Friday

Hari Gizi Nasional: Masa Depan Anak Di Tanganmu, Ibu


Membaca judul di atas rasanya membuat posisi saya sebagai ibu tertohok, tanggal 23 Januari 2018 saya berkesempatan hadir di acara memperingati Hari Gizi Nasional 2018 yang bertajuk 'Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Anak Indonesia Zaman Now, No Malnutrisi, No Obesitas: Sayangi Anak Dengan Makan Bergizi Seimbang' dengan para pembicara:




v  Dr.Musridah Thahir
v  Siti Masrifah Chifa, Anggota Komisi IX DPR RI
v  Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEAFAST IPB
v  Dr.Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI

Tertohok karena pertanyaan dalam diri saya sendiri; Apakah sudah benar cara saya memberikan asupan  gizi seimbang untuk anak-anak setiap hari selama ini?
Jika diingat-ingat kadang saya khilaf hanya memasakan lauk saja jika sedang sibuk banget, sementara kebutuhan gizi seimbang itu tidak sekedar lauk, seperti telur saja, daging saja, ikan saja, tetapi harus ada kandungan lainya yang dibutuhkan tubuh sehingga pertumbuhan anak benar-benar sesuai dan tidak mengalami gagal gizi atau malnutrisi.

Kenapa sampai nutrisi kepada anak harus seimbang? Sebab, jika tidak seimbang akan menyebabkan beberapa efek yang buruk, seperti stunting, gizi buruk dan obesitas. Mungkin kalian pasti pernah lihat anak-anak yan tumbuh jauh lebih kecil dari anak-anak seumurannya, sementara keluarganya tidak ada yang pendek. Atau pernah mendapati anak-anak dengan kondisi tubuh sangat kurus, kemudian sangat gemuk. Semua ini akibat faktor gizi tidak seimbang.

Bagaimana bisa terjadi demikian? Berikut ulasan saya saat mengikuti acara ini yang bertempat di Gedung Utama Kemendikbud:


Stunting, gizi buruk, dan obesitas


Tahukah hal yang menyedihkan bahwa di negara kita, Indonesia, merupakan negara yang diberi status GIZI BURUK oleh WHO, karena WHO menetapkan batas toleransi stunting maksimal 20% dari jumlah keseluruhan balita, dan Indonesia memiliki lebih dari itu. Salah siapa ini? Kondisi masyarakat yang terlalu miskin? Tidak juga, kasus stunting terjadi juga pada ekonomi menengah dan itu tanpa disadari si orangtua, jadi ketidaktahuan nutrisi yang seimbang, nutrisi yang baik ini bisa menyebankan terjadi stunting.

Di Indonesia daerah yang status stuntingnya tertinggi adalah Sulawesi Tengah, yakni sebesar 16.9%, sementara yang terendah di daerah Sumatera Utara yakni 7.2%. Maka pemerintah mengambil tindakan dengan  menetapkan 100 Kabupaten prioritas, yang dilanjutkan 200 Kabupaten lainnya mendapat perhatian dan penanganan khusus stunting. Sebab, anak-anak adalah penerus bangsa apa jadinya kalau mereka menderita stunting? Apa akan terwujud Generasi Emas 2045 jika masalah ini tidak ditangani dengan baik dan tuntas?

Stunting tidak hanya membuat tubuh anak menjadi pendek tidak sesuai pertumbuhan normalnya, tetapi juga sangat memperngaruhi pertumbuhanya hingga dewasa. Stunting bisa menyebabkan perkembangan mental terganggu, kemampuan kognitif terganggu, sehingga produktivitas ekonomi mereka tidak maksimal dan terjadilah penerus bangsa yang menurun, termasuk menyebabkan perekonomian nasional tidak berkembang, seperti yang dikatakan Dr.Damayanti Rusli S, SpAK, Phd:

"Permasalahan gizi tidak hanya mengganggu perkembangan fisik dan mengancam kesehatan anak, namun juga dapat menyebabkan kemiskinan. Pertumbuhan otak anak yang kurang gizi tidak akan optimal sehingga akan berpengaruh pada kecerdasannya di masa depan. Dengan demikian peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal lebih kecil pada anak stunting.

Siti Masrifah, Anggota Komisi IX DPR RI juga menambahkan, "Tantangan pemerintah saat ini cukup besar, tingginya angka stunting menjadi indikator kejadian gizi buruk di negara ini."

Tidak hanya stunting, tetapi gizi buruk dan juga obesitas. Obesitas atau kelebihan nutrisi ini pun bisa terjadi pada masyarakat menengah ke bawa, seperti kasus Arya Permana, seorang anak di Kerawag yang mengalami obesitas hingga tidak bisa beraktifitas seperti layaknya anak seusianya, bahkan sampai tidak bisa ke sekolah karena untuk berjalan saja sangat sulit.

Lagi-lagi semua itu akibat nutrisi yang tidak seimbang. Jika stunting disebabkan kekurangan asupan zinc dan protein, maka obesitas terjadi karena terlalu tinggi asupan karbohidrat, lemak, tinggi natrium, zat  gula tinggi dan rendah sekali asupan seratnya. Begitu juga dengan gizi buruk yang akan mengakibatkan stunting.

Mengapa masa depan anak di tangan Ibu?

Waspadai memberi asupan pada si kecil: SKM bukan susu

Seperti yang saya ulas di atas bahwa kadang atau mungkin sering seorang ibu karena sibuk dan sebagainya memberikan asupan nutrisi anak seadanya, hanya memberikan nasi dan lauk, sementara sayur, buah tidak tersedia. Akibatnya anak kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya.

Atau ketidaktahuan seorang ibu yang memberikan susu kental manis, susu yang banyak diproduksi dari berbagai brand ini, yang sesungguhnya bukan susu, tetapi pemanis mengandung susu dengan nilai gula lebih tinggi, dan hanya digunakan sebagai pemanis atau penyedap makanan dan  minuman.

Si ibu memberikan sebagai asupan susu tanpa takaran, setiap bayi atau si kecil meminta diberikan, akibatnya? Pencernaan bayi yang belum siap harus menerima kadar gula tinggi, atau anak-anak jadi kelebihan gula dalam tubuhnya. Bisa terjadi gizi buruk atau sebaliknya obesitas, dua-duanya membawa bencana bagi anak dan juga negara.

Ibu hamil adalah awal utama kehidupan anak sehat atau tidaknya

Ibu hamil, inilah yang juga bagian kenapa ditangan ibu adalah masa depan anak, karena stunting merupakan masalah berawal dari gizi kronis yang terjadi kurangnya asupan nutrisi atau pun gizi dalam jangka waktu panjang, yakni ketika bayi di dalam kandungan ibu. Apa yang diasup ibu hamil adalah apa yang diasup bayinya, jadi jika ibu hamil tidak paham nutris atau gizi yang baik, mengasup asupan yang sembarangan, maka bayi Anda adalah taruhannya.

Kerusakan otak yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan si kecil yakni dari dalam kandungan hingga memasuki golden age, maka sangat fatal dan tidak bisa diperbaiki, begitu dokter Damayanti menjelaskan. Jadi masalah kurang gizi, stunting, obesitas bukan lagi hanya masalah ekonomi, tapi masalah ketidaktahuan seorang ibu akan nutrisi yang seimbang.

Karena itu perlu adanya intervensi gizi dan edukasi secara terus-menerus kepada masyarakat, seperti yang dikatakan  Prof.Dr. Dodik Briawan:



"Intervensi gizi, perlu dilakukan dalam bentuk edukasi secara berkesinambungan kepada masyarakat terutama orangtua. Orangtua harus paham bentul kebutuhan nutrisi anak, makanan yang baik dan tidak baik, tidak terpengaruh gaya hidup yang serba instan serta iklan-iklan produk makanan anak yang kadang menjanjikan hal yang berlebihan."
Ibu-ibu, mulai cerdas kalau melihat iklan-iklan yang menarik untuk dikonsumsi anak, perhatikan dahulu kandungan nutrisinya dengan baik.

Ibu adalah Madrasah bagi anak-anaknya

Pernah mendengar kalau ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya, ibulah tempat belajar pertama bagi anak-anaknya karena itu ajakan dan berikan ilmu yang baik-baik bagi anak-anak kalian. Selain sehat fisik, Dr.Musridah Thahir mengatakan perlunya sehat secara batin dan metal untuk menciptakan anak yang yang berkualitas bagi bangsa dan negaranya.

Mental ini terbentuk dari spiritual yang bagus, selain juga tentu masuknya makanan yang halal ke tubuh anak kita seperti dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al Maidah: 88

Makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah direjekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah dan kamu beriman kepadaNya.
Nutrisi yang baik sangat diperlukan dan merupakan peran keluarga, "Di sini peran keluarga sangatlah penting, terjadinya gizi buruk berawal dari keluarga yang tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi bagi anak-anaknya. Akibatnya stunting tidak bisa dihindari dalam masyarakat kita," ujar  Dr.MusridahThahir.


Namun tentu saja makanan yang thayib juga mutlak dibutuhkan sehingga akan terwujud generasi emas 2045 seperti yang diharapkan Indonesia. Tentu ini perlu kerja keras, selain pemerintah peran utama yang terpenting adalah orangtua, adalah ibu dimana semua berawal dalam diri seorang ibu. Dari ibu mengandung janin, melahirkan, dan membesarkan anak-anaknya, di situ akan tumbuh generasi bangsa.


Wahai Ibu, jagalah anak-anakmu karena anak-anakmu adalah juga anak bangsa ini.

10 comments:

  1. Orang tua, punya peran dalam memilih asupan anak anaknya

    ReplyDelete
  2. Masa depan anak emang ada ditangan orang tua, mulai dari kecil harus diperhatikan asupan gizinya

    ReplyDelete
  3. Ibu harus pandai mengolah makanan agar keluarga terjamin kebutuhan nutrisi dan gizinya.sehingga tidak terjadi malanutrisi seperti Stunting dan Obesitas

    ReplyDelete
  4. Peran ibu itu segalanya bagi anak-anak ya mba,maka pengaruhnya sangat besar untuk tumbuh kembangnya.

    ReplyDelete
  5. Memang ortu sekarang butuh edukasi berkesinambungan buat belajar gizi. Semoga generasi emas 2045 terwujud, anak Indonesia bebas stunting dan obesitas dari sekarang.

    ReplyDelete
  6. PR ibu memang banyak. Memperhatikan gizi anak, mengatasi anak GTM dan picky Eater. Hehehe semangat ibu Indonesia, demi generasi penerus yang lebih baik

    ReplyDelete
  7. Duh, Mbak, baru aja aku nyuapin anakku pakai nasi sama ayam goreng aja. Hiks. Males2an nih bikin naget sayur. Makasih Mbak sudah ditampar.

    ReplyDelete
  8. Terima kasih untuk mengingatkan ya mba. Masa2 pertumbuhan anak itu memang harus diawasi bersama ya agar masa depan anak menjadi lebih baik. Aamin

    ReplyDelete
  9. Gizi yang baik tentu akan menunjang tumbuh kembang anak, agar menjadi anak yang sehat dan cerdas. Terima kasih untuk sharingnya ya mbak

    ReplyDelete
  10. aku paling suka kalau dr. damayanti udah bicara, pedes tapi kena. Memang ya, masalah kurang gizi itu ga cuma urusan kesehatan, tapi nyambungnya ke kecerdasan dan buntut2nya pada kondisi ekonomi, hiks. Dampaknya panjang banget

    ReplyDelete