Marischka Prudence : Tulis Perjalananmu Tanpa Membatasi Diri
Papandayan |
Perjalanan
Jalan-jalan atau traveling maupun ngebolang bisa
dikatakan kesukaan saya sejak masa jaya (baca: muda belia). Menyisir perjalanan
untuk menemukan sesuatu yang tidak mudah didapatkan ketika diam di tempat
adalah tujuan dari setiap perjalanan saya. Betapa segala kebahagiaan itu
berawal ketika akan menuju suatu tempat.
Betapa gembira ketika
dapat berada di antara petani tembakau di dataran Papandayan, menyapa wajah
petani berpipi kemerahan. Melihat tubuh-tubuh kekar berbalut baju hangat, menyusur
tebing-tebing dengan karung-karung besar berisi kentang, atau bahkan potongan
belerang keemasan. Garut seperti Tibet kecil dalam khayalan saya.
Atau berada di antar gelak
tawa anak Kampung Naga yang mencoba mengenal banyak warna, sarapan sayur timun
kuah kuning seharga seribu rupiah dan mencoba membuang hajat dalam kotak-kotak
kakus dari bambu yang terbuka sehingga wajah kita bisa dilihat siapa saja.
Semua itu bagian dari perjalanan yang tidak biasa.
Juga berada di alam
yang jauh dari keramaian, tehnologi, bersama para warga Baduy dalam yang
menggesekkan alat musik semacam biola dari bambu. Alat musik yang menghasilkan
suara-suara magic, suara menyembah alam agar manusia patuh dan tunduk pada
keEsaan Tuhan. Sungguh, perjalanan itu tidak hanya melihat, tetapi mendapatkan
sesuatu yang baru dan mengisi jiwa.
Impian Perjalanan Yang
Terputus
Meski sekedar ngopi
dalam angkringan kaki lima yang mengepulkan aroma harum khas, ngobrol panjang dan
lebar tentang apa saja. Hidup ini begitu berarti dengan perjalanan, tetapi
kemudian impian itu seakan terputus. Ketika saya menikah dan lahirlah empat
anak (1 alm) yang menguras waktu dan segala kondisi yang akhirnya membuat saya
menahan impian tentang Baduy Dalam berikutnya, tentang Tibet-Sherpa yang belum
juga tersentuh.
Tentang suku Sherpa
yang menggembala yak, wanita-wanita Sherpa yang dihiasi pernak-pernik dan
warna. Mereka yang kemudian menjadi pendamping para pendaki ke puncak Everest.
Puncak impian para petualang gunung sejati, bahkan karena mimpinya saya sampai
membeli buku: Menapak Tiang Langit yang harganya saat itu lumayan menguras
dompet, hehehe.
Pupusnya banyak impian
perjalanan, juga membuat saya gigit jari setiap membaca blog teman-teman yang
bertemakan traveling atau perjalanan. Kadang, ngeluh ke suami: Duh, kapan nih,
Yah, bisa bener-bener berpetualangan bersama anak-anak? Ibu kan, pengen ke
sana- ke situ- ke sini dan banyak lagi sebelum tua."
Selama menikah
jalan-jalan hanya seputar Jabodetabek, itu pun tidak pernah menginap. Hanya
perjalanan one day. Mau ke Bandung
saja sama anak-anak gak juga terealisasi, duh melas banget ya wkwkwkkw. Tapi
memang susah kalau punya pasangan yang gak memiliki jiwa petualangan besar.
Padahal dulu saya berkhayal akan memiliki keluarga kecil yang suka traveling,
berpetualang.
Apalagi sekarang saya
aktif ngeblog, makin gregetan ngeliat blog temen-temen yang berisi perjalanan
mereka. Kapan bisa kayak gitu? Apalagi (apalagi nih) saya sempat punya buku
traveling, rasanya gemes banget gak bisa mewujudkan impian. Pengen banget
balik ke Baduy yang gak jauh-jauh amat aja masih belum bisa, karena Pendar masih
ASI. Saya ini ibu yang berhati rinto banget, gak bisa membayangkan anak saya
malam-malam nangis cari ASI ibunya wkwkwkkw.
