Monday

Hari Pendengaran Sedunia: Sayangi Pendengaranmu



Senin tanggal 20 Maret 2017 saya mendapat undangan untuk menghadiri Hari Peringatan Pendengaran Sedunia di Kementerian Kesehatan yang terletak di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, dengan para pembicara:
  • dr. H. Mohamad Subuh, MPPM - Dirjen P2P
  • dr.Soekirman Soekin Sp.THT-KL-Ketua Perhimpunan Ahli THT Bedah Kepala Leher (PERHATI-KL)
  • Angkie Yudistia - Penderita gangguan pendengaran

Diam-diam saya merasa sedikit malu, karena baru 'ngeh' hari ini soal hari pendengaran seluruh dunia. Bayangkan, seluruh dunia memperingatinya, tetapi saya tidak mengetahuinya. Karena itu saya merasa beruntung sekali mendapat kesempatan untuk hadir dan menyimak dari para ahlinya tentang pentingnya dan perlunya menyayangi telinga kita.

Waspada Dengan Gaya Hidup

Penggunaan aerphone atau headset semakin meningkat di masyarakat, efek dari hal ini adalah milyaran anak muda di dunia beresiko menderita gangguan pendengaran. Lebih dari 43 juta orang dengan rentang usia 12-35 tahun di negara berpenghasilan menengah hingga tinggi mengalami gangguan pendengaran akibat:
  • Terpapar tingkat suara tidak aman akibat penggunaan perangkat audio personal, seperti smart phone, Ipod, Mp3, Head set yang berlebihan (50%)
  • Terpapar pada tingkat suara yang berpotensi merusak, seperti hingar bingar di klub malam, diskotik, pabrik , lalu lintas, tempat hiburan anak (40%)
Efek dari hal di atas bisa menjadi gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) yang efeknya sementara. Jadi  begitu seseorang meninggalkan area atau lokasi yang bising mengalami gangguan sesaat yang akan hilang berapa waktu kemudian. Tetapi hal ini tidak boleh diabaikan, jika terpapar terus menerus secara berulang-ulang dapat menimbulkan kerusakan permanen. Duh, jadi ingat waktu tinggal di Jagakarsa. Saya memiliki tetangga yang kalau menyalakan musik terdengar hingga sepuluh rumah, sangking kerasnya dan itu dilakukan setiap weekends.

Ternyata ini selain sangat mengganggu tetangga yang butuh ketenangan, terutama anak-anak atau bayi. Dapat menimbulkan kerusakan pendengaran secara permanen, semoga makin ke depan masyarakat kita semakin cerdas ya (berharap sangat). Memperdengarkan suara musik idealnya dengan volumen maksimal 60% dan durasi 60 menit.

Duh, lagi-lagi jadi ingat tetangga itu, musik keras melebihi volume 60% yang dinyalakan sepanjang hari full. Dulu saya berpikir, apa orang tersebut menderita ketulian sehingga harus menyalakan dengan volume tinggi baru terdengar? Entahlah, yang jelas meski sudah ditegur berkali-kali, tidak juga digubris hingga akhirnya saya memutuskan pindah rumah ke Depok sampai saat ini.

Akibat bising  pada kesehatan :

• Peningkatan tekanan  darah
• Gangguan psikologis
• Gangguan komunikasi
• Gangguan pendengaran dan keseimbangan
Akibat bising  pada kesehatan :
• Peningkatan tekanan  darah
• Gangguan psikologis
• Gangguan komunikasi
• Gangguan pendengaran dan keseimbangan

Dari acara yang saya ikuti ini baru tahu kalau akibat bising pada kesehatan itu bisa menyebahkan beberapa kondisi sebagai berikut, selain gangguan pendengaran:
  • Peningkatan tekanan darah
  • Gangguan psikologis Gangguan komunikasi
  • Gangguan keseimbangan
Ehmmm, berarti memang mulai harus cerdas dalam menyalakan musik atau hal lain yang berefek menimbulkan suara keras. Lalu kenapa kebisingan bisa menyebakan kerusakan pendengaran sampai secara permanen?
  • Kerusakan pada sel rambut organ korti telinga dalam (tuli sensorineural)
  • Dapat terjadi sementara atau permanen
  • Umumnya terjadi pada kedua telinga
  • Ketulian antara 40-75 dB
  • Prevalensi 15-20 % pada Industri
Haduw, seram banget ya?
Selain harus cerdas menyalakan musik dan bunyi-bunyian lainnya, menghindari kebisingan, kita juga harus cerdas dalam memakai smart phone. Menurut dr.Soekirman Soekin Sp.THT-KL, paling lama menerima telepon selama 60 menit, setelah itu matikan dan kasih jeda untuk menerima telepon kembali.

Waaah, saya pernah loh menerima telepon selama 3 jam karena diskusi pekerjaan! Efeknya selain rasa panas di seputar telinga, kepala jadi agak pening, dan sesaat pendengaran jadi tidak nyaman. Meski kemudian berangsur hilang dan normal kembali, tetapi saya tidak berani membayangkan bila hal ini terjadi begitu sering atau berulang-ulang.

