Peran Rumah Zakat Dalam Tanggulangi Bencana Kemarau
Kapan
terakhir hujan bertandang ke berandamu?
Bicara
tentang hujan mengingatkan saya akan hujan yang lama tidak kunjung datang,
entah sudah berapa bulan. Matahari
selalu bersinar penuh, debu menebal dimana-mana, termasuk di jalan-jalan,
terutama jalan beraspal yang rusak. Sampai kalau naik motor saya harus memakai masker dan
menutup helm rapat-rapat.
Pepohonan
di depan rumah daunnya dilapisi debu tebal, kalau siang melintas motor atau
angin tengah bertiup kencang, debu terlihat seperti bedak bertaburan. Saya
sampai melarang anak-anak main di depan rumah jika sedang ramai motor atau
mobil melintas, karena debunya takut terhisap. Beberapa anak tetangga sampai
terkena batuk pilek, sementara anak bungsu saya yang masih berusia 10 bulan
kulitnya terkena biang keringat akibat cuaca panas.
Bahkan
tanda-tanda kekeringan mulai tampak, air tanah yang biasanya bening jadi keruh
beberapa hari ini. Mungkin karena air tanah sudah mulai berkurang akibat
kemarau panjang, terpaksa sebelum dipakai untuk mandi, mencuci piring, mencuci
baju, airnya saya saring dan endapkan dulu biar bening. Dan, ternyata di daerah
lain banyak yang lebih parah yakni bencana kekeringan melanda, air sampai susah
didapat, pertanian, perkebunan, ternak banyak yang menerima dampak kemarau.
Kemarau
Panjang Melanda Indonesia
Cukup mengejutkan ketika saya hadir dalam acara Konferensi Pers tentang Penanggulan Bencana Kekeringan yang mengangkat tema "Indonesia Siaga Bencana", menghadirkan narasumber dari BMKG yakni Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dr.Ir. Dodo Gunawan, karena ternyata 92% wilayah Indonesia terkena dampak kemarau. Apakah ini yang menyebabkan harga cabe mahal luarbiasa, karena panen terkena dampak kemarau?
Pak
Dodo menjelaskan kalau kemarau yang mencapai puncaknya di bulan Agustus hingga
September ini merupakan dampak dari peristiwa El-Nino yang diprediksi akan mengakibatkan 48.491.666 jiwa terancam
kekeringan di 28 provinsi. Pantas air di rumah mulai keruh beberapa hari ini,
tapi masih bersyukur masih bisa membeli air untuk minum, dan air tanah di rumah
meski agak keruh masih cukup berlimpah
untuk digunakan sehari-hari.
Mengingat
di beberapa wilayah sampai ada yang menggunakan air kumbangan untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari. Jangan tanya kualitas kebersihan airnya, mereka
dapat menemukan air saja sudah bersyukur. Karena musim kemarau, tidak ada
hujan, sumur kering, banyak sungai yang airnya surut. Bisa dibayangkan,
bagaimana jika kehidupan kehilangan air?
Aksi
Rumah Zakat Hadapi Bencana Kemarau
Melihat
kondisi kemarau di Indonesia ini, dan melihat dampaknya paling parah terjadi di
perdesaaan, mengakibatkan pertanian, perkebunan, dan perternakan mengalami efek
buruk. Maka Rumah Zakat yang merupakan lembaga filantropi yang mengelola zakat,
infak, sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan
masyarakat, melakukan aksinya dalam menanggulangi bencana kemarau.
Selama bulan Mei-Agustus 2019, Rumah Zakat telah mendistribusikan sebanyak 451.000 liter
air bersih di 17 titik kekerigan di 7 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut
akan terus meningkat pada puncak kemarau
yaitu Agustus hingga September. Untuk pekan ini Rumah Zakat akan
mengirim bantuan air bersih di 30 titik kekeringan di 11 provinsi.
Rumah Zakat tidak hanya memberikan bantuan air
bersih saja, tapi juga mengupayakan solusinya agar lokasi yang mengalami dampak
kemarau siap mengadapi bencana kemarau atau kekeringan yang selalu melanda
Indonesia setiap tahunnya, seperti yang diucapkan Murni Alit Baginda, Chief Program Officer
Rumah Zakat:
"Kekeringan yang terjadi di Indonesia itu berulang setiap tahunnya. Pemberian air bersih merupakan salah satu bentuk respon jangka pendek untuk mengurangi dampak kekurangan air di masyarakat. Ada upaya-upaya lain yang kami lakukan sebagai solusi kekeringan di kemudian hari, yaitu menyediakan logistik dan peralatan, berupa penyediaan tangki air dan pipanisasi serta pembuatan sumur bor."
Beberapa
Program Rumah Zakat untuk Menanggulangi Bencana Kemarau:
Pipanisasi:
Memberikan penyaluran air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat dengan
membuat pipa-pipa agar memudahkan para wanita dan lansia dalam mengambil air.
Pipanisasi ini dilakukan di desa Berdaya Cisolok, Tasikmalaya.
Droppig
Air Bersih: Rumah Zakat telah mendistribusikan
sebanyak 451.000 liter air bersih di 17 titik di 7 provinsi diantaranya di
Cikeusik, Pamekasan Madura, Giriharjo Gunung Kidul, Sumedang, dan Ponorogo.
Pembuatan
Sumur Bor: Pembuatan sumur bor adalah membuat sumur dengan alat
bor untuk mencapai kedalaman yang maksimal, sehingga titik air benar-benar
ditemukan. Pembuatan sumur bor ini sudah dilakukan di di Desa Angsana,
Pandeglang, Banten, dan akan menyusul untuk wilayah Cianjur dan Sukabumi.
Penampungan
Air Hujan (PAH): Penampungan air hujan dengan tangki air
dan diolah agar airnya dapat dimanfaatkan masyarakat. Penampungan Air Hujan
sudah ada di Kp.Pasir Peuti, Desa Sukamulya, Kec.Sukalutu, Kab.Cianjur.
Dengan adanya progarm-program tersebut diharapakan
akan menjadi solusi kekeringan akibat dampak kemarau untuk jangka panjang.
Solusi-solusi tersebut secara jelasnya terpapar dibawah ini:
1. Memetakan daerah yang mengalami kekurangan air
(kebutuhan dan penanganan).
2. Menyediakan sarana dan prasarana (tangki, pipa,
pompa)
3. Pembuatan sumur bor
4. Kampanye menghemat penggunaan air.
Untuk point 4 yakni kampanye menghemat air
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan
masyarakat dimana pun berada, tidak hanya yang berada di daerah krisis
air. Rumah Zakat sounding terus ke
masyarakat perihal kampanye ini dilakukan melalui media sosialnya, dan juga
menjalin kerjasama dengan Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, PDAM.
Duh, saya jadi berasa diingatkan untuk menghemat air
nih. Karena sering menggunakan air seenaknya, terutama ketika mandi karena
cuaca panas.
Rumah Zakat Menghadirkan Desa
Tangguh Bencana
Untuk mewujudkan solusi dan menjalankan program
menanggulangi bencana kemarau tentu saja Rumah Zakat tidak bisa bergerak
sendiri, selain dibantu oleh pihak-pihak yang disebutkan di atas, peran
masyarakat sangat dibutuhkan. Tidak hanya bencana kemarau, tapi bencana
lainnya, maka dibentuk Desa Tangguh Bencana yaitu desa yang memiliki kemampuan
mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri
segera dari dampak bencana yang merugikan, seperti yang dipaparkan oleh Murni:
"Dengan terbentuknya Desa Tangguh Bencana diharapkan warga desa terutama yang berada di daerah rawan bencana bisa lebih siap untuk melakukan pencegahan maupun siaga saat bencana terjadi sehingga meminimalisasi dampak kerugian yang terjadi."
Untuk membentuk Desa Tangguh Bencana, masyarakatnya
harus diberi penyuluhan kebencanaan, simulasi siaga bencana, pembuatan jalur
evakuasi di desa, membuat medis edukasi
bencana, dan merekrut pemuda tangguh bencana.
Tidak hanya melatih warga desa untuk tangguh
bencana, Rumah Zakat juga menyediakan Superqurban sebagai makanan yang mudah
disalurkan saat bencana. Selama Januari hingga Juni sebaanyak 10.558 paket
Superqurban tersebar ke wilayah pelosok maupun bencana di Indonesia, dan Rumah
Zakat terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak yang siap membantu
kelancaran program Rumah Zakat dalam menanggulangi bencana di Indonesia.
Rumah Zakat
Head Office:
Jl. Batu Kencana No., Batu Nunggal
Kota Bandung
Website: www.rumahzakat.org
Instagram: @rumahzakat
4 komentar
Wah iya nih Mbak kamarau sekarang ini panjang ya Mbak saya juga kasihan nih Mbak
ReplyDeleteWah bagus banget nih ya Mbak, membantu sesama. Dengan begitu bisa meringankan beban mereka
ReplyDeleteSedih Mbak kalau tahu beritanya gini. Di beberapa wilayah ada yang gagal panen karena kekeringan
ReplyDeleteAlhamdulilah..semoga kemarau ini menjadi pemererat ukhwuah Islamiyah umat muslim di Indonesia ya bu...
ReplyDelete