Arisan Ilmu KEB:
Kreatif Menulis Kisah Perjalanan
Tanggal 18 Maret
kemarin (agak telat nih saya nulisnya, karena sakit nyaris seminggu), saya
ikutan Arisan Ilmu KEb di FX Sudirman dengan narasumber Marischka
Prudence. Temanya kebetulan saya suka banget, jadi deh meski hujan deras banget
tetap datang dari Depok menuju Sudirman.
Prue (begitu saya
memanggil gadis cantik mantan jurnalis salah satu stasiun televisi swasta itu)
memberi keyakinan, kalau blogger dengan niche
apapun bisa menulis tentang traveling. Langsung deh, terbersit di hati saya:
Lah, kalau bloggernya jarang ngebolang kayak saya gimana dong?
Prue dengan santai
menerangkan, apapun tentang perjalanan sebenarnya bisa ditulis. Tidak harus ke
tempat-tempat yang unik atau indah seperti luar negeri atau luar daerah yang
jauh jangkauannya. Perjalanan bisa ditulis dari hal-hal kecil, seperti ke
tempat wisata yang dekat-dekat. Lokasi yang murah meriah, seperti kebun
binatang, taman bermain, dan lain-lain.
"Jadi gak perlu
membatasi diri, ah gue jarang traveling, ah gue engga bisa ngomong soal travel,
Nggak juga sebenarnya karena sekarang banyak orang bisa nulis tentang travel,
terkait macam-macam aspeknya, " kata Prue.
Wow! Benar juga ya?
Saya kok jadi melupakan apa yang sudah saya tulis selama ini di blog. Kebetulan
di blog saya ada niche 'Perjalanan' yang isinya hasil dari jalan-jalan bersama
keluarga kecil saya, ke tempat-tempat wisata atau pun kuliner yang memang seputaran
Jabodetabek saja. Kenapa saya melupakan itu ya?
Salah satu tulisan traveling saya: D'Kandang Farm Amazing
Bagaimana Menulis
Traveling
Tetapi sesungguhnya
menulis perjalanan atau traveling itu perlu memperhatikan apa yang akan
ditulis, tidak sekedar bercerita. Namun ada muatan sebagai berikut:
Memiliki Informasi
Dalam setiap tulisan
travel jangan pernah lupa memberi info peta atau cara menuju lokasi tersebut,
kondisi lokasi hingga ke perlengkapan yang dibutuhkan di lokasi tersebut dan
sebagainya
Berbagi Opini
Segala hal seperti
perjalanannya, kekurangan dan kelebihannya lokasi tersebut
Memberi 'Rasa' Dalam
Cerita
Supaya cerita
perjalanan atau traveling kita menarik, tulislah sesuatu yang menguatkan
cerita. Misalnya: Perasaan yang terasa saat berada di lokasi tersebut, sambutan
masyarakatnya, dan lain-lain.
Proses Dalam Menulis
Kisah Perjalanan
Jika kita hendak
menulis kisah perjalanan, terdapat proses yang tidak boleh kita lupakan,
menurut Prue proses tersebut adalah:
- Planning: Rencanakan mau pergi ke mana, dengan siapa saja dan kapan akan dilakukan perjalanan tersebut, dan lain-lain.
- Hunting: Sebaiknya sebelum melakukan perjalanan, terutama yang lokasinya m asih asing, perlu hunting. Hunting bisa dilakukan dengan membaca, browsing, bertanya kepada seseorang yang pernah ke sana, dan sebagainya.
