Hidayah Sulistyowati: Pengalaman Pertama Melahirkan
Mba Wati&Keluarga |
Kali ini saya
berkesempatan mengulik blogger dan Ibu dua orang jagoan yang berusia 21 tahun
dan 16 tahun ini, Hidayah Sulistyowati atau biasa akrab saya panggil, Mba Wati.
Karena sudah banyak yang ngulas dari sisi dunia blogger, saya mau ulas sisi
lain yang mungkin akan memberi banyak info positif bagi yang baca.
Apa sih yang ingin saya
ulas dari Mba Wati? Tentang pengalaman melahirkan pertama, wow! Yes, ini
penting banget loh. Banyak wanita mengalami pengalaman melahirkan pertama
dengan was-was atau mengalami masalah karena ketidaktahuan. Contohnya, saya,
dulu mengalami masa sulit melahirkan anak pertama karena terlalu nervous, tidak
didampingi dengan ahli medis dan orang-orang yang kompeten. Meski saya sudah
baca banyak banget buku kehamilan dan kelahiran, pada prakteknya saya justru
butuh cerita pengalaman yang sesungguhnya.
Menurut saya cerita
pengalaman seseorang itu tidak sekedar teori, tetapi ada sesuatu yang bisa
diambil dengan real. Makanya saya
tertarik mau mengulas pengalaman pertama Mba Wati melahirkan. Yuk, disimak
sama-sama obrolan saya via sosmed dengan Mba berwajah keibuan ini:
Hidayah Sulistyowati |
“ Kalo nyidam parah,
enggak ada pengalaman . Aku.tuh lempeng banget selama kehamilan. Nyantaiii serasa di pantai. Sampai
kakak dan.adik ipar pada penasaran waktu aku hamil muda. Beneran gak.sih aku
hamil? “ Begitu awal obrolan saya dengan Mba Wati, saat saya lempar pertanyaan: "Mba, cerita dong, gimana tahap nyidamnya?"
“Suamiku tuh sampai
bela-belain minta mangga di dekat tempat kerja. Terus nyampe rumah nyuruh makan
mangga itu. Sampai dua hari berikutnya, dia yg makan mangga mentah itu.” Wah,
ini mah mirip-mirip cerita saya. Karena
saya tidak merasa seperti yang orang-orang cerita kalau hamil itu pasti nyidam,
sampai bingung sendiri; Gimana sih, rasanya nyidam? Terus nyuruh suami deh cari
rujak Aceh wkwkwkwkw. Padahal gak merasa pengen atau apalah semacam itu.
“Yang paling berkesan
saat melahirkan si sulung,” ujar Mb Wati ketika saya mulai membuka pertanyaan
mengenai pengalaman melahirkan. Pasti ya, kebanyakan memang momen pertama
melahirkan ini sesuatu yang dasyat. Perubahan hidup seorang perempuan dari
wanita individu menjadi seorang ibu.
Masa-masa kontraksi Mba Wati ditemani secara
bergilir oleh bapak, mertua, dan suaminya. Sementara ibu kandung Mba Wati seperti
ibu saya, takut menemani anaknya melahirkan. “Ibu mertuaku mengelus perut, rambutku. Aku dikasih air zam-zam yang sudah
dibacain doa. Rasanya tuh nyes banget kayak diobati rasa sakitnya...” cerita Mba Wati.
“Anakku yang sulung itu
butuh 25 jam buat lahir ke dunia. Perjuanganku melahirkan justru tahu berdasarkan
cerita suami. Karena aku hanya fokus menikmati proses persalinan dengan baca
sholawat, dzikir terus dalam.hati. Ngikuti saran bidan yang nyuruh atur nafas,
kayak waktu senam hamil.” Nah, ini perlu dicatat dan saya sudah mengalaminya sendiri. Fokus dan berserah hanya kepada Allah SWT membuat kita bertahan dari rasa sakit yang luarbiasa. Bahkan owner Hijup pernah cerita: Dia memfokuskan sakit saat kontraksi dengan menyebut ayat-ayat Allah SWT dan berkeyakinan, ini bukan penyakit tapi sakit yang akan berhenti pada rasa bahagia, yakni kehadiran seorang bayi.
“Waktu sudah berjalan
21 jam, terlihat rambut anakku. Tapi aku gak kuat mengejan karena 3 hari gak
doyan makan. Jadi aku malas makan justru mendekati hpl. Makanya gak ada tenaga
buat mengejan," tukas Mba Wati. Hal yang bisa jadi pelajaran buat ibu-ibu, karena tidak semua ibu menjelang kontraksi bisa menikmati makan. Empat kali melahirkan normal, menjelang melahirkan saya tidak bisa mengasup apa-apa meski dipaksa. Karena itu biasanya saya membekali dengan mengasup sari kurma dan susu. Alhamdullilah, kuat mengejan meski bb bayi 34-nyari 3.6 kilogram.
Kondisi tidak kuat mengenjan
itu membuat dokter memberi saran untuk operasi, tetapi Mba Wati bertahan karena
sudah sakit.dan robek bagian bawah, masa ditambah lagi sakit luka operasi?
Kondisi ini juga membuat Ibu mertua sampai takut. Terlebih ketika suami tanda
tangan surat pernyataan, tidak akan menuntut RS jika terjadi sesuatu pada
Mba Wati.
“Akhirnya anakku
dibantu forcep atau vakum untuk menarik keluar. Sesudahnya, 1 hari aku belum boleh bangun dari tempat tidur. Belum boleh menