Sepotong
Cerita...
Belum lama ini seorang
teman berbagi cerita dengan saya, bagaimana dia mengalami depresi karena
tekanan ekonomi yang luarbiasa. Dia dan suaminya sama-sama mengalami pemutusan
pekerjaan, seketika pemasukan setiap bulan yang rutin berhenti. Untuk kebutuhan
sehari-hari terpaksa mengambil tabungan, kebutuhan mendadak mengambil tabungan, namun karena tabungan
tidak seberapa dalam kurun waktu tidak lama habis.
Berawal dari kebutuhan
yang tidak terpenuhi, tekanan untuk memenuhi kebutuhan ini-itu, salah satunya
makan sehari-hari, sekolah anak, uang membayar rumah, dan sebagainya. Sementara
pekerjaan belum kunjung datang, depresi pun melanda. Puncaknya tidak sekedar stres
biasa, namun hingga menyakiti anak-anak yang dianggap sebuah beban dalam
masalahnya.
Itu cerita pertama,
cerita ke dua adalah seorang wanita cerdas, cantik, namun berdiri di hadapan
saya dengan wajah kuyu, seakan dalam dirinya kosong. Hampir sama dengan kisah
pertama, tekanan ekonomi. Cerita ke dua ini karena suami sejak awal menikah
tidak memiliki rumah, tidak memiliki pekerjaan tetap.
Namun dalam perjalanan
pernikahan mereka, sempat sukses sebagai UKM, mereka menikmati gaya hidup yang
disebut menengah. dan mengalami
kebangkrutan usaha sehingga susah berdiri lagi. Jika cerita pertama menyakiti
anak-anak, cerita ke dua sudah melupakan anak-anaknya. Dia hanya merakan
kekosongan sendiri, putus asa dengan setumpuk permasalahannya.
Smart Mom, Your
Family's SMiLe
Tanggal 29
September 2017 atas undangan dari KEB, saya berkesempatan hadir di acara Sinar
Mas MSIG Life dengan tema 'Smart
Mom, Your Family's SMiLe' , temanya asyik
banget ya. Menjadi seorang ibu yang cerdas sehingga membuat kelurga bahagia,
intinya itu yang saya tangkap. Ibu cerdas seperti apakah? Sebab, menurut saya
kecerdasan itu banyak hal, cerdas tidak hanya pandai berhitung, menguasai
banyak bahasa, dan lain sebagainya. Kira-kira dalam acara ini ibu cerdas yang
seperti apakah?
Acara yang diadakan di
JSC Hive Coworking Jakarta Selatan ini diisi oleh narasumber Aakar Abyasa
Fidzuno, CEO/Founder of Jouska Financial, yang memberi ilmu tentang bagaimana
mengatur uang kita, bagaimana mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan kita, bukan sesuai dengan tingkat keinginan kita.
Aakar Abyasa Fidzuno, CEO/Founder of Jouska Financial |
Di sini saya belajar
memahami tingkat kehidupan manusia yang dipaparkan Aakar dengan sangat gamblang
dan to the point yang membuat
tusukan-tusukan tajam di dada. Aseli, ini paparan yang bisa membuat kita
berdiri di depan cermin dan bertanya: Tingkat keingananmu apakah seimbang
dengan tingkat kemampuanmu?
Baiklah, lanjut...
Abraham Maslow seorang teoretikus dan psikologi asal Amerika yang terkenal dengan teori hirarki kebutuhan manusia, maka dari sisi financial
atau keuangan kehidupan manusia berdasarkan teori Abraham Maslow dibagi menjadi tiga, yakni:
1.
Zero Level Finacial
Dalam level zero atau
NOL di mana kita tidak memiliki apa-apa, atau jika bekerja baru masuk menjadi
pekerja, dan jika pengusaha baru merintis usaha. Dalam teori Abraham Maslow
dalam posisi ini manusia berada di posisi mencari sandang, pangan, papan, dan
rasa aman dalam keuangannya.
2.
