Perempuan Harus Dukung #RokokHarusMahal
Rokok menjadi simbol
lelaki dan budaya masyarakat
Persoalan rokok ini menjadi dilema besar, di satu sisi rokok
ada yang mengganggap sebagai simbol seorang 'lelaki', di satu sisi lain sebagai
media untuk rileksasi, dan di sisi lain menjadi budaya. Terutama di
daerah-daerah merokok sudah seperti tradisi turun-temurun sehingga tidak jarang
atau bahkan banyak kita dapati di daerah-daerah yang masih tradisional
kakek-kakek dan nenek-nenek masih merokok.
Rokok disebut simbol lelaki sampai meruyak di kalangan anak
remaja lelaki, jika menolak rokok dianggap tidak solider terhadap sesama
lelaki. Begitu juga ketika rokok dijadikan media rileksasi, banyak orang yang merokok ketika stres,
ketika bersantai atau kumpul bersama teman, ketika menyendiri dan sebagainya.
Ini semua real ada di masyarakat
kita. Termasuk suami saya yang memberi alasan merokok untuk rileksasi sehingga
dia hanya merokok di saat-saat tertentu
Sementara dibalik semua alasan di atas, rokok sudah menjadi
momok besar di masyarakat. Sebagai penyebab datangnya berbagai macam penyakit,
seperti jantung, kerusakan gigi, paru-paru, dan sebagainya. Sebagai penyebab
kemiskinan semakin berdampak keras, sebagai media meracuni anak-anak bangsa.
Rokok menjadi momok besar di masyarakat
Rokok menjadi menyebab
datangnya berbagai penyakit
Saya ingat bagaimana bapak saya adalah seorang perokok berat
yang akan memiliih lebih baik tidak makan ketimbang tidak merokok. Sehari bisa
satu bungkus rokok dan tidak ada satu anggota rumah pun yang bisa melarang
bapak untuk tidak merokok. Emosinya meledak setiap ada yang membahas soal rokok
tidak baik untuk kesehatannya.
Hingga ketika usia bapak menginjak 60 tahun dan dokter
mengatakan: Jika bapak tidak juga berhenti merokok, usianya tidak akan panjang
karena paru-paru bapak sudah terserang efek merokok puluhan tahun. Saat itu
bapak memang sakit batuk dan sesak nafas cukup lama yang membuatnya terlihat
menderita.
Alhamdullilah, sejak itu bapak berhenti merokok
total. Sejak berhenti merokok kesehatannya membaik, emosinya juga lebih stabil
ketimbang ketika menjadi peroko aktif, ibu yang mendampingi bapak setiap hari
pun terkena imbas, yakni menjadi lebih sehat. Sebab perokok pasif jauh lebih berbahaya ancaman
penyakitnya.
Ini baru contoh kecil penyakit yang ditimbulkan rokok,
contoh besar lainnya masih banyak di masyarakat
kita. Termasuk alm kakek saya yang menderita sakit paru-paru akibat merokok
sepanjang usianya, sebab di daerah kakek rokok sudah menjadi tradisi.
Sampai saat undangan syukuran, rokok menjadi hidangan utama tamu-tamu lelaki.
Rokok menjadi penyebab
kemiskinan berdampak keras
Mengapa rokok menjadi penyebab kemiskinan berdampak keras?
Banyak masyarakat ekonomi ke bawah yang kecanduan rokok dan
memilih lebih baik merokok ketimbang tidak makan. Sehingga jatah uang yang
seharusnya untuk membeli tambahan lauk atau camilan keluarga dialokasikan ke
rokok, misal sebungkus rokok Rp10.000 yang jika dibelikan buah dapat membeli 8
buah jeruk lokal atau satu buah pepaya matang.
Bagi masyarakat menengah ke atas mungkin uang Rp10.000 tidak
berdampak besar dalam keuangan mereka, tapi bagi masyarakat kelas bawah atau
miskin? Ini besar sekali artinya, selain menjadi penyumbang penyakit bagi si
perokok dan perokok pasif, juga mengurangi jatah nutrisi untuk keluarga.
