Ketemu lagi di artikel berikutnya, sharing saya berdua Leyla Hana. Bulan ini telat banget, karena biasa kebanyakan kerjaan sebagai Emak Rempong. Mau bahas apa ya, kali ini? Ehmmm, karena lagi banyak isu soal halu (halusinasi), saya sama Leyla Hana jadi pengen bahas juga nih. Cuma karena bukan ahli psikolog, ya bahas dari sudut pengalaman pribadi saja. Kebetulan saya pernah mengalami berbenturan dengan orang-orang yang suka berhalusinasi (saya menyebutnya berkhayal saja deh, karena memang tahapnya baru berkhayal sepertinnya hehehe).
Bukan hanya berbenturan sih, tapi sebagai manusia biasa saya juga pernah mengalami berkhayal. Wah, berkhayal apa? Pokoknya baca aja deh sampai habis, jangan diskipskip ya (please, hehehe). Sebab satu komentar yang nyambung sama artikel dan paling bagus, akan mendapat hadiah seperti biasanya.
Hadiahnya dari saya dan Leyla Hana yang akan diumumkan di IG kami. So, jangan lupa ya buat follow @dunaieni dan @leylahana, dan komentar harus di blog kami masing-masing. Jangan hanya komen di saya atau di blog Leyla, ya ^_^
Semua Orang Berkhayal
Khayalan tingkat tinggi
yang tidak bisa saya lupakah hingga kini adalah memiliki televisi. Dulu, setiap
menonton televisi pasti akan lari ke tetangga yang jaraknya cukup jauh dan
hanya bisa dilakukan di hari libur. Sering di dalam kamar saya berkhayal ada televisi
di dinding (tahun 80an belum ada ya, televisi yang nempel di dinding, wkwkkw),
kadang karena berkhayalnya saya menatap dinding lama. Cahaya matahari yang
masuk saya khayalkan sebagai film atau apalah, pokoknya televisi.
Kalau lelah berkhayal,
saya berdoa kepada Tuhan agar benar-benar ada televisi di dinding rumah, namun
Tuhan baru mengabulkan setelah saya bekerluarga baru bisa punya televisi, di
mana efeknya saya tidak begitu suka nonton. Efek dari kecil hingga dewasa tidak
punya televisi. Sesekali saja saya nonton.
Lalu khayalan ke dua
adalah cita-cita saya menjadi 'orang terkenal', jadi dari kecil saya sudah
hobby bercerita di depan teman-teman, melakukan sesuatu yang menarik agar
dilihat, dan cita-cita saya adalah :PENGARANG (penulis). Dalam khayalan anak
kecil, saya berkhayal berdiri bercerita dan dilihat orang banyak (kalau ini
sih, pendongeng yak, wkwkwkk). Khayalan yang kemudian saya wujudkan dengan
melakukan apa yang saya khayalkan: Menulis&mengirim tulisan saya ke media. Setelah
saya remaja, baru khayalan itu terwujud karena perjuangan yang lumayan keras,
dan pantang menyerah.
So, gimana khayalan
yang paling berkesan buat kamu? Yang bahkan kemudian terwujud karena dorongan
doa dan kerja keras, sharing dong...
Khayalan Yang Merusak
Diri
Khayalan yang merusak
diri, ini sedikit ekstrim ya? Tetapi beneran ada di sekitar kita dan mungkin
tanpa kita sadari kita pelakunya. Yang bagaimanakah khayalan yang merusak diri?
Sekitar tahun 1996,
saat saya duduk di kelas 3 SMA, ada seorang teman perempuan yang merupakan murid
pindahan dari sekolah lain, sebut saja Z. Z ini begitu datang menarik
teman-teman sekelas dengan sering taktir, sering bayarin ini itu, bahkan saya
salah satu yang pernah ditaktir. Dalam sekejap Z terkenal teman yang loyal,
baik, hingga dipercaya menjadi ketua bendahara kelas.
Nama Z pun semakin
melambung karena kemudian terhembus kabar dia anak orang tajir (kaya). Setiap
hari Z bercerita kedua orangtuanya yang sering ke luar kota, liburan ke
berbagai kota yang merupakan destinasi wisata paling ngehits di Indonesia,
seperti Bali. Jalan-jalan ke mall yang ngetop saat itu, singkat cerita hidupnya
seolah highclass. Semua ini didukung
dengan dia selalu diantar mobil yang berganti-ganti, sopir yang berbeda-beda.
Hingga suatu hari geger
uang chas bernilai ratusan ribu (saat itu sangat besar), dibawa lari Z, karena
Z sebulan tidak masuk sekolah tanpa kabar. Saya yang merupakan sekretaris kelas,
ditugaskan menemani ketua kelas dan wakil mencari rumah Z berdasarkan alamat
dari data sekolah. Dan....