Midle Level Financial
Jika semula baru masuk
bekerja, baru merintis usaha, pada level ini sudah mulai masuk di posisi mapan
secara finansial. Fenomena yang terjadi di masyarakat pada tahap midle level financial terjadi perubahan
karakter ekonomi menjadi OKB (orang kaya baru). Biasanya karakter OKB adalah
wujud dari tekanan di masa zero level finacial. Bisanya mereka menjadi
seseorang yang butuh penghargaan dari orang banyak atau sekeliling, butuh
pengakuan kalau dirinya sudah mapan, sudah melompat jauh dari zero level financial. Dalam masyarakat seperti sudah menjadi hukum rimba yang tidak mampu akan dipandang sebelah mata.
3.
Wealthy level Finacial
Ini lah posisi yang
didambakan banyak orang, termasuk saya, hehehe. Posisi wealthy level financial adalah posisi yang sangat mapan atau
sejaterah. Keuangan bukan lagi masalah buat mereka yang berada di level ini.
Segala hal bisa dimiliki dengan mudah tanpa harus berhutang atau kredit. Jika
pada midle level financial OKB adalah
orang kaya baru, maka pada wealthy level
finacial OKB adalah orang kaya beneran.
Tahap
Paling Riskan Dalam Level Finacial
Dalam tahap ini mana
yang paling riskan? Aakar mengatakan, tahap
midle level finacial lah yang paling riskan dan membuat banyak orang
terlena dalam GAYA HIDUP. Kalau dalam psikologi ini efek masa-masa zero level financial. Rasa keinginan
yang tertunda, rasa butuh penghargaan, pengakuan, sehingga ingin menunjukkan
sesuatu kepada lingkungan. Masuklah mereka dalam midle income trap.
Di lingkungan
masyarakat seseorang yang memasuki midle income trap terlihat tarap hidupnya dari zero
level finacial menjadi seolah wealthy
level finacial. 'Wah' itu kesan yang ditangkap dari seseorang yang terjebak
di midle trap. Segala hal bisa
dilakukan untuk memenuhi keinginannya sampai menjerumuskan diri ke dalam limbah
hutang-hutang sehingga ketika ditotal secara finacial sesungguhnya harta
kekayaannya minus atau tidak mustahil kembali ke zero level financial.
Mengulas tentang midle income trap jadi teringat kasus disainer
busana muslim yang ngehits, hidup bak ratu. Namun di luar kisah tragis disainer
busana muslim ini, membuat saya mengingat sepotong cerita yang saya tulis di
awal artikel, khususnya cerita ke dua. Tentang seorang teman yang mencapai
kekehidupan di midle level financial kemudian meluncur terjun bebas kembali ke zero level finacial.
Jangan main-main dengan
finacial, kegagalan ekonomi tidak hanya menyebabkan kemiskinan, meninggalkan
hutang-hutang, tetapi juga mengancam jiwa menjadi depresi serius yang berujung
menyakiti keluarga maupun diri sendiri. Betapa midle income trap harus diwaspadai karena kenyataannya fenomena ini banyak
terjadi di masyarakat kita.
Cara
Melepas Jeratan Midle IncomeTrap Finacial
Yuk, Atur Uangmu!
Sejak dini keuangan harus direncanakan dengan baik |
Itu kunci utamanya,
karena seseorang yang masuk ke dalam wealthy
level finacial adalah yang mampu mengatur keuangannya dengan baik, bukan
menghamburkannya untuk berbagai macam keinginan begitu merasa sudah memiliki
uang banyak. Masuk ke tahap wealthy level
finacial diperlukan perencanaan keuangan sejak dini dan ke depan, salah
satunya adalah dengan memiliki asuransi.
Mengapa asuransi?
Dalam financial asuransi termasuk dana dadakan, dana pensiun, dana investasi, yang mana kita bayarkan di depan seperti menabung, namun tidak bisa diambil seenaknya, kecuali mendadak dalam kondisi yang sudah ditentukan di atas hitam putih, seperti penanggung meninggal. Hal ini yang dihandle secara keuangan adalah keluarga yang ditinggalkan. Sudah banyak peristiwa seorang keluarga yang ditinggalkan kepala keluarga dan memiliki asuransi jiwa, misalnya, tertanggung tidak dibebani terlalu berat bea hidup karena adanya asuransi tersebut.
Kembali membahas cara
melepas jeratan midle income trap yang berbahaya ini, Aakar memberkan bagaimana memperkuat
keuangan:
1. Bijak dalam
mengelola anggaran
Ketika pertama menerima
gaji bayarkan semua kewajiban, seperti hutang, berbagai macam iuran, kebutuhan
sehari-hari untuk satu bulan, sedekah, tabungan, dan lain-lain yang sifatnya
kebutuhan, sisanya baru dianggarkan untuk keinginan atau gaya hidup. Karena
merupakan sisanya makan gaya hidup otomatis akan sesuai dengan kemampuan.
2. Saling Terbuka
Dengan Penghasilan
Aakar menolak sistem
uangmu uangku dan uangku ya uangku yang banyak dipakai oleh wanita di
Indonesia. Mengapa fokus ke wanita? Karena wanita adalah pengelola anggaran
rumah tangga yang sangat memiliki peran penting. Wanita harus bisa membuat
suami terbuka tentang penghasilannya, begitu juga dengan dirinya harus jujur
dengan suami jika ikut berperan mencari uang. Keterbukaan ini membuat kita bisa
membuat dasar mengelola keuangan mau seperti apa.
3.Membawa anak diskusi
tentang keuangan
Banyak di Indonesia
orangtua merasa tabu menerapkan hal ini, anak tugasnya harus belajar bukan
mencari atau mempikirkan keuangan keluarga, belum waktunya. Menurut Aakar itu
salah! Diskusi keuangan dengan anak sama juga mempersiapkan sedini mungkin
tentang bagaimana mengelola dan menghasilkan uang yang akan jadi bekal
nantinya.
Mengingatkan akan sepotong
cerita di awal artikel ini pada kisah pertama, bagaimana sepasang suami istri
menjadi linglung karena dua-duanya berhenti bekerja dengan kondisi simpanan
yang seadanya. Hal ini tentu karena kurang pengetahuan bagaimana mengelola
keuangan, sehingga tidak berpikir ke depan jika memiliki kondisi tertentu.
Di akhir ulasan artikel
ini akhirnya saya diskusi dengan pasangan saya, pertama saya tidak ingin
terjadi kondisi seperti sepotong cerita di atas, saya ingin mempersiapkan
keuangan untuk masa depan, meski kami sudah tidak muda lagi. Setidaknya
mengajarkan kepada anak-anak kami sedini mungkin tentang bagaimana mengelola
keuangan dan menghasilkan uang agar mereka kelak tidak terjebak ke dalam midle income trap.
Memang ya, benar sekali seorang ibu harus cerdas, karena itu saya sangat beruntung bisa hadir di acara Sinar Mas MSIG Life bertema 'Smart Mom, Your Family's SMiLe' ini. Memang ya, seorang ibu harus cerdas dalam segala hal, termasuk keuangan. Dalam acara ini selain membahas keuangan, dibahas juga tentang bullying. Sebagai orangtua kita wajib mengambil langkah bijak untuk kasus bullying, lebih jelasnya tentang bullying bisa dibaca di Bijak Menghadapi Bullying.
Tulisan ini diikutkan dalam Blog Writing Competitiom Sinarmas MSIG Life
Alhamdulillah, nambah lagi 1 ilmu. :D
ReplyDeleteAlhamdullilah bisa berbagi ilmu
DeleteKeuangan kalau nggaj diatur emang jatuhnya ke mana2 dan gak jelas. :'D
ReplyDeletePusing kok uang habis, tapi kalau dirunut bener,nyesek
Deletethanks for sharing mba, saya kerja dari single tapi pas sudah nikah kerasa banget kudu pinter-pinter ngatur keuangan biar bisa nabung juga :D
ReplyDeleteTiss, mba
DeletePaparan sederhana. Nyangkut dan sampai di hati. Sukak!
ReplyDeleteAwalnya aku termasuk yang alergi asuransi karena belum kenal.
Kini aku sudah memasuk tahun ke delapan.
Punya asuransi seperti menemukan uang di kantong celana. Tak terduga tapi bikin bahagia.