Pernah melihat anak-anak kecil usia sekolah dasar hingga SMA
asyik merokok di sembarang tempat?
Saya sering sekali, bahkan kemudian menjadi pemandangan biasa
di masyarakat meski larangan untuk itu tetap ada. Pada kenyataannya anak-anak
atau remaja masih saja bergerombol atau asyik menikmati rokok. Ini sungguh
merusak anak-anak bangsa karena tidak hanya mereka menggunakan uang jajan yang
seharusnya dibelikan makanan atau minuman bermanfaat, jadi untuk membeli rokok.
Mereka juga menjadi tertarik mencoba rokok dengan level lebih
berbahaya, seperti merokok dengan ganja, misalnya. Tubuh mereka yang seharusnya
masih sehat total terimbas efek nikotin rokok yang jahat dan menjadi penyebab
perokok pasif di sekelilingnya. Kecanduan merokok dari usia muda akan lebih
sulit untuk menghentikan dengan cepat.
Wanita dukung
#RokokHarusMahal
Dari paparan di atas kita sebagai wanita dan ibu harus
mendukung pemerintah atau bangsa ini menjauhkan rokok dari masyarakat, termasuk
keluarga tentunya. PR buat saya benar-benar menghentikan kegiatan suami merokok
di saat santai, meski sejauh ini baru berhasil melarang keras merokok di area
dalam rumah dan dekat-dekat kami.
Salah satunya dengan mendukung #RokokHarusMahal #Rokok50Ribu
seperti yang dikampanyekan radio KBR, JUmat 11 Mei 2018 dnegan rasa sumber Nina
Samidi, Communication manager Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dan dr.
Fauziyah, M.Kes, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia di
Riau.
Tahukan bahwa harga rokok di Indonesia menurut WHO (menuru
saya juga sih) terlalu murah, apalagi di Indonesia banyak dijual rokok abal-abal atau buatan masyarakat tanpa
label jelas yang dijual sangat murah hingga Rp5000, otomatis ini bisa dibeli
oleh siapa saja, termasuk anak-anak atau remaja. Rokok juga di masyarakat kita bisa dijual ketengan (satuan) dengan harga mulai
Rp2000/batang, menyedihkan. Menurut dokter Fauziyah, sekali saja anak-anak
menghisap rokok, bisa kecanduan. Apalagi jika dibeli dengan mudah.
Padahal di negara lain seperti Thailand, Malaysia, Arab
Saudi, Singapura, Australia, rokok perbungkus bisa mencapai Rp 200-Rp300 ribu hingga hanya mampu dibeli oleh masyarakat tertentu saja. Masyarakat
miskin, anak-anak atau remaja otomatis tidak akan mampu membeli rokok untuk
konsumsi sehari-hari.
Melihat fenomena dan dampak rokok di masyarakat kita sebagai
wanita harus dukung #RokokHarusMahal . Saya pun berharap suami jadi sayang
membeli rokok karena sebungkus rokok bisa membeli beras untuk 10 hari, jika
rokok mencapai harga Rp50.000. Anak-anak atau remaja pun jadi tidak mampu
membeli rokok lagi. Begitu juga dengan masyarakat di daerah-daerah.
Kita bisa mendukung #RokokHarusMahal dengan ikut tanda tangan
petisi di www.change.org/rokokharusmahal dan sebarkan hastek #RokokHarusMahal
#Rokok50Ribu #RokokMemiskinkan di semua media sosial. Atau ingin mendengarkan Radio KBR bisa di 104 jaringan radio
Indonesia dari Aceh hingga Papua, sementara untuk Jakarta ada di 89.2 fm.
Kalau saya lebih asyik mendengarkan
streamingnya di www.kbr.id karena bisa didengarkan kapan saja saat rileks atau
anak-anak tidur.
20 komentar
aku setuju deh kak, memang rokok harus dibikin mahal harganya, soalnya biar para remaja gak gampang belinya, setidaknya jadi memutus rangkaian selanjutnya
ReplyDeleteMasih murah Rp.50.000 buat harga rokok di negeri ini. Pasti banyak cara nantinya buat beli rokok. Kalau bisa dinaikin harganya 3x lipat. Biar massyarakat miskin makin mikir buat makan atau cari penyakit.