- Writing: Tulis kisah perjalanannya, bisa dengan membuat draft-draft singkat ketika dalam perjalanan sehingga mudah dikembangkan ketika sudah siap ditulis. Sebaiknya menulis perjalanan jangan terlalu lama dipending, tetapi langsung ditulis begitu selesai perjalanan. Atau lebih bagus: Menulis sambil melakukan perjalanan dengan cara bersambung-sambung.
- Editing: Jangan lupa, untuk diedit ketika tulisan akan dishare agar asyik dibaca.
- WHAT: Terkadang atau bahkan sering kita bingung akan menulis apa dalam sebuah perjalanan kita? Sebenarnya tinggal tentukan mau menulis wisata atau kulinernya? Kalau topiknya terlalu banyak dan bisa diangkat secara menarik semuanya, buatlah berseri. Namun jika tidak terlalu banyak, buatlah dua judul atau artikel dari sisi obyek wisata dan dari sisi kulinernya
- WHO: Siapa obyek yang digambarkan? Tentu saja akan lebih baik jika diri kita sendiri yang digambarkan atau ditulis.
- WHEN: Beri penjelasan kapan sebaiknya kita menuju lokasi yang sedang kita kunjungi, misalnya bulan September Jepang musim dingin, apa saja yang menarik di saaat musim dingin, dan sebagainya.
- WHERE: Informasi lokasi yang selengkap-lengkapnya
- WHY: Informasi mengapa lokasi yang kita kunjungi menarik
- HOW: Memberitahu bagaimana transportasi untuk menuju lokasi tersebut dengan detil sampai ke info harganya sehingga pembaca mendapat gambarann budget yang dibutuhkan.
Travel Blogger
Menghasilkan Uang?
Nah, ini siapa yang
tidak mau? Khayalan saya pun ingin dari perjalanan bisa menghasilkan uang,
sebenarnya bukan khayalan. Dulu, saat belum menikah saya menjadi kontributor
majalah Matabaca untuk tulisan tentang jalan-jalan. Jadi jalan-jalan saya
tulis, hasilnya terima fee, asyik kan? Bisa jalan-jalan menyenangkan, dibayarin
pula. Tapi sekarang saya ingin dari nulis di blog, karena memang saya sudah tidak
menjadi kontributor majalah lagi.
Tapi kata Prue nih,
menjadi travel blogger tidak hanya mendapatkan jalan-jalan, penginapan dan
makan gratis. Tetapi kita bisa mendapatkan dengan cara memasang banner iklan di
dblog, membuat afiliasi, memasang Google adsense, dan banyak lagi. Untuk itu blog
kita harus tampak menjual. Bagaimana agar blog tampak menjual?
- Design: Ini penting banget nih, buatlah disain/templare blog yang sesuai karakter kita. Jangan ikut-ikutan dan blog terlihat jadi seragam.
- Name: Nama blog sama juga identitas kita. Buatlah nama yang menggambarkan apa yang kita tulis. Kalau blog traveling, namakan sesuai dengan image traveling.
- Content: Tulisalah kisah-kisah perjalanan yang semenarik mungkin dan dibutuhkan orang infonya
- Promotion: Share tulisan di blog kita ke berbagai media sosial.
Emak Blogger |
6 komentar
Waah ini acaranya kerwn yak, duuh sayang ga bisa ikutan.
ReplyDeletebetul mb Lis
DeleteTravel blogger emang keren, sayangnya aku Mentok di budget makk
ReplyDeleteIh, masih single juga. Budget itu bakal mengikuti, karena nulis traveling bisa mendatangkan uang. Nulis aja yang jalan-jalan tersederhana dulu mak
DeleteIiih...seru banget yaaa...
ReplyDeleteDulu juga cita cita ngebolang. Tunggu Aish sembuh dari sakit dulu kayanya baru bisa kesana kemari. Saat ini nichenya baru tour De rumah sakit hehehe. Sukses ngebolangnya ya mak :)
Aamiin
DeleteLekas sehat ya, Aish