Tips Memelihara Kucing Liar
Salah satu kucing liar di rumah yang kami beri nama Goldie |
Sebenarnya saya buka
pecinta kucing, tapi dari kecil sudah berada di antara kucing-kucing. Maklum
Kakak saya penyuka kucing, bahkan pernah kucing kesayangannya, Coki hilang.
Waktu itu saya dan kakak masih SMP, meski kakak laki-laki dia sampai nangis.
Intinya Coki harus dicari ke mana pun, jadilah tiga adiknya, termasuk saya
disuruh nyari ke seluruh komplek. Namun Coki tidak juga
ketemu, kucing belang putih hitam dengan cemong hitam di hidung itu menghilang
entah ke mana.
Ini sebenarnya tidak
biasa karena Coki sudah lama dipelihara, dari seekor kucing kecil yang
ditemukan di selokan jalan hingga menjelma menjadi kucing jantan dewasa. Coki
sudah hapal semua jalan di kompleks kami, karena kalau kakak ke warung atau
bermain Coki sering ikut. Kakak akhirnya memiliki dugaan Coki diculik penyuka
kucing lainnya.
Hingga seminggu kemudian
bangkai Coki di temukan di jalan samping kebun kami, terkapar dengan luka macam
ditabrak mobil. Kakak saya menangis sejadi-jadinyanya, saya ingat betul Coki
diambil, dibungkus kain putih bersih, dikuburkan di kebun samping rumah,
ditaburi bunga mawar dan dibacakan doa.
Waktu itu sampai saya yang
tidak begitu suka kucing jadi ikutan sedih, ikutan menabur bunga, karena memang
Coki sudah begitu familiar di keluarga kami. Ternyata kesedihan kakak saya ini
teramat dalam, dia melukis Coki di atas kaca, lukisan yang menggambarkan Coki
terbaring dalam keadaan tidak bernyawa. Lukisan itu sampai kini ada di rumah
orangtua saya.
Lalu mengapa saya tidak
suka kucing?
Karena pernah dicakar? Bukan awalnya ada tragedi salah satu kucing kakak melahirkan di almari baju saya. Jejak darah yang bau sekali merusak baju, saya marah dan merasa jijik sekali. Tragedi ke dua, saat saya tertidur di lantai dengan alas karpet. Entah kenapa, tahu-tahu diatas karpet tersebut ada kotoran kucing. Dua tragedi itu benar-benar bikin saya fobia kucing dalam arti bukan takut, tapi jijik.
Karena jijiknya sampai
saat memiliki anak, Pijar, saya memutuskan untuk melarang ada kucing di rumah
karena Pijar suka banget kucing. Waktu rumah kami masih di Jagakarsa, setiap hari Pijar main ke rumah tetangga yang memiliki beberapa ekor kucing. Kadang dia
ijin buat bawa seekor anak kucing sebentar ke rumah. Karena
terus memohon, akhirnya saya perbolehkan dengan syarat selesai bermain, cuci
tangan bersih karena bulu-bulu kucing takut menempel di kulitnya. Juga
mengawasi kalau-kalau kucing itu mau buang kotoran, harus segera dikeluarkan.
Ternyata saat anak ke
empat lahir, Pendar, suka banget kucing sampai mania sama boneka kucing.
Apalagi ketika kami pindah ke Depok, sekomplek itu penghuninya kayaknya
seperempatnya kucing, sangking banyaknya. Awalnya saya kaget juga, karena
halaman rumah kami sering bau kotoran kucing sampai kami menebar kopi bubuk
banyak-banyak agar baunya hilang. Kucing-kucing itu tidak semuanya memiliki
tuan, sebagian ada yang liar sehingga kotorannya di mana-mana.
Pijar dan Pendar tentu
saja sangat suka banyak kucing, bahkan tanpa sepengetahuan saya keduanya sering
memberi makan kucing-kucing itu. Tidak hanya memberi makan, ada kucing yang
manja banget sampai bisa diunyel-unyel Pendar. Waaaw! Kaget dong, itu kan
kucing liar. Gimana kalau kotor dan sebagainya.
Tetapi membatasi
anak-anak ke kucing-kucing, melarang kucing ke halaman rumah, sangat tidak
mungkin karena setiap hari banyak kucing di sini. Akhirnya saya mulai mengatur
hati, kucing-kucing itu saya perhatikan. Jika ada gerak-gerik mencurigakan akan
membuang kotoran, saya cipratkan air, halaman rajin disapu, setiap jadwal makan
Pendar pagi dan sore kucing-kucing saya panggil untuk dikasih makan juga.
Begitu terus dan apa yang terjadi?
Di antara banyak kuncing ada dua kucing yang kemudian jadi penghuni tetap halaman rumah kami, jika saya teriak: Pus! Pus! Langsung ..wussssss! Keduanya datang, kalau melihat saya atau Pendar bawa makanan, mereka muncul, mengeong seolah bilang... "Mana bagianku?" Kedekatan ini terjadi begitu saja tanpa kami saling bersentuhan. Hanya komunikasi lewat kata-kata dan makanan.
Dua kucing liar itu jadi
seperti peliharan tidak langsung, anehnya tidak buang kotoran di halaman rumah.