Jika Anda belum mengalami gangguan meski terpapar hal-hal yang saya ulas di atas, sebaiknya jangan juga meremehkan karena pasti akan mengalami juga. Mungkin rentang waktunya berbedam tahap gangguannya berbeda, sebab faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan adalah:

1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
7. Kelainan ditelinga tengah

Sebenarnya masyarakat kita selain harus cerdas salam menggunakan berbagai media yang bisa menimbulkan bising, baik secara pribadi atau pun umum. Harus sadar hukum, karena di Indonesia sudah ada loh undang-undang kebisingan. Di mana jika melanggar batas kebisingan yang ditetapkan pemerintah akan mendapat sanksi hukum sesuai ketentuan yg berlaku bagi pelanggar dampak kebisingan lingkungan.

Gangguan Pendengaran Sudah Mendunia

Ketahuilah kondisi Gangguan Pendengaran dan Ketulian di Dunia menurut WHO :
  • Pada dewasa :Lebih dari 40 dB dari telinga yangg baik.
  • Pada anak : lebih 30 dB dari telinga yang baik
Didunia data WHO 2012 :
360 juta( 5,3 %) penduduk tuli. Dewasa 91 %. Anak 9 % terbanyak di Asia(50 %) , yakni Asia Tenggara, Sri Lanka 8,8%, Myanmar 8,4%, india 6,3 %, dan Indonesia 4,6% ( WHO Multi Center Study 1998 ). Angka ini akan meningkat tajam apabila tidak ditanggulangi.

Kondisi Ketulian di Indonesia berdasarkan  Survei Nasional 1994-1996:
  • Morbiditas Penyakit telinga 18,5 %(40,5 jt)
  • Prevalensi Gangguan pendengaran 16,8% (35,28 juta)
  • Ketulian 0,4%(840.000).
  • Setiap Tahun lebih 5000 bayi lahir menderita tuli, dengan Angka Kelahiran 2,6 %
Semakin terbuka ya, mata kita akan kondisi pendengaran di dunia efek dari gaya hidup, lingkungan dan sebagainya. Namun selain disebabkan oleh hal itu, ketulian juga bisa disebabkan oleh:

1. Radang Telinga Tengah Menahun/OMSK ( Congek ). 3,1 %,--- 7, 5 juta
2. Tuli Sejak Lahir ( Kongenital ).0,1-0,2 % bayi lahir atau 1 dari 5200 bayi lahir
3. Tuli Akibat Bising 20-30 % pekerja pabrik
4. Tuli Karena Usia Tua ( Presbikusis ).25-30 % pada usia 65-74 tahun ,40-50 % usia 75 th lebih
5. Serumen atau Kotoran telinga. 20-50 % pada anak .
6.  Obat- obat ototoksik, - penggunaan obat
7. Tuli Mendadak, 1 % dari kasus ketulian
8. Tuli karena trauma, termasuk trauma iatrogenik, radiasi, kecelakaan lalu lintas dll
9. Tuli karena Tumor (jinak atau ganas)


Untuk point 6, dalam acara ini dihadirkan narasumber seorang wanita muda yang cantik dan berbakat, Angkie Yudistia  yang mengalami gangguan pendengaran akibat sakit panas (malaria) pada usia 10 tahun. Menurut ceritanya, entah karena panas yang begitu tinggi atau obat-obatan anti biotik yang digunakan dalam dosis tinggi yang menyebabkan pendengarannya mengalami kerusakan parah.

Untuk menjadi sukses seperti saat ini, Angkie harus menghadapi perjalanan panjang. Dibedakan, diasingkan hingga keterbatasan lainnya yang membuat dia berharap kesadaran bagi masyarakat untuk menyayangi pendengaran. Karena hidup sebagai penyandang disabilitas (tuli) bukan hal mudah. Tidak semua orang bisa survive dan mampu menjadi gemilang atas kekurangannya.

Saya jadi terharu sekali, ingin menangis dan teringat gaya hidup yang sedikit salah: bicara lama di telepon, bertetangga dengan musik yang hingar-bingar. Alhamdullilah, anak-anak di rumah tidak ada yang suka menggunakan aerphone. Tetapi juga harus waspada hal lain, kebiasaan yang kadang tidak kita sadari: Korek kuping!

Ternyata dr.Soekirman Soekin Sp.THT-KL tidak merecomend sama sekali membersihkan telinga dengan cotton bud. Duh, ini mah kebiasaan saya sekeluarga. Rasanya tidak nyaman kalau kuping lama tidak dibersihkan dengan cotton bud. Iya gak sih? Kalian pasti juga mengalami hal ini kan? Ternyata yang boleh dibersihkan dengan cottod bud hanya daun telingan dan bagian luar lubang telinga, buka ke dalam lubang telinga.

