Marhaban Ya Ramadan...
Alhamdullilah, ramadan sudah terlewati tiga hari. Ramadan tahun ini adalah ramadan yang paling berkesan buat saya, meski semua ramadan pasti sangat berkesan. Tapi tahun ini benar-benar membuat saya terharu diam-diam, bersyukur tiada terkira.
Semua orangtua yang
memiliki anak pasti akan melewati masa memperkenalkan berpuasa pada anak-anak,
termasuk saya. Nano-nano rasanya memperkenalkan ramadan pada anak-anak, apalagi
anak saya perempuan dan laki-laki. Ini sangat berbeda sekali dalam
memperkenalkan berpuasa pada mereka.
Kalau Lintang diajarkan
berpuasa lebih cepat menerima dengan senang hati, meski saya tidak memaksakan.
Dia lebih cepat bisa melalui puasa tanpa drama, berbeda dengan Pijar, selalu
penuh drama, hehehe. Dari drama buka tutup kulkas, jilat-jilat makanan, jam 10
pagi minta buka, jam 12 siang buka, lelah hayati, wkwkwkw.
Perlukan Si Kecil Berpuasa Full?
Bagaimana menghadapi
drama anak-anak?
Saya mengenalkan puasa
ke anak-anak tanpa memaksa, tapi mengajak berbuka, sahur, sahur ini termasuk
tahap yang sulit dalam mengajarkan berpuasa kepada anak-anak. Karena merupakan
waktu sedang enak-enaknya tidur. Jangankan dibangunkan sahur, dibangunkan pagi
untuk ke sekolah saja sering ada acara 'macet (baca: sulit bangun).
Acara bangun sahur
sering hanya saya dan suami yang sahur, kadang Lintang, dia sering memilih
tidak sahur tetapi tetap berpuasa. Namun saya tetap tidak mengharuskan
anak-anak dengan tegas, karena mengingat usia mereka belum akil baliq. Buat
saya mereka mengenal apa itu puasa, apa itu berbuka, apa itu sahur, lalu
sedikit-sedikit mau berpuasa, sudah merupakan bonus tersediri sebagai orangtua.
Buat saya (dan suami)
anak-anak tidak perlu puasa full, biar mereka memahami, lalu melakukan dengan senang
hati. Bukan karena sesuatu, karena saya tidak pernah menjanjikan 'sesuatu'
untuk mereka mau berpuasa. Saya ingin anak-anak berpuasa karena kesadaran itu
wajib dan mereka senang melakukannya.
Tantangan Terbesar Anak
Berpuasa Full
Sebenarnya tantangan
terbesat anak-anak harus berpuasa full itu dari omongan tetangga kiri-kanan.
Dulu, saya tinggal di Jagakarsa dengan rumah yang berhimpitan, apa yang kita
lakukan spontan tetangga pasti tahu, termasuk anak berpuasa atau tidak.
Banyak anak-anak yang
berpuasa sampai full, ada yang masih TK, ada SD kelas 1, dan seterusnya.
Intinya hanya Pijar yang berpuasa setengah-setengah dengan rentang usia 6
tahun. Omongan mereka yang mencemooh, apalagi komen: Ibunya berhijab, kok
anaknya masih belum bisa puasa full, gak diajarin ya? Sudah mau SD loh, si A
atau B saja TK sudah full, dan sebagainya.
Bagaimana tanggapan
saya?
Iyesss, namanya
manusia, ada juga sedikit merasa sedih, kok anak saya belum bisa berpuasa full,
apalagi Pijar sampai usia 7 tahun, mau 8 tahun masih saja puasanya
bolong-bolong, mengeluh, drama banget. Tapi kembali saya diingatan dengan
pemikiran saya sendiri, bahwa anak-anak belum akil baliq. Belum besar
tanggungjawab mereka dalam ibadah, orangtua wajib mengarahkan tapi bukan membuat peraturan jadi
wajib.
Maka saat Pijar
mengeluh haus, pengen nyicip kue, es cream, buka tutup kulkas, saya hanya
memberikan hal-hal yang harus dia ketahui tentang puasa, tentang makruh,
tentang batal berpuasa. Tetap mengajak berbuka puasa, sahur...
Akhirnya
Pijar Puasa Full
Jika anak perempuan lebih mudah diajak berpuasa, mungkin karena anak perempuan mengalami pengertian lebih dahulu ketimbang laki-laki. Konon, anak laki-laki lebih lama bertumbuh secara pengertian dan pemikiran. Sebagai orangtua wajib menyelesaikan sebuah PR hingga menyerahkan buku tugasnya dengan baik, Insaallah.
