5 Buku Fiksi Yang Harus Dibaca
Jika membicarakan buku bagus, rasanya tidak akan cukup membahasnya
sehari. Karena banyak buku bagus yang terlahir di dunia ini, baik dari penulis
lokal maupun penulis luar. Buat
penggemar buku jika diminta menyebutkan buku yang menjadi favoritnya, saya jamin
tidak cukup lima jari untuk menyebut judulnya, begitu pun saya.
Ketika harus merekomendasikan judul buku yang bagus atau
harus dibaca, jadi mikir sekian lama karena hanya diminta 5 judul. Harus
benar-benar yang saya suka berarti ya, maka saya memutuskan buku-buku yang
mendekam kuat dalam kepala saya. Buku yang pernah saya baca puluhan tahun lalu
dan masih ada kenangannya di kepala, meski sudah dibaca berulang tetap rindu.
Beberapa buku yang saya sebutkan judulnya ini ada yang tebal
sekali dan saya sudah membacanya beberapa kali tanpa rasa bosan, selalu rindu
dengan kisah di dalamnya. Seakan tokoh-tokoh dalam buku tersebut hidup dan
sudah teramat saya kenal dengan baik. Bahkan tanpa membacanya lagi, hanya
dengan menyebut judulnya semua memori isi buku itu terpampang nyata dalam
ingatan.
Saya berpendapat rugi rasanya jika sampai tidak menyempatkan
waktu untuk membaca buku yang saya sebut judulnya di bawah ini:
1. Ronggeng Dukuh
Paruk
Novel yang ditulis oleh seorang penulis asal Banyumas, Ahmad
Tohari ini termasuk buku lawas yang melegenda hingga mancanegara, diterbitkan
tahun 1982 dan sudah beberapa kali difilmkan. Namun tidak satu pun filmnya yang
ingin saya tonton, karena kawatir melukai keindahan buku yang saya baca,
hehehe. Sebab, lebih banyak film yang diangkat dari buku gagal menggambarkan
imajinasi pembaca bukunya.
Dalam novel ini menceritakan kehidupan seorang Ronggeng
bernama Srintil di Dukuh Paruk, kebudayaan yang miris, kemiskinan yang
memilukan, yang ditulis oleh Ahmad Tohari dengan diksi indah, membuat saya
merasa berada di Dukuh Paruk dan terkenang hingga saat ini. Satu adegan yang
saya ingat betul yakni anak-anak Dukuh Paruk yang mencabut singkong dengan
mengencinginnya, lalu memakan singkongnya mentah-mentah.
2. Para Priyayi
Nove karya Umar Kayam
pertama kali diterbitkan tahun 1991, novel yang menggambarkan seorang
anak petani yang masuk ke dalam dunia priyayi. Bagaimana Umar Kayam
mendeskripsikan Kota Wonogalih sangat detil, bagaimana menggambarkan tentang
kehidupan seorang priyayi yang menurut saya rumit dan memiriskan, hahahah.
Pokoknya jika mengaku suka membaca sastra, novel ini harus jadi bagian koleksi
di almari buku.
3. Lima Sekawan
Ini dia buku legendaris dunia menurut saya, siapa saja
penggemar buku nyaris pernah membaca buku ini. Bayangkan Lima Sekawan pertama
kali terbit tahun 1942 di Inggris dan saya merasa bagian dari jaman-jamannya
Lima Sekawan, padahal saya lahir di tahun 1977, lalu anak saya pun menggemari
buku ini. Buku yang benar-benar sepanjang masa, acungkan jempol buat penulisnya
, Enid Blyton.
Paling berbekas dalam kepala saya Lima Sekawan seri Pulau
Harta Karun, saya masih ingat Timmy anjing kesayangan, George yang tomboy
dengan nama asli Georgina, Anne si bungsu yang suka menyiapkan bekal limun dan
roti jahe. Ah, rasanya rugi jika tidak mengenal buku Lima Sekawan.
4. Trio Detektif
Saya suka buku Trio Detektif
sejak SD, termasuk saat itu tergila-gila buku Lima Sekawan. Buku Trio
Detektif ditulis oleh Robert Arthur, berkisah tentang 3 remaja. Saya paling
ingat dengan sosok Jupiter yang membuat markas Trio Detektif di mobil bekas
milik pamannya, paman Titus. Mobil bekas yang disulap jadi ruang detektif cukup
canggih.
5. Buku-Buku Karya HC
Andersen
Saya tidak menyebut judulnya karena semua buku-buku karya HC
Andersen hampir mengisi kepala saya sejak kecil. Buku-buku karya penulis dan penyair Denmark ini seperti
Itik Buruk Rupa, Gadis Penjual Korek Api, Putri Kacang Polong adalah bacaan
yang membuat mimpi saya menjadi seorang penulis lahir.
Sehingga anak-anak saya pun saya koleksikan buku-buku karya
HC Andersen, karena memang buku-bukunya khas dunia anak-anak yang penuh
imajinasi. Sampai sekarang pun saya masih senang sekali membaca karya-karya HC
Andersen, rasanya seperti dilempar ke masa kanak-kanak.
0 komentar