Poligami Di Mata Seorang Suami
Saya dan suami sering terlibat
obrolan ringan, tetapi sebenarnya tidak
juga ringan hanya dibahas seringan mengemil atau menikmati teh hangat. Dari
hal-hal yang dibahas ringan ini sering menjadi sumber kami saling memahami.
Saya jadi tahu isi kepalanya, begitu pun mungkin dia, hanya saja kami saling
tidak berkomentar memojokkan isi kepala masing-masing.
Seperti sore itu kami bicara tentang
POLIGAMI. Mungkin buat sebagian orang ini sesuatu yang sensitif, bahkan enggan
untuk membahanya terutama bersama pasangan. Tetapi karena saya sering membaca
tentang poligami, ketakutan-ketakutan para istri-wanita dan saya sendiri pun
tidak mau dipoligami tanpa alasan yang masuk akal, bukan sekedar birahi.
Sore itu...
Ada secangkir teh, juga lagu yang
menemani, sore adalah waktu terindah buat kami, tentu saja di saat suara hingar-bingar
anak-anak senyap.
"Kamu pernah ada keinginan poligami gak?" tanya saya sambil mensesap teh hangat, melirik wajahnya yang datar.
"Buat semua lelaki normal keinginan itu pasti ada, setidaknya pikiran tentang perempuan lain," jawabnya, ekspresinya masih datar.
Sumpah, saya yang jadi kaget.
Terkesiap dan mulai berimajinasi, berarti selama ini dia pernah berkeinginan
poligami atau setidaknya memikirkan wanita lain. Wah, wah, wah...
"Tapi laki-laki masih punya ini," dia menunjuk keningnya, " Dan ini..." menunjuk dadanya.
Wow! Rasa penasaran saya mengalahkan
segalanya saat itu. Sungguh sangat penasaran tentang isi kepalanya untuk kata
'Poligami'.
"Punya logika bahwa apa yang diinginkannya itu baik untuk pasangannya, anak-anaknya, masa depan keluarga kecilnya. Karena poligami tanpa alasan jelas, hanya karena tertarik dan menghindari jina, itu alasan yang masih bisa diolah dengan pikiran."
Saya manggut-manggut mendengarkan.
"Terus kalau kamu?" Tiba-tiba saya iseng memojokkannya.
"Maksudnya? Yang jelas aku mengurusi kamu dan anak-anak saja sudah butuh banyak hal."
"Ya, ya, sebab aku pun gak akan mau dipoligami selama masih bisa menjadi istrimu lahir dan batin, serta sudah memberimu anak empat. Anak-anak yang lengkap ada laki-laki, ada perempuan."
"Lalu kenapa tanya-tanya poligami?" katanya sambil tertawa.
"Boleh dong tahu apa yang ada dikepalamu tentang poligami. " Saya ikutan tertawa.
"Intinya tidak ada lelaki normal yang tidak tertarik dengan perempuan cantik, tetapi setiap manusia dikasih ini dan ini," dia kembali menunjuk kepala dan hati. "Selama itu masih selaras, tidak akan menyakiti pasangannya. Kecuali memang poligami dibutuhkan karena pasangan tidak bisa memenui kebutuhan batin atau memiliki anak, sementara suami masih butuh kebutuhan batin dan ingin punya anak. Atau suami istri sepakat mau menolong janda, tapi tetap... jangan lupakan anak-anak dan masa depan. Mampukah menghidupi dua keluarga dengan baik atau justru membawanya ke kapal yang salah???"
Yes, saya pun terdiam dan sore itu senja semakin memerah. Semakin saya mengenalnya, namun juga semakin saya mencoba memahami sisi manusiawi yang juga dimilikinya. Sebagai istri tentu saja saya harus berperan agar logika dan hatinya terus selaras, aamiin.
Btw... Selamat sharing berdua suami ya, hasil sharing kamu bisa dishare di kolom komen. Satu sharing paling menarik akan mendapat hadiah dari saya.
2 komentar
Saya juga ngebahas poligami biasa aja mba sama suami. Kadang jadi bahan becandaan juga. Benar kata suami mba, suami saya juga bilang yang ini aja nggak habis-habis dan banyak PRnya jadi ngapain nambah. Ada baiknya memang suami sama sma terbuka jadi poligami tidak dijadikan hak tabu untuk dibahas. Bagaimnapun juga agama Islam membolehkan :)
ReplyDeleteKadang saya juga gitu, Mbak. Pas lagi berdua iseng-iseng ngobrol sama Suami tentang hal beginian. Sekedar becanda aja sih seru ya Mbak hehe
ReplyDelete