Melahirkan Normal : Dijahit Tanpa Rasa Sakit
18 Oktober 2018
Setelah proses melahirkan selesai,
seperti waktu melahirkan Pendar 4 tahun lalu, kali ini dijahit juga tidak sakit
karena diberi anestesi (seperti yang sudah saya ceitakan di artikel sebelumnya). Jadi saat dijahit saya tidak perlu menggigit jempol suami
sampai biru (Ayo, siapa yang samaan saat dijahit pasca melahirkan normal
menggigit jempol suami sampai biru, hehehe) atau kain selimut agar tidak
menjerit saat jarum jahit ditusukan ke kulit vagina kita.
Saya dijahit sambil menyusui meski
ASI saya belum keluar, sejak melahirkan anak ke dua hingga ke lima ini memang
ASI saya tidak bisa langsung keluar. Berbeda ketika melahirkan Lintang, ASI
langsung berlimpah. Tapi untuk skin to
skin dan juga IMD, saya biarkan bayi mungil itu bekerja keras menghisap
ASI. Sesekali suara rengeannya terdengar lirih, gerakannya menghisap membuat
saya lega, begitu pandai dan pantang menyerah.
"Jahitannya banyak gak, Dok?" tanya saya penasaran karena prosesnya lama betul, biasanya dokter Deddy sih tidak mau menjawab cuma tersenyum meski saya desak. Atau kadang dijawab pendek, "Yang penting sudah lahiran dengan selamat."
Namun kali ini bidan yang membantu dokter Deddy mencetus, "Banyak banget, Bu, tidak kehitung. Tapi yang penting dijahit rapi."
Jleb! Alamak, kayaknya pertanyaan
yang saya lontarkan salah besar deh. Habis mendengar jawaban to the point itu saya berasa lemas.
Terbayang proses penyembuhannya, terbayang sakitnya, terbayang nanti kalau mau
pup, karena lagi-lagi diperjelas jahitannya dikit lagi mencapai anus, huwaaa.
Semua ini pasti karena saya tadi bertingkah tidak karuan, tidak bisa tenang
saat mengedan.
Selesai sudah proses pasca melahirkan
normal yakni dikeluarkan air-ari, dibersihkan sisa darah didalam rahin agar
tidak terjadi pendarahan, dijahit rapi, dokter Deddy dan teamnya pun memberi
selamat dan meninggalkan ruang bersalin. Berpesan kepada saya, setelah 6 jam
baru boleh bangun dari pembaringan.
Ruang bersalin |
Saya sudah memakai pembalut dan diselimuti
rapi, lalu langsung disuapi suami. Untuk kali ini selama 5 kali melahirkan,
baru ini nafsu makan saya luarbiasa. Jatah dari rumah sakit sampai tidak
terasa, hahaha. Suami mengingatkan agar saya tidak banyak makan yang
keras-keras karena takut proses buang air besar nanti susah dan sakit karena efek
jahitan banyak. Akhirnya saya yang niatnya mau minta dibelikan ini itu di luar,
jadi mengurungkan niat itu.
Padahal waktu melahirkan Pendar
jahitan tidak banyak, bahkan saya pup di rumah sakit begitu selesai melahirkan
tanpa rasa sakit di anus. Terbukti bukan, berapa kali pun melahirkan kondisi
yang berbeda-beda membuat setiap ibu terus belajar, tidak ada kata 'khatam'.
Selesai menyuapi, suami dipanggil suster ke kamar bayi untuk proses adminitrasi
dan lain-lain. Oya, bayi selesai IMD dibawa ke ruang bayi, sistem di rumah
sakit Prikasi memang kamar ibu dan bai terpisah agar ibu bisa istirahat. Jadi
bayi ditaruh di ruang ibu hanya dari pukul 6 pagi sampai 10 malam.
Ke Ruang Rawat Inap
6 jam kemudian, sekitar pukul delapan
malam saya diminta suster ke ruang rawat inap, kebetulan adik dan istrinya
tengah menjenguk saya, kami ngobrol di ruang bersalin. Ternyata kali ini menuju
ke ruang rawat inap memakai kursi roda, berbeda dengan dulu-dulu menggunakan
brankar dan saya digendong saat dipindahkan ke tempat tidur. Hadew, jadi deg-degan
sekali rasanya alias agak takut buat beranjak ke kursi roda, wkwkwk.
Bismillah,
ternyata seperti waktu melahirkan Pendar, kaki kiri saya agak bermasalah.
Entah, kenapa setelah melahirkan pasti sakit sekali, bahkan waktu melahirkan
Pendar sempat tidak bisa buat jalan dan hampir mau diperiksa ahli syaraf. Alhamdullilah, waktu itu kakak saya
datang dan kaki kiri saya dipijat-pijat lalu bisa jalan lancar.
Benar saja, saat turun dari bed, kaki
hendak menjejak lantai menuju kursi roda, sakit sekali. Sehingga saya mencoba
berkali-kali dan dengan keukeuh akhirnya bisa. Kembali lagi proses naik bed di
kamar rawat inap juga butuh kekeukehan, hahaha. Jadi ibu memang kadang butuh
nyali rock n roll.
Saya pun berbaring di atas kasur
berlapis sprei putih yang cukup nyaman meski kamar kelas 3. Sebenarnya sih,
lebih nyaman kelas 3 waktu jaman melahirkan Pendar. Ruangan lebih luas, ada ruang duduk di depan televisi untuk
yang menemani, semua pasien bisa menonton televisi karena ruangan luas.
Sementara yang sekarang sempit, televisi hanya terdengar suaranya saja. Mana
kali ini semua tempat tidur penuh, 99% wanita pasca melahirkan sectio, jadi
hanya saya pasien ibu dengan persalinan normal. Pantas ya, waktu di UGD ditanya
terus jam berapa operasi.
Baca Lengkapnya kisah di UGD : Persiapan Lahiran Normal Di Usia 41 Tahun : Menunggu Pembukaan
Baca Lengkapnya kisah di UGD : Persiapan Lahiran Normal Di Usia 41 Tahun : Menunggu Pembukaan
Bisa Langsung Buang Air Kecil Ke Toilet
Sebelum tidur, mungkir sekitar pukul
11 malam saya terasa mau ke toilet diantar suami. Sebelum turun dari bed tiba-tiba
saya punya ide agar suami memijat kaki kiri saya, kebetulan di tas bawa minyak
tawon. Setelah dipijat suami, benar saja kaki kiri saya bisa untuk jalan,
tepatnya tidak terasa sakit sekali. Maka saya jalan ke toilet dengan diantar
suami, saat akan masuk toilet saya meminta suami menunggu di luar. Sebab
biasanya saya sudah bisa buang air kecil sendiri, bersihin pembalut dan mencuci
celana dalam.
Tapi ternyata...
Ya ampun, mau buka celana dalam itu
tidak mudah karena kaki kiri saya buat bertumpu belum bisa. Saat mengangkat
kaki kiri, kaki kanan ok baik-baik saja eh..saat mengangkat kaki kanan,
boro-boro bisa. Kaki kiri terasa sakit sekali, huhuhu. Akhirnya dibantu suami
deh, terus saat menunduk juga terasa melayang seperti pusing kurang darah, Baru
ini pasca melahirkan saya mengalami pusing, memang dokter sempat bilang kalau
darah saya banyak sekali. Alhamdullilah,
proses melahirkan berjalan lancar, tidak terjadi sesuatu yang mengawatirkan.
Kisahnya bisa dibaca lengkap di Lahiran Normal Di Usia 41 : Agar Cepat Pembukaan Lengkap
Kisahnya bisa dibaca lengkap di Lahiran Normal Di Usia 41 : Agar Cepat Pembukaan Lengkap
Hanya Menginap Satu Malam
Karena meninggalkan anak-anak di
rumah meski bersama ibu saya, suami berencana untuk pulang besok saja jika
dokter mengijinkan. Saya pun setuju karena sudah tidak betah, suasana kamar ramai
sekali oleh kedatangan dan suara obrolan penjenguk, sampai ibu di sebelah saya
tensi darahnya naik karena kecapekan nerima tamu, ulalala!
Suami sempet mengusulkan pindah kamar
ke kelas 2, tapi saya pikir buat apa, besok juga rencana pulang karena saya
yakin semua baik-baik saja. Dan, malam itu saya minta dibelikan roti sama nasi
goreng, habis semuanya. Baru deh pukul dua belas malam saya pulas, tahu gak?
Baru melahirkan akan ke lima ini pasca melahirkan bisa tidur pulas. Biasanya
saya melek hingga jelang pagi meski lahiran pukul 6 pagi, entah kenapa.
19 Oktober 2019
Besoknya pagi-pagi saya sudah bolak-balik ke toilet lagi, tujuannya untuk melatih agar sampai rumah sudah terbiasa dibuat wara-wiri. Memang pasca melahirkan normal jangan banyak dibuat tiduran atau diam, agar jahitan nyaman sebaiknya dibuat beraktiftas. Tapi tentu saja aktifitas yang normalnya untuk ibu pasca bersalin, karena kalau terlalu capek bisa pendarahan atau ibu nipas akan jatuh sakit yang membahayakan dirinya.
Siangnya setelah divisit dokter Deddy dan bayi kami divisit dokter anak, maka saya dan bayi kecil kami diijinkan pulang, Horeeee! Tapi agak tertunda karena ternyata teman-teman banyak yang datang menjenguk sampai memenuhi ruangan, hahaha. Alhamdullilah, disyukuri mereka masih mengingat saya dengan baik. Bahkan Ratrie, salah satu teman yang datang ikut mengantar sampai rumah, huhuhu terharu.
Siangnya setelah divisit dokter Deddy dan bayi kami divisit dokter anak, maka saya dan bayi kecil kami diijinkan pulang, Horeeee! Tapi agak tertunda karena ternyata teman-teman banyak yang datang menjenguk sampai memenuhi ruangan, hahaha. Alhamdullilah, disyukuri mereka masih mengingat saya dengan baik. Bahkan Ratrie, salah satu teman yang datang ikut mengantar sampai rumah, huhuhu terharu.
Sampai di rumah Ibu saya dan
anak-anak menyambut kedatang kami dengan bahagia. Oya, bayi kecil kami bernama:
Binar. Nah, di rumah ini malamnya hingga besok malam terjadilah drama yang
membuat perasaan saya drop. Apakah itu?
Langsung saja baca ceritanya dengan klik link ini ya https://www.duniaeni.com/2019/01/bahayakah-sufor-untuk-bayi-baru-lahir.html?m=1 semoga bermanfaat
Langsung saja baca ceritanya dengan klik link ini ya https://www.duniaeni.com/2019/01/bahayakah-sufor-untuk-bayi-baru-lahir.html?m=1 semoga bermanfaat
Wah selamat bunda atas kelahiran dedek bayi nya
ReplyDeleteWah bunda punya dedek baru lagi ya, selamat bunda
ReplyDeleteLaki-laki apa perempuan bunda dedek bayinya
ReplyDeleteSelamat bunda atas lahirnya dedek bayi :D
ReplyDeleteDedek bayinya lucu sekali :D
ReplyDeleteIni anak kelima mbak? masyaAllah, luar biasa. You are strong mom. Selamat ya mbak, semoga jadi anak sholehah. Semoga sehat selalu ibu dan bayinya ^_^
ReplyDeleteAlhamdulillah mom dan debay Binar sehat dan selamat ya, ikut senang mom.
ReplyDeleteMemang ya tiap melahirkan pasti pengalamannya berbeda-beda, tapi mom Eni hebat, melahirkan anak ke-5 dengan normal.
Saya yang anaknya 3 aja rasanya seperti punya anak 30, hahahaaa.
Semoga selalu sehat ya mom💐
Mbaaa Eniiii....
ReplyDeleteHadoohhhh, perut dan bokong saya ngilu bacanya.
Lah lebay ini, siapa yang lahiraaaannn, siapa yang lebay wkwkwkwwk.
Sumpah ya, baru kali ini baca cerita melahirkan secara detil.
Dijahit kadang ga di anestesi?
Ya ampooonnn, ngangkang aja saya udah malu, 2 kali melahirkan baru sekali saya ngangkang diperiksa jalan lahir oleh bidan, itupun heboh jingkrak2 di kasur, sampai akhirnya sakit banget, emang bener ya harus lemes gitu kalau mau diperiksa.
Sebenarnya ini yang bikin saya rela dibelah perutnya dulu.
Gak kuat bayangin.
Bayangin aja gak kuat, gimana jalaninnya ya.
Udah nahan sakit ampun2, ditonton banyak orang, dijahit pula.
Masha Allaaahhh perjuangan ibu melahirkan itu yaa..
Masyaalloh mbak aku setuju nih memang gak ada kata khatam ya buat proses lahiran meski sudah beberapa kali event itu caesar juga loh mbak aku ketiganya merasakan hal yang berbeda meski sama-sama SC. You're strong mom. Salam sehat selalu semoga anak-anak kelak jadi abak sholeh. Aamiin
ReplyDeleteMba aku yang baca jahitan banyak juga jadi ngilu bayanginnya, perjuangan seorang ibu memang berat ya. Alhamdulillah bisa lahir dengan selamat ya Mba yang terpenting.
ReplyDeleteKemarin aku lahiran normal dan gak dijahit, terus baca cerita mbak yang jahitannya banyak. Duh rasanya nyess banget nih. Ngiluu.. huhu. Semoga sehat selalu ya ibu dan debaynya..
ReplyDeleteKasian amat sampai jempol Pak Budi digigit haha. AKu dua kali dijahit gak nrasa sakitnya krn saking excitednya ketemu baby, mbak :D
ReplyDeleteNah itu bagian ke toilet yg agak horor, aku takut pas itu, khawatir pas diambil perbannya itu di bagian bawan #tutupmuka
Alhamdulillah selamaaaat ya mbak atas kelahirannya.. aku bacanya kok jadi ikut ngilu ini padahal udah pengen hamil lagi akuuu hehhehe
ReplyDeleteMbak Eni Selamat ya alhamdulillah sudah lahir, cuma aku belum sempet tengok nih. Semoga sehat selalu ya. Aku pun Masih ingat betul rasanya saat melahirkan normal 2 tahun lalu mbak, nikmat masya allah. Cuma jahitanku salot banget saat Itu mbak
ReplyDeleteWow.. baby-nya enduttt.. Selamat ya mba atas kelahiran putranya. Alhamdulillah semua sehat ya..
ReplyDeleteDahsyatnye perjuangan melahirkan setiap ibu, ya. Semoga Binar selalu sehat dan berbakti kepada orang tua. aamiin
ReplyDeleteMba Eni aku ikut terhanyut dalam ceritanya...ngilu terasa
ReplyDeleteDirimu hebat Mbak, sampai anak kelima setrong warbiyasaah.
Semoga Ibu dan baby Binar sehat selalu ya. Kelak jadi penyejuk mata Orang tuanya...Aamiin
Nyeri-nyeri sedap ya kalau baca pengalaman melahirkan wkwk... Mba eni kayak mamahku, melahirkan di usia 40 thn. Kira2 aku sanggup gak ya nanti
ReplyDeletekok aku jadi deg2an ya bacanya mbak hehehe.. aku pun lagi menghitung hari nih menjelang melahirkan anak ke empat.. in shaa Allah 🙏
ReplyDeleteNgilu pas baca jahitannya banyak sekali *brb pingsan* hahaha aku ga kebayaaang yang lahiran normal terus dijahit. Aku di SC jadi ga kerasa blas. Kerasanya pas abis lahiran haha. Anw mbak eni ini strong sekaliii. Cuman nginep semalem :D
ReplyDeleteSama ..aku juga sama dokternya nggak dikasih tahu banyaknya jahitannya mbak...
ReplyDeleteAku jadi punya bayangin nih mba untuk melahirkan nanti. Aku save ah informasinya.
ReplyDelete