Terus lucunya, kadang kalau pintu saya tutup pas jadwal makan terdengar suara
kucing yang menggesekan kepalanya ke pintu, mungkin itu cara mengetuk pintu ya?
Wkwkwkkwkw. Tetep sih, mereka tidak masuk ke dalam rumah, cukup di teras saja
dan muncul pada saat jam-jam makannya Pendar.
Ternyata bisa juga ya,
kita mencintai, memelihara kucing tanpa harus memasukkannya ke rumah dan
memelihara kucing liar, teryata tidak sulit dan tetap bisa menjadi kucing yang
manis.
24 komentar
Aku juga mba, klo kucing lewat doank mah biasa aja tapi klo udah mulai uyel-uyelan, aku ogah ��, geli2 gimana gitu. Tp klo ngasi makan, macam tulang2 itu sih sering
ReplyDeleteSama
DeleteKadang tergoda mau ngunyel-ngunyel tapi geli ingat pup pasti tuh kucing ga cebok
Saya memelihara kucing sejak kecil. Bukan hanya kucing yang kami pelihara tapi juga ayam, ikan, tupai, dan burung hantu. Kecuali kucing semua hidup di luar atau di kebun. Tapi si kucing, serumah dengan kami. Bahkan tidur pun sering satu kasur dan selimut. Fahmi suka banget dan sayang sama si emeng, kucing kami itu. Tentu saja saya menjaga kebersihan dan kesehatannya. Syukur setiap bab atau bak si emeng sudah pintar dan disiplin tahu tempatnya
ReplyDeleteYaaa ampuuun, mb Okti persiiiiis keluarga besarku: bapak,ibu dan kakakku..sampai punya tonggeng, ular
DeleteEm, ih ceritanya hampir sama dgn pengalamanku.
ReplyDeleteKalo aku tinggal nya di kamar kost2 an, awalnya gak keberatan kalo ada kucing yang main ke kamar. Yang penting kalo mau bobo, kucingnya di bawa keluar trs karpet disapu bersih, tp hingga suatu hr seekor kucing main2 dikamar tiba2 bikin gerak gerik mau buang air seni di dkt tumpukan buku q akhrnya jd agak illfeel.Akhrnya skrg gak bolehin kucing msk kamar lg wlupun teta
Sampai sekaramg masih belum bisa bawa kucing ke dalam.Aku gak kuat juga sama bau khas kucing
DeleteAKu juga dulu pelihara kucing kampung mbak, dirawat sejak lahir. Tp karena nggak pernah dibawa ke Vet, jadi saya nggak ngebolehin masuk ke rumah, hanya di halaman saja.
ReplyDeleteMemang paling enak memelihara kucing jantan, nggak pernah buang air di rumah, paling hanya di halaman, itu pun yang tanahnya gembur dan dikubur sendiri, bener2 nggak pernah ngerepotin.
Tidur, makan yaa di halaman rumah, sudah seperti penjaga aja. Bahkan sampai ia sakit dan meninggal pun di rumah. Begitu meninggal, rasanya sedihh :( soalnya dia manjaaa banget
Sekarang nggak dibolehin piara kucing dulu sama suami. huhuhu
Seperti kucing liar di rumahku nih, klo kuusir Pendar marah.Katanya: kucing endeeek
Deletedibelakang rumah ku lebih dari setengah lusin kucing liar nunggiin aku nyuci piring n sambil nunggu di kasih tulang atau sisa makanan... tapi mereka tetap takut aku dekati..he2
ReplyDeleteDi kompleks sini buanyaaaak.Sampai ada blok yang jalannya,teras rumah-rumah ada pup kucing
DeleteSalut buat yang mau dan telaten pelihara kucing liar soalnya tau sendiri kadang image kucing liar kan nggak begitu bagus. Yang penting kucingnya harus tetap sehat biar yang memelihara baik secara nggak langsung juga tetap sehat.
ReplyDeleteHihi..cuma di teras dan ga boleh dipegang, mb.klo kepegang...wajib cuci tangan bersih
DeleteFatih dan Aisyah juga suka banget mainan kucing, Mbk. Di rumah juga sering banyak kucing liar datang dan suka makan en nungguin sisa makanan di dekat kotak sampah
ReplyDeleteAnak-anak ya suka banget kucing karena lucu dan dipegang empuk
DeleteMbak Eni kayak suami saya ih gak suka kucing. Iya sih dia agak jijik gitu sama kucing.
ReplyDeleteBangeeet, mb.sekarang aja masih mending, dulu geli bangeet
DeleteKalo saya dengan kucing biasa aja sih. Ada kucing di rumah, datang entah darimana, akhirnya jadi piaraan sampai beranak pinak. Anak saya suka banget tuh ama kucing, sampai diangkat, dibawa ke dalam rumah. Tapi gak boleh masuk kamar.
ReplyDeleteNgero bulunya nempel di mana-mana, mb
DeleteBerarti beri batasan wilayah yang ga boleh dilalui si kucing ya. Pendar berani deket kucing, Sid malah teriak-teriak
ReplyDeleteBukan berani lagi,klo aku meleng itu kucing diunyel-unyeeel
Deleteanak saya paling suka yang namanya kucing
ReplyDeleteKarena kucing lucuuu
Delete