Dan, tahun ini, ramadan
ini, saat Pijar berusia 8.7 tahun, dia mulai berpuasa dengan drama seperti
tahun kemarin di hari pertama. Tetapi di hari ke dua dia yakin dengan kata-kata
saya: Mas Pijar bisa karena Mas Pijar calon kepala keluarga, laki-laki itu
harus tangguh dalam agama karena jadi imam bagi keluarganya.
Pijar ini paling bangga
kalau dibilang kelak jadi kepala keluarga, karena dia terobsesi sama Ayahnya,
hehehe. Alhamdullilah, puasanya full tanpa mengeluh sama sekali, padahal dia
harus bersekolah dengan jarak tempuh naik motor 1 jam jika tidak macet, pulang
siang, langsung mengaji hingga pukul dua siang. Ini yang bikin ramadan tahun ini berkesan sekali buat saya.
So?
Kita tidak perlu
berkecil hati soal anak-anak kita yang masih penuh drama dalam berpuasa,
kenalkan mereka sampai jatuh cinta dan
tahu arti berpuasa. Jadikan puasa sebagai kewajiban karena Allah, bukan
karena untuk sesuatu. Jika sudah tiba waktunya cinta dan pengertian itu merasuk
dalam jiwa anak, kita tidak perlu lagi berpikir: Bagaimana biar mereka mau
berpuasa, Memberikan hadiah-hadiah jika mereka lulus berpuasa. Sebab puasa
adalah ibadah karena Allah.
Waduh, kok ada yang nyinyir sih ngomong pakai bawa hijab segala? Kan anak puasa nggak bisa dipaksa, tapi diberikan pemahaman dan itu juga proses. Semangaat Pijaaar
ReplyDeletepas banget nih artikelnya En.., anakku yang bungsu juga lagi aku kenalin soal puasa, kalo yang gede dua2nya udah puasa. Makasih yaaa tipsnya..
ReplyDeleteSetiap anak, memang berbeda wataknya ya, Mbak. Saya juga punya dua anak, beda karakternya. Termasuk soal puasa, mereka juga memiliki reaksi yang berbeda. Memang harus banyak bersabar menghadapi anak yang baru belajar puasa,ya ... :)
ReplyDeleteIya memang... Anak sy perempuan masih TK gampang sekali diajak sahur.. Semangat kak pijar... Semangat juga puasanya
ReplyDeleteanak-anak kan masih tahap belajar berpuasa. Kalau dipaksa malah jadi momok buat mereka. cuek aja lah dengan omongan orang
ReplyDeleteAku dulu sampai SD juga masih bolong-bolong, apalagi begitu dibawa mudik ke Jawa.. orangnya banyak yang gak puasa, aku jadi ikut tergoda, hehe. Bisa puasa full gara-gara diiming-imingi hadiah kartu perpustakaan kalau sukses puasa sebulan.
ReplyDeleteNyebelin banget yang ngomong bawa-bawa hijab itu, zzz
Emg sefari dini mltih anak untuk brpuasa
ReplyDeleteAnak-anakku mulai berpuasa sejak di TK B. 3 jam, 6 jam dst lama2 full seharian alhamdulillaah. Tapi kasian itu kalau pas puasa pas lagi UKK hahah sampai rumah loyo gitu...
ReplyDeleteiya mbak setuju banget, selagi masih belum aqil baligh, belum besar tanggungannya. Salam buat Lintang, Pijar, dan Pendar ya mbak.
ReplyDeleteWah happy kalau anak-anakmu udah bisa belajar puasa mbak. Saya setuju memang tidak boleh dipaksakan, kadang dengan memberikan contoh anak anak akan punya kesadaran dengan sendirinya bahwa puasa memang wajib baik umat islam
ReplyDeleteWahh kak pijar pengen kayak ayah ya, semangat berpuasa Kaak...
ReplyDeleteWah, ngajari anak.puasa itu gak semudah mmembalikkan tangan. Ada yg gampang diajari puasa, ada yg mesti dirayu dengan hadiah.
ReplyDeleteHiks. Kok mirip saya sih? Anak saya juga kudu disabarin nih.
ReplyDeleteKak Pijar keren banget, semangat ya sayang, benar-benar calon peimpin keluarga yang oke
ReplyDeleteSoleh ya Pijar
ReplyDelete