Duh, duh, masyarakat kita memang perlu banget diedukasi tentang hal ini. Saya saja sebagai orangtua baru tahu kalau korek kuping itu tidak disarankan sama sekali, kecuali hanya membersihkan pada bagian luar saja. Untuk itu Kementerian Kesehatan mengadakan berbagai kegiatan yang dapat mengedukasi masyarakat kita agar sadar menyayangi pendengarannya serta paham bagaimana mencegah ketulian atau kerusakan pendengaran.


Mencegah Kerusakan Pendengaran.

Berikut ini info yang saya dapatkan dari Kementerian Kesehatan dalam acara memperingati hari pendengaran sedunia, semoga bermanfaat:

Jika menderita Radang Telinga Tengah Menahun (RTTM)  atau biasa disebut Congek OMSK  waspadai ciri khas penyakit tersebut :
  • Telinga keluar cairan, Gendang Telinga Berlubang
  • Penyebab : penjalaran infeksi hidung dan tenggorok ke telinga (95 %), jarang penyebab dari liang telinga
  • Pencegahan : jangan sepelekan pilek dan batuk

Tuli bawaan / kongenital

•Terjadi saat bayi dalam kandungan, terutama pada trimester pertama kehamilan, atau saat lahir
•Penyebab infeksi TORCHS (Toksoplasmosis, Rubella,Citomegalovirus, Herpes, Sifilis) lainnya Campak dan Parotitis
•Penyebab genetik herediter ( keturunan) atau non genetik
•Ketulian berat atau sangat berat, uni atau belateral

Penanganan Tuli Bawaan

•Pencegahan : imunisasi MR pranikah wanita
•Deteksi Dini : bayi baru lahir sebelum pulang hari ke 2, dengan Tes OAE, penetapan bahwa koklea berfungsi terhadap rangsangan suara
•Menetapkan ambang dengar bayi yg dicurigai gangguan pendengaran dgn BERA dan ASSR
• Alat Bantu Dengar se awal mungkin 4-6 bulan
• Tentukan Kandidat Implan Koklea dengan Tim khusus
•Bantuan pembiayaan ABD dan Implan Koklea
•Peningkatan kompetensi Audiologi, Otologi, AVT, Teknisi tentang Implan Koklea

Ketulian akibat usia lanjut

•Istilah kedokteran Presbiakusis, ketulian akibat proses degenerasi pada sel rambut koklea
•Terkait dengan penyakit hipertensi, diabetes, hiperlipidemia , arteriosklerosis, defisiensi vitamin C dan E
•Akumulasi bising
•Pengaruh obat dan bahan kimia
•Pengaruh stress
•Genetik

Penanganan sumbatan serumen

•Jangan membiarkan anak mengorek liang telinga
•Serumen akan keluar dari liang telinga dengan gerakan rahang( mengunyah atau membuka mulut )
•Periksakan anak ke dokter sp THT KL bila curiga terjadi gangguan pendengaran
•Serumen dapat di tangani dokter umum , perawat atau bidan
•Merujuk ke dokter sp THT KL kasus sulit

Mari kita wujudkan Indonesia Mendengar Masa Depan Gemilang


10 comments:

  1. Wwaah ini saya pun baru tahu ternyata ada yaa Hari Pendengaran...bersyukur kita ya mba yang di berikan pendengaran yang baik, tinggal menjaganya nih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, bener. Jadi agak takut kalau denger suara-suara yang bikin telinga sakit

      Delete
  2. Trus bersihkan bagian dalam telinga pakai apa?
    Katanya pemakaian bluetooth/wireless yang sering juga bisa berbahaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kata dokter.Soekirman Soekin Sp.THT dengan cara dehem-dehem dan ke dokter THT untuk diambil kotorannya setelah dirasa mengganggu. Jadi kita membersikan bagian luar saja

      Delete
  3. Kalau sudah melajukan perjalanan jauh. Kadang berasa tuli gitu. Saya sering ngalaminnya. Itu kenapa dan cara yg baik menghilangkannya gimana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut dr.Soekirman Soekin Sp.THT diminimalis aja, mb, dengan penutup telinga

      Delete
  4. korek kuping itu ngga baik ya mbak? terus bersihiny gimana dong?
    btw aku suka banget pake earphone padahal, itu juga harus diperhatiin yaa hiks :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. kata dokter.Soekirman Soekin Sp.THT dengan cara dehem-dehem dan ke dokter THT untuk diambil kotorannya setelah dirasa mengganggu. Jadi kita membersikan bagian luar saja

      Delete
  5. korek kuping itu ngga baik ya mbak? terus bersihiny gimana dong?
    btw aku suka banget pake earphone padahal, itu juga harus diperhatiin yaa hiks :3

    ReplyDelete
  6. Jadi selain mendengar musik yang terlalu kencang, menggunakan hp terus-menerus juga kurang baik bagi fungsi pendengaran ya mba

    ReplyDelete