan yang dibutuhkan, terutama yang berhubungan
dangan penyakit ISPA, dan tentu jasa Masker N-95 yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat yang berada di wilayah bencana asap. Selain itu diturunksn 100
relawan untuk terjun langsung di 6 provinsi yang paling terkena dampak Karhutla
tersebut. Mobil-mobil yang akan dikirim ke daerah rawan bencana asap dilepas
oleh CEO Rumah Zakat, Bapak Nur Effendi
Selain
bantuan di atas, Rumah Zakat juga mendirikan Pos Darurat Asap, Pos Segar,
layanan kesehatan, di Pekanbaru, Palembang, Palangkaraya, Pontianak, Banjarmasin,
Padang, dan Palembang. Untuk lebih membantu masyarakat yang terkena dampak bencana
asap, sehingga diharapkan semua bantuan ini memberi manfaat yang besar.
Rumah
Zakat juga mendirikan Safe House di beberapa kota yang membutuhkan: 2 Safe
House di Pekanbaru, 1 Safe House di Pontianak, dan 1 Safe House di Jambi. Safe
House ini merupakan tempat tinggal sementara yang kedap udara dan memiliki
pendingin ruangan yang ditempati anak-anak.
Bapak
Nur Effendi juga memberi info, Rumah Zakat tidak sekedar memberikan bantuan
yang dapat digunakan, tapi juga
memberikan bantuan edukasi kepada masyarakat. Karena bencana asap ini
sudah sering terulang bila terjadi musim kemarau, maka agar tidak terulang atau
setidaknya meminimalkan terjadinya bencana asap, masyarakat diharapkan
melakukan hal ini:
1.
Menghimbau agar masyarakat yang beragama Islam melakukan sholat meminta hujan
(istisqa) secara bersama-sama agar segera diturunkan hujan untuk memadamkan api
yang menyebabkan bencana asap.
2.
Mengajak masyarakat untuk membuat sumur resapan untuk menampung air hujan.
3.
Meminta pemerintah agar tegas dan mengeluakan regulasi agar oknum pembakar
hutan jera.
Selain
Bapak Nur Effendi, Murni Alit Baginda yang merupakan Chef Program Officer Rumah
Zakat juga memaparkan dampak kabut asap yang diakibatkan pembakaran hutan dan
ladang gambut, dampak jika hutan yang terus dirusak manusia tidak
bertanggungjawab. Tidak hanya menelan korban akibat bencana asap, tapi akan
terjadi juga bencana banjir, matinya hewan-hewan yang dilindungi, dan banyak
lagi hal mengerikan yang tidak bisa kita bayangkan.
Untuk
semua kegiatan kemanusiaan Rumah Zakat ini layak untuk sama-sama kita dukung,
selain doa. Tentu saja para donatur bisa memberikan donasinya melalui website
Rumah Zakat , e-commerce, dan toko online lainnya. Yuk, agar lebih banyak lagi
saudara kita yang bisa diselamatkan!
Bencana yang selalu berulang. Semoga ke depan sudah ada langkah pencegahan yang lebih baik
ReplyDelete