Trantaaaaaam!!!
Saat saya bersama
teman-teman datang, semua ceritanya beda 100%, yang saya temui adalah rumah
sederhana dengan orangtua renta yang sakit-sakitan. Akhirnya, Z keluar dari
sekolah karena malu dan itu sudah terjadi entah ke berapa kali menurut cerita
kakak-kakaknya. Rasa sedih dan miris campu jadi satu, pihak sekolah pun
terpaksa mengikhlaskan uang ratusan ribu yang tidak bisa dikembalikan oleh Z
maupun keluarganya.
Cerita ke dua, saya berteman
dengan seorang perempuan cantik, sebut saja D. Main ke rumahnya. Rumahnya besar
dan mewah, namun kosong. Saat itu dia bercerita kedua orangtuanya ke luar
negeri, dia juga bercerita lulusan sekolah ternama, namun ternyata dia hanya
seorang ART. Mirisnya, dia mengakui setelah datang ke rumah saya dalam keadaan
tidak bagus, karena kasus mencuri di rumah bosnya.
Dan, banyak lagi
kasus-kasus mirip-mirip seperti ini. Tidak hanya terjadi pada remaja, pra
dewasa, sampai orang dewasa pun banyak yang memiliki khayalan yang berbahaya. Termasuk
khayalan negatif tentang seseorang ya, seperti seorang teman yang berpikir
seolah kita menjahatinya, menzholiminya, karena kuatnya khayalan tersebut tanpa
sadar kemudian dia menyakiti temannya yang sesungguhnya tidak melakukan
apa-apa.
Sebenarnya karena apa
orang berkhayal?
Seorang teman
mengatakan pada saya, karena realita hidup yang dimiliki sudah tidak sesuai
lagi, tidak seperti yang diinginkannya. Sehingga bertumpuk kenyataan yang tidak
sesuai itu diolah dalam pikirannya menjadi seperti yang diinginkannya. Yang membuat
bahaya kemudian BERUSAHA DIWUJUDKAN DALAM BENTUK SEMU. Efeknya kita bisa
menjadi pribadi yang pembohong, atau melakukan hal-hal yang merugikan
oranglain.
Apakah ini gejala
psikologi?
Saya bukan ahli
psikologi, tetapi menurut saya pribadi: Kita harus pandai membedakan khayalan
dan dunia nyata agar tidak terjemurus ke dalam khayalan yang berbahaya. Karena
khayalan menjadi ganggua jiwa jika dampaknya menjadi negatif, seperti yang ditulis Leyla Hana, Penulis Fiksi & Halusinasi
Agar anak-anak kita
tidak terjemurus ke kehidupan khayalan
yang negatif, penting sekali komunikasi anak dan orangtua. Keterbukaan apa yang
mereka inginkan atau impikan dan apa yang tidak mereka inginkan sama sekali.
Pengertian bahwa hidup tidak selamanya sesuai keinginan, bahwa untuk mewujudkan
keinginan diperlukan kerja keras dan doa.
Satu hal yang perlu
diingat, berkhayal yang melampui kenyataan membuat diri kita tidak bahagia.
Bingkisan dari saya&Leyla Hana untuk satu komentator terbaik bulan lalu |
Ngeri ya dampak berkhayal berlebihan, bisa jadi gangguan jiwa juga kalo sudah masuk skizophrenia.
ReplyDeleteMemang harus banyak betsyukur ya, biar ga suuzan terus. Semoga kita dihindarkan dari hal demikian
ReplyDeleteMba salam kenal sebelumnya..
ReplyDeletemungkin harus ada garis batas yang jelas antara mengkhayal dan berprasangka dengan orang lain
khayalan kadang melibatkan diri sendiri dengan imaji-imaji yang diciptakan oleh diri sendiri..sementara berprasangka baik itu buruk maupun baik melibatkan orang lain sebagai subjek.
cmiiw, karena ini hanyalah opini pribadi dari saya
btw, bagus sekali contentnya..
Bagaimana cara membangunkan orang yang suka berkhayal mba?
ReplyDeleteKarena seperti yang saya ketahui orang yang suka berhayal gampang kaget, dipanggil saja sudah kaget.
Mak eni tau ga, mobil kit di serial knight rider. Itu looh, mobil keren warna hitam yang bisa bicara, bisa jalan sendiri, dll. Canggih banget itu mobil. Aku waktu kecil dulu berkhayal punya mobil itu hahahaaa. Namanya juga anak-anak yes.
ReplyDeleteLalu pas aku SMP, pernah lihat mobil sedan hitam. Pada masanya itu mobil kece abis. Dalem hati bilang gini 'pingin punya mobil kayak gitu'. Daaan akhirnya dikabulkan maak. Tapi belasan tahun kemudian, pas aku udah nikah. Jd aku pernah beli mobil bekas, nah mirip sm mobil yang aku lihat pas SMP. Jatohnya mobil tua hahahaaaa...