ReplyDeleteBagi sebagian besar masyarakat Indonesia, rokok masih menjadi kebutuhan utama.
ReplyDeleteSurvey Sosial Ekonomi 2016 menunjukkan bahwa orang Indonesia menghabiskan alokasi penghasilannya sampai 13% untuk membeli rokok. Agak ironis bahwa mereka mengeluarkan 13% dari pendapatan mereka untuk mencelakai tubuh mereka sendiri.
klo liat dampaknya yang lebi banyak negatif memang harusnya rokok dijual mahal jadi sebelum beli bisa pikir-pikir
ReplyDeleteSelain dukungan rokok harus mahal, edukasi juga perlu terus ya mba
ReplyDeleteRokok cuma buat gegayaan ini nyebelin. Gegayaan tapi bikin kesel orang di sekitar.
ReplyDeleteAku setuju nih kalau harga rokok harus mahal. SOalnya papa dan suamiku perokok. Biar kapok nggak merokok lagi :p
ReplyDeleteSemoga setelah mahal, pengguna rokok menjadi berkurang ya ka.. duh kapan sadar ya itu para perokok, bahwa rokok sangat berbahaya
ReplyDeleteAku dulu perokok berat, setelah berhenti emang berasa banget bedanya mbak. semoga semakin banyak sadar dampak rokok ya
ReplyDeleteAku salah satu yang dukung, kalau bisa harganya perbungkus 100 ribu deh biar mikir lbgh baik uangnya buat beli bakso hehe
ReplyDeleteKadang lelaki ga tau diri ya misal ada ibu hamil, anak2 dll merokok di depan kita tuh asik aja. Aku setuju harga rokok kudu selangit biar pembeli n perokok aktif berkurang. Kasihan kan perokok pasif malah berpenyakit. Sedih hiks ��
ReplyDeleteAku dukung banget rokok memang harus mahal. Apalagi aku tidak bisa kena asap rokok mual dan batuk. Sama sekali tidak ada benefit dari merokok ya.
ReplyDeleteSetuju bangeeet. Rokok ini jadi hal yang sensitif buatku pribadi, banyak hal negatif yang terlintas kalau mengingat rokok. Dari kecil memang ada alergi, gak bisa kena asap rokok, sensitif banget dari jarak jauh udah kecium dan bikin idungku gatal. Terlebih kemudian Sahabatku meninggal karena penyakit otak, dokter bilang penyebab utamanya adalah rokok. Bapakku masih merokok skr, tapi pelan2 dikurangi mungkin mengingat usia, padahal dari dulu banget aku udah ngingetin untuk itu. Makanya ada bagusnya kalau rokok dibikin mahal, supaya gak segampang itu buat dapetin rokok.
ReplyDeleteIiih sebel deh kalau ada yg bilang ga ngerokok ga solider. Saya sering banget tuh wanti2 kalau ada temen Abang yg ngajakin keburukan. Saya selalu bil, kalau kamu diajakin masuk kecomberan kamu mau? Begitulah teman yg mengajak hal2 yang ngga Allah ridha.
ReplyDeleteIyes saya juga dukung harga rokok emang sudah seharusnya mahal, karena dampaknya nanti kalau jadi penyakit bukan hanya membebani keluarga juga pemerintah dan negara, itu lebih mahal lagi biayanya.
ReplyDeleteAku dukung bnget paling sebel klo ngeliat yg ngerokok apalagi did angkot, asapnya bikin mual
ReplyDeleteiyah nih papih masih belum bisa berenti ngerokok duh semoga deh buru2 insaf
ReplyDeleteSetuju bgt aku dg dukung harga rokok sangat tinggi spy anak2 ngga bingung nyarinya dimana gitu
ReplyDeleteSetuju bgt aku dg dukung harga rokok sangat tinggi spy anak2 ngga Ikut2an merokok
ReplyDeleteaku juga dukung rokok harus mahal, aduh ayahku juga perokok berat mbaaaa dan susah banget mengurangi kebiasannya itu.
ReplyDelete