Semarak
Pekan Pancasila
Tanggal 1 Juni 2017 Hari
Kebangkitan Pancasila, Medsos diluar kebiasaan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya hanya status yang mengucapkan: Selamat
Hari Pancasila, maka pada tahun ini
dimeriahkan dengan flyer-flyer berjargon Pancasila, karena Presiden Joko Widodo
(Jokowi) mengadakan Pekan Pancasila dengan tema: Saya Indonesia Saya Pancasila, dan tagar diantaranya #SayaPancasila #PancasilaPunyaKita #PekanPancasila #4Pilar #IniBaruIndonesia
Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak
mengkampanyekan Pekan Pancasila. Banyak masyarakat (termasuk saya) yang
menyambut bersuka cita dengan ikut meramaikan, bahkan menyandingkan flyer
Pancasila dengan foto profil di akun-akun media sosial masing-masing. Sebagai rasa
cinta terhadap Indonesia (termasuk Pancasila di dalamnya) banyak masyarakat
(termasuk saya) tidak hanya menampikan flyer dan foto profil. Tetapi juga
menuliskan kecintaan mereka dengan aksara masing-masing, seperti:
Kita
memang berbeda, kita tak sama
Namun
kita adalah satu, untuk Indonesia
#SayaPancasila
#PancasilaPunyaKita
Yuk,
kita kuatkan panji-panji kembali, bulakan telad untuk utuhnya Pancasila
#PekanPancasila
#4Pilar
Siapapun
saya
Saya
lahir di Indonesia
Indonesia
Pancasila
#IniBaruIndonesia
#SayaPancasila
Apakah semua masyarakat
Indonesia menyambut Pekan Pancasila?
Saya tidak pernah tahu,
tapi saya yakin sebagai bangsa Indonesia yang berpancasila akan bangga dengan
apa yang dimiliki negerinya. Namun di sosmed berseliweran status yang
kontradiktif dengan status di atas, hati manusia memang beragam. Kita harus
menghargai keberagaman, namun rasanya miris sekali membaca beberapa status
menyebut : Mualaf Pancasila, dan beberapa komen kontra lainnya.
Maka ketika mendapat
undangan untuk menghadiri acara Netizen
dan Blogger Ngobrol Bareng Ketua MPR RI, tanggal 5 Juni 2017 di Ruang Degelasi
- Nusantara V MPRI RI, dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila ke 72,
yakni 1 Juni 1945 - 1 Juni 2017. Saya langsung menyambut gembira untuk siap
hadir meski di bulan Ramadhan.
Terlebih kali ini
berkesempatan langsung bertatap wajah dengan Ketua MPR RI Bapak Dr. (H.C)
Zulkifli Hasan, S.E., M.M. dan berbincang langsung. Saya menyimpan rasa
penasaran mengapa pemerintah sekarang lebih meriah menyambut hari kelahiran
Pancasila dengan mengadakan Pekan Pancasila. Apakah mengacu pada kondisi
Indonesia yang mau tidak mau, cukup panas dan bergeser dari sikap saling
menghargai keberagaman?
Isu agama, isu politik
mewarnai Indonesia akhir-akhirnya ini, terlebih dengan hadirnya media sosial
secara bebas siapapun bisa menulis di media sosial dengan isi kepalanya.
Beropini, berpendapat, bersuara secara subyektifitas pribadi. Alhamdullilah, masih banyak masyarakat
yang adem ayem di media sosial dan menulis yang bermanfaat. Setidaknya
menyimbangkan masyarakat yang menulis hal-hal negatif.
Ketua
MPR RI Zulkifli Hasan: Gunakan Medsos Untuk Merangkul Jangan Memukul
Acara pertama langsung
dibuka Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, sebelum dibuka obrolan para undangan yang terdiri
dari 100 orang Netizen dan Blogger ramai-ramai menyempatkan diri berfoto ria.
Orang nomor satu di MPR ini dengan senang hati dan ramah melayani para undangan
yang meminta berfoto, bahkan foto satu-satu.
Tujuan MPR merangkul
para netizen dan blogger adalah untuk menuliskan hal-hal yang positif,
menyampaikan ke masyarakat sumber-sumber yang akurat untuk melawan hoak yang
akhir-akhir ini meresahkan masyarakat. Bahkan membawa opini masyarakat
Indonesia semakin liar dari berita-berita hoak tersebut.
"Gunakan Medsos
untuk merangkul, jangan memukul. Medsos sarana persaudaraan bukan malah menambah musuh." Ujar
Zulkifli Hasan. "Netizen, blogger, masyarakat, sampaikan berita secara
independen. Jangan sampai menjadi media partisipatif, apalagi tim sukses.
Karena Tim Sukses itu ada yang sukses, ada juga yang tersakiti."
Apa yang dikatakan
Zulkifli Hasan, itulah kenyataan yang selalu terjadi di medsos. Masing-masing
Tim Sukses bisa memicu pro dan kontra, masing-masing punya pilihan sendiri.
Kebenaran menjadi subyektifitas, tergantung kepada siapa masyarakat berpihak.
Mengapa Hari Kebangkitan Pancasila
kali ini lebih meriah?
"Pancasila harus
dikenalkan secara interaktif pada generasi millenial. Media Sosial menjadi
sarana paling tepat mendekatkan nilai-nilai luhur kita pada generasi
muda."
Memang Pancasila harus
disosialisasikan ke masyarakat lebih massif atau lebih luas lagi. Karena Pancasila
merupakan ideologi yang bagus dan strategis di Indonesia yang masyarakatnya
beragam atau multikultural, dan ini tidak bisa dilakukan pemerintah tanpa
bantuan masyarakat Indonesia.
"Demokrasi
Pancasila akan berguna kalau demokrasinya benar dan yang memilih sadar, akan
siapa yang dipilih." kata Zulkifli Hasan. Untuk itulah diharapkan netizen
dan blogger ikut berpartisipasi mengembalikan nilai-nilai ke-Indonesiaan melalui
Media Sosial. Apakah ini pekara mudah?
Pada sesi diskusi tanya
jawab, saya sempat melontarkan bagaimana menghadapi masyarakat yang nyinyir
atau 'sewot' dengan Pekan Pancasila? Bagaimana pun di Media Sosial berseliweran
komentar subyektifitas tentang Pekan Pancasila ini. Bagaimana agar tidak terjadi
pro dan kontra sehingga yang terjadi adalah kerusuhan masyarakat di Media Sosial?
Sementara tujuan Pemerintah mengadakan Pekan Pancasila agar masyarakat
Indonesia tidak terpecah belah.
Zulkifli Hasan intinya
menghimbau agar masyarakat jangan saling memancing dan terpancing, "Tidak
ada yang diuntungkan kalau sampai kita terpecah, semua jadi tak enak. Karena
itu jangan menyiram dengan bensin sehingga suhu semakin panas."
((Hal yang perlu saya
catat: Cerdas hati dalam membuat status atau pun tulisan di media sosial))
Selain Pancasila,
didiskusikan juga tentang 4 pilar lainnya. Empat Pilar yang dimaksud adalah Pancasila,
UUD NRI Tahun 1945, NKRI, Bhineka Tungggal Ika. Empat Pilar ini harus dijaga
dan diamalkan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, dengan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari maka masyarakat Indonesia yang beragam ini akan hidup
berdampingan dengan damai.
Ma'ruf
Cahyono : Meminta Netizen dan Blogger Menyeruakan Pancasila Ke Masyarakat Luas
Keterbatasan waktu
membuat Zulkifli Hasan hanya bisa menanggapi beberapa pertanyaan undangan,
pembicara selanjutkan Sekretaris Jenderal MPR, Ma'ruf Cahyono. Ini pertemuan ke
dua kalinya buat saya. Ma'ruf Cahyono menyampaikan kurang lebih sama dengan
Zulkifli Hasan, berharap Netizen dan Blogger menyerukan Pancasila ke masyarakat
luas.
Bahasa para netizen dan
blogger yang membumi dan mudah dipahami diharapkan akan mampu menyampaikan ke
masyarakat sehingga Pancasila tidak hanya dikenal memiliki lima sila dan sebagai
lambang negara saja. Tetapi mengamalkan lima sila tersebut dalam kehidupan
sehari-hari dengan pemahaman yang kurang lebih seperti ini:
1. Ketuhanan Yang Maha
Esa : Masyarakat yang beragama dan saling menghormati agama masing-masing,
tidak memaksakan keyakinan kepada oranglain, dll.
2. Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab: Masyarakat yang saling menghormati, tidak semena-wena, berani
membela kebenaran, dan bersikap adil, dll.
3. Persatuan Indonesia
: Masyarakat menempatkan kesatuan dan persatuan bangsa ini di atas kepentingan
pribadi dan golongan, Berbhineka Tunggal Ika, dll.
4. Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dan Permusyawaratan dan Perwakilan:
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, mengutamakan hasil musyawarah
dan melaksanakan dengan itikad baik.
5. Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia: Bersama-sama mewujudkan kemajuan merata dan adil
dengan tidak merugikan pihak lain, menjaga keseimbangan hal dan kewajiban, dll.
Sayangnya, antara
Pemerintah dan masyarakat beberapa masih ada yang tidak mengamalkan dan
memahami Pancasila. Sehingga seolah merasa sudah mengamalkan, tapi kenyataannya
tidak, sebab tidak memahami. Seperti terjadinya korupsi penjabat, terjadinya
nyinyir di Media Sosial tentang Pekan Pancasila.
"Ada banyak kata
kunci dalam etika kehidupan berbangsa dan bernegara yang terkandung dalam Tap
MPR No.VI tahun 2001, diantaranya gotong royong, kemandirian, budaya
malu." Kata Ma'rup Cahyono ketika meminta para undangan mengulasnya agar
tersampaikan ke masyarakat secara baik dan positif.
Presiden Jokowi sendiri
mengharapkan dengan diadakan Pekan Pancasila akan menguatkan dan memperkenalkan
ulang dasar-dasar Pancasila serta menarik minat para generasi muda terhadap
Pancasila agar seluruh masyarakat Indonesia menerapkan nilai-nilai Pancasila ke
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Para Netizen & Blogger |
Jadi Pekan Pancasila
ini bukan bertujuan membuat seseorang dinilai paling Pancasilais, maupun
membuat yang tidak meramaikan Pekan Pancasil dinilai tidak Pancasilais. Bukan
sama sekali! Opini-opini seperti ini hanya akan menggiring subyektifitas yang
merugikan Indonesia, memancing kerusuhan atau seperti yang dikatakan Zulkifli
Hasan; menyiram dengan bensin sehingga suhu semakin panas.
Ayuk lah, masyarakat
Indonesia istirahatkan opini subyektifitas kalian. Kita saling bersatu dalam
keberagaman ini atas nama Indonesia. Saling menghargai, menghormati, atau kalau
tidak sama sekali, lebih baik puasa jari untuk menulis yang tidak-tidak di
media sosial. Dan, sebagai penutup saya sepakat dengan ucapan yang saya kutif dari Anggota MPR dari Fraksi PKS TB Soenmandjaja, yang mengkritik diksi : Pancasila Reborn, karena Pancasila sudah ada. Untuk apa dilahirkan kembali? (sumber: mpr.go,id)
Iyesss, sebagai bangsa Indonesia kita menjaga, menjalankan dan memahami Pancasila yang sudah ada, setuju?
Setujuu dong mak...
ReplyDeleteSemoga Indonesia tetap satu dengan segala perbedaan yang ada :)
Kalau tidak mau menerima perbedaan, ya...Indonesia bubar ya hehe
DeleteSetuju banget. Dari dulu Indonesia itu adem, hanya saja pas ada medsos kenapa jdi mudah tersulut ya. Semoga kita selalu satu ya mba demi keutuhan bangsa:)
ReplyDeleteAcara seperti ini yang harus selalu dilakukan :)
Pertanyaanmu keren mba. Iya masih ada aja yg nyinyiran moment hari Pancasila ya.. Ckckck.. Campaign di medsos memang paling bisa nyebar ke generasi milenial.. Semoga pesannya sampai ke anak2 muda.. Hihi muda kayak kita gini deh mba :D
ReplyDeleteAku merasa masih adem aja perasaan, tidak berpengaruh sama isu yg berseliweran, soalnya kalo di dunia nyata yg tadinya terlihat beda jadi sama, biasanya rame di medsos aja
ReplyDeleteSkrng udh ad hari lahirnya pancasila,,, kalau sebelumnya hari kesakrian pancasila
ReplyDeletePancasila akan hulang dari ingatan ketika negara tidak mewujudkan ke lima silanya
ReplyDelete