Khayalan itu kalau ditanggapi secara positif menurutku bisa jadi mimpi dan harapan. Yang suatu saat bisa terwujud. Insya Allah... :)
Aku berkhayal mau punya rumah sendiri (sampe sekarang ngayalnya). Tapi blm kewujud juga. Semoga cpt trkabul ya. ehh ternyata punya rumah tangga duluan daripada rumah tempat tinggal.
ReplyDeleteSemoga terwujud ya mbak, yang penting yakin aja.
DeleteAku berkhayal bisa mengantar sendiri anak-anak sekolah.
ReplyDeleteSekarang sedang belajar nyetir kendaraan, semoga khayalan ini bisa terwujud.
Ibarat pisau, ibarat internet semua tergantung kepada user. Kalau dibuat untuk kebaikan ya akan manfaat. Sebaliknya kalau buat yg tidak baik ya bakal jadi mudarat.
ReplyDeleteaduh mba parah bgt itu yg cerita temen mba yg ortunya kaya saya bacanya sedih sepertinya memang ada gangguan ya sm psiologisnya dia. memang sebagai orangtua kita patut mengajarkan bagaimana membedakan bermimpi besar dengan mengkhayal negatif sprti yg mba ceritakan
ReplyDeleteKalau kayak si Z itu udah masuk berhalusinasi (gangguan ke mental) kyknya ya duh
ReplyDeleteDuhh makkk aku jd takuttt suka ngayal soalnya.. banyak loh dulu wktu kecil temen bayangan gtu..ngayalnya jd power rangwrs tapi hahaha
ReplyDeleteKalimat terakhir...jleb banget. Saya orangnya suka berkhayal, belum tingkat akut sih, ngeri juga ya kalau nanti saya jadi kena gangguan jiwa:( tapi justru saya merasa lebih tdk bahagia lg jika tidak berkhayal....😢😢😢
ReplyDeleteKudu waspada nih sm yg namanya berkhayal, apalagi yg nyerempet2 ke arah negatif, malah jd suka bohong kan ya mbk,
ReplyDeleteWaktu kecl dulu aku suka mengkhayal. Tp mgkin masuk ke ngayal yg positif kali ya mbk, soalnya dulu ngaylnya pengen jadi pahlawan suoer gitu, macam sailormoon, wedding peach, ultraman, sampek saras 008, alasanyaa ya, biar bisa bantu org,trs trs utk kekuatan super berupa bisa terbang akan aku manfaatin buat jln2. Hahayyy.
Tengkiu sharingnya ya mbk eni
hidup harus selalu bersyukur ya mba. Kekurangsyukuran membuat diri jadi mudah mengeluh dan buruknya kalau ga kuat iman ya berbohong..
ReplyDeleteKalau kata orang dulu, berkhayal boleh saja asal ada batasnya dan tidak berkhayal yg bukan-bukan. Semisal menghayal ingin jadi pengusaha kue, ya tentu harus diaplikasikan dengan berusaha mewujudkannya.
ReplyDeleteBerkhayal berbahaya? tergantung situasi dan kondisi seh.kalau aku pribadi karena kuliah di teknik arsitektur nggak bisa berkhayal justru yang berbahaya karena bisa tinggal mata kuliah, bisa drop out dan bikin stress. Karena ketika kami ditugaskan merencanakan sebuah rumah atau bangunan kami harus bisa membayangkan, sirkulasinya, besaran ruangnya, material bangunan, warna,penempatan perabot dsb. Kalo nggak bisa ngayal susah tuh, Dalam kehidupan nyata aku juga sering ngayal andai bisa bawa kenderaan sendiri dan itu terus memotivasiku untuk maju asalnya kemana-mana jalan kaki sekarang sudah berani naik sepeda
ReplyDeleteWaktu kecil aku juga suka menghayal, dulu sih ga muluk-muluk cuma pengen punya baju bagus dan body langsing kayak princes. Hehehe untungnya sekarang udah ga sempat berjayalah, sibuk sama cucian dan setrikaan.��
ReplyDeleteBarangkali berkhayal yang berlebihan bisa menimbulkan gengsi, sehingga mau tidak mau harus melakukan apapun supaya terjaga harga dirinya hmm...
ReplyDeleteMbak Eni sm Mbak Leyla mah khayalan imajinasinya bisa jadi novel :p
ReplyDeleteEtapi Mbak, tidak melulu khayalan itu jelek dan merusak lho. Tergantung sama personalnya. Misal saja, saya mengkhayal pengen ke Malaysia gratis. Nah waktu kuliah saya kayak mengkhayal dan nulis2 tentang apa saja yang berhububgan sm Malaysia. Kayak alam bawah sadar ikut mengaminkan untuk kesana. Lha kok ya pas ada pemilihan mawapres hadiahnya ke Malaysia dan aku kepilih jadi salah satunya. Kayak de javu kl ngalamin sendiri.
berkhayal sewajarnya
ReplyDeleteagar hidup tidak menderita
Kalau waktu kecil aku suka berkhayal jd putri kerajaan China yang hilang yang akhirnya ditemukan keluarga. Efek kecanduan nonton film putri Huang Zhou tiap sore wahahaha... jd khayalan itu kayaknya terpengaruh banget sama lingkungan.
ReplyDeleteWaktu SMP sy jg punya teman yg ngakunya anak org kaya punya kolam renang diatas atap rumah tp berkebalikan dg kenyataan. Rumahnya maaf kelihatan dari keluarga tidak mampu. Faktor kurang percaya diri, minder, dan takut tidak terima di pergaulan teman sekolah mungkin jadi pemicunya. Introspeksi juga buat kita sudah saatnya tidak membedakan teman karena tingkat ekonomi... :)
Berkhayal itu sangat mengasyikkan, berhayal juga bisa jadi salah satu motivasi meraih keinginan.
ReplyDeleteJika khayalan tidak bisa terlaksana, anggap ajah itu sebagai bagian mimpi di malam hari
Syerem baca ceritanya mba Eni ya, orang2 dlm cerita spt tidak bisa menerima (qona'ah) keadaan dan kondisi sehingga memaksa mereka mjd pribadi yg suka berbohong demi menutup sesuatu yg mereka anggap sebuah kekurangan diri dan memalukan.
ReplyDeleteSaya juga sesekali suka berkhayal. Saat ini krn sudah mjd orangtua serinfkali berkhayal anak sy bisa berjalan. Krn di usia nya yg mau 3th di bulan september nanti belum bisa berjalan, dikarenakan pengapuran otak. Tapi khayalan saya ini tdk ingin saya jadikan sebatas khayalan saja. Kami (saya dan suami) sdg berupaya melakukan berbagai cara agar anak kami bs berjalan layaknya anak normal lain.
Pas berkhayal itu rasanya senang, krn membayangkan bs berjalan sama2, anaknya bakal lucu kalau jalan krn anaknya perempuan jd pas dipakaikan baju yg unik2 tambah imut, bisa kembaran (kalau ini suka saya kembarin bajunya sm adiknya) wkwkw.
Semoga khayalan yg kita punya gak sekedar khayalan ya, biar jadi kenyataan harus di-ikhtiar-kan :). Ssst, harus khayalan yg positif pastinya. :)
Makasih Mba Eni for sharing :)
Waahhh.. Padahal daya imajinasiku tinggi buk.. Suka berkhayal gituh.. Hihi
ReplyDeleteMakasih sharingnya yhaaa :)
kadang berkhayal itu sumber inspirasi
ReplyDeleteAku dulu punya murid Mbk yang suka berkhayal atau berimajinasi. Seolah-olah dia punya ibu tiri dan menangis tersedu-sedu. Saa itu aku dan beberapa guru ikut prihatin dengan dia bercerita, kalau dia dimarahi ibu tirinya, dipukul dan disiksa. Tapi usai nangis, ia masuk kelas lagi dan gembira lagi. Akhirnya kami selidiki, anak ini suka sekali berkhayal, kalau belajar suka melamun dan asyik sendiri. Kami akhirnya meterapi dia untuk membedakan ini nyata atau khayalan. Bagi anak usia SD ada yang belum bisa membedakan nyata dan khayalan dan ini perluu pendampingan orang tua. Kalau kita udah dewasa sudha bis ngerem ya? Eh, tapi ada juga sih saking banyaknya berimajinasi seorang teman penulis "diserang" ide yang menghantuinya, hingga dia stres sendiri. Wah, kudu hati-hati ya? Hehe....
ReplyDeleteZaman kuliah dulu pernah ketemu sm sosok sejenis Z itu mba. Aku kan tinggal di asrama putri yg isinya puluhan mahasiswi dr beragam latar belakang.
ReplyDeleteKasian sih sm yg kayak Z ini. Tp kupikir dia bukan lg berkhayal tp memang a lier... Maaf mgkn agak kasar.
Entahlah apakah smua karangan dan kebohongannya itu bagian dr khayalan dia atau bukan.
Tp saat sdh ketahuan atau terbongkar bohongnya terus kayaknya gak ada guilty feeling kok jd terpikir jangan2 dia sakit.
Saat belum terkait/merugikan orang lain sih kita akhirnya cukup tahu n maklum. Tp klo sdh merugikan orang lain... Hmm jadi gusar kan.
Semoga kita n anak2 kita "sehat2"selalu...
Secara aku jg suka mengkhayal n menikmati khayalan hehehe.