Antibiotik Bisa Menyebabkan Bayi Diare
Lanjutan dari
artikel Suspect Pneumonia
Saya melihat BAB Binar memang jadi
lebih intens sejak minum obat dari dokter, selain itu pada BAB berubah bentuk
yakni lebih encer dan berlendir. Tetapi tidak bau menyengat, standart saja,
warna juga seperti kotoran biasa,
kemungkinan memang lendir itu efek dari 3x fisio therapi kemarin. Jadi
lendir-lendir atau dahak yang membuat nafasnya sesak dengan proses fisio
therapi, selain keluar dari keringat, juga dari BAB.
Dokter Susi juga memberitahu jika BAB
masih 2-5 kali termasuk diambang aman, bukan disebut diare. Tenanglah hati ibu
meski sedih juga ya, berat badan Binar
waktu usia 4 bulan itu 5.9kg dan karena batuk jadi stuck, naik pun hanya jadi
6,1 kg saja. Namun lagi-lagi dokter Susi menenangkan, yang penting tetap ada
kenaikan berat badan meski sedikit. Batuk memang sering membuat berat badan
anak turun dratis ya?
Meski BAB sampai 5 kali baby Bi masih
terlihat ceria dan banyak bergerak, berarti memang dia baik-baik saja. Tapi
penasaran saya browsing, ternyata minum AB (antibiotik) pada bayi ada yang
menyebabkan diare dan itu tidak berbahaya. Diare akan berkurang seiring dengan
asupan AB berhenti, yang penting tetap jaga asupan. Karena baby Bi masih full
ASI alias ASI ekslusif, jadi ASI yang ibu kasih lebih dari biasanya.
Rabu, Maret 2019
Ternyata hari ini BAB Binar sampai 6
kali! Hadew, rasanya saya tidak bisa toleransi dengan perasaan saya lagi nih,
nangis deh. Asli, saya masih capek dengan perasaan-perasaan kemarin baby Bi
kena Suspect Pneumonia. Buyar deh semua omongan dokter Susi, soal browsing
diare karena AB. Pokoknya terekam dalam kepala saya, diare hitungannya menit
untuk seorang bayi dan saya takut sekali.
Maka saya minta diantar suami ke
dokter Susi lagi, kali ini suami sigap. Dia rupanya tidak mau lagi mengalami
kesalahan seperti kemarin karena menunda-nunda saat saya ajak ke dokter, bisa
dibaca lagi di Waspadai Batuk Pada Bayi, jika penasaran ingin tahu kisahnya ya,
moga bermanfaat bagi ibu-ibu semua.
Sampai rumah sakit Mitra Keluarga
suasana tidak seramai saat berobat sebelumnya, sepertinya fenomena batuk yang
merajalela mulai reda. Waktu awal berobat itu hampir seluruh sudut rumah sakit
ada yang batuk, saya sampai berdoa terus agar tidak tertular karena kondisi
baby Bi saat itu butuh ibu dan ayah yang sehat untuk menjaganya.
Luka Lama yang Masih Tersimpan
Sampai ruangan dokter Susi, wanita
manis itu kaget, senyum khasnya muncul dan bertanya, ada apa lagi dengan Binar?
Penuh rasa cemas saya menceritakan dengan runut, dan dokter Susi tersenyum semakin lebar. "Sebenarnya ibu ada apa sih, sampai apa-apa dibawa dengan perasaan kacau begini?" tanyanya lembut.
Maka meluncurlah kisah yang terpendam
dalam hati saya tentang kehilangan alm putra ketiga saya, Anakku KhalilMuhammad Gibran, 7 tahun silam. Sejak kehilangannya selalu saja semua hal yang
terjadi pada anak saya, terutama saat Pendar dan Binar lahir serasa berlebihan
menguras energi saya, menguras perasaan saya, dan saya tidak mau itu terjadi.
Tapi nyata saya rasakan.
"Ibu masih menyimpan perasaan luka, harus dihilangkan dengan kesadaran bahwa memang lebih baik buat alm. Tidak ada ibu yang ingin anaknya tidak sempurna, tapi itu kehendakNya. Kita hanya menjalani dan percayalah... ini semua lebih bagus buat alm. Sadari itu, Ibu..." kata-kata dokter Susi mengalir bagai ar di telinga saya hingga air mata saya merembes.
"Ibu tidak bersalah, yakinkan
itu..."
Akhirnya pertemuan kali ini justru
jadi media saya mengeluarkan semua perasaan di dada, suami yang menemani hanya
diam, sesekali saja memberi respon memperjelas apa yang saya alami ke dokter
Susi. Suami biarkan saya bercerita dan
mendengarkan apa yang dokter manis itu katakan hingga hati ini sejenak terasa
bagai terowongan yang luas dan nyaman.
"Sekarang mulai berpikir positif bayi ibu sehat, Binar baik-baik saja, dia lahir sempurna. Sakitnya juga sudah disembuhkan, diare ini murni efek dari antibiotik. Buktinya Binar masih ceria, berat badan tambah, nanti diare akan hilang seiring obat AB habis dan saya tidak akan memberi tambahan obat apa-apa lagi..."
Ya, akhirnya kami pulang dengan
perasaan lega sekali dan juga kesadaran dalam diri saya, ternyata saya masih
memiliki luka itu dan menjadi PR untuk mengobatinya, harus. Banyak ibu
kehilangan buah hatinya di dunia ini,
namun masing-masing orang memiliki kemampuan move on dengan berbeda-beda. Harus
disadari itu.
Lalu berangsur-angsur frekuensi BAB
baby Bi berkurang, kotorannya juga perlahan berubah normal, tidak lagi
berlendir. Tepatnya setelah seminggu berhenti minum AB, tepatnya AB sudah
dihabiskan karena memang harus habis. Seminggu kemudian baru BAB baby Bi
benar-benar normal.
Dan , karena serangkaian peristiwa
ini imunisasi baby Bi jadi telat deh. Baru imunisasi setelah AB habis, dan
ternyata berat badannya masih stuck 6.1kg saat ditimbang tanggal 14 Maret 2019.
Namun masih diambang normal berat badan tersebut, perkembangannya juga normal
karena saya selalu mengamati tiap tahapnya.
Tepat usia 5 bulan pada tanggal 18
Maret, baby Bi bisa tengkurap, disusul kemudian bisa bolak balik dan kini tahap
ingin duduk gitu, hehehe. Insallah, 21 April masuk tahap Mpasi , doakan baby Bi
sehat terus ya, aamiin.
Semoga artikel ini bermanfaat!
1 komentar
makasih sharingnya
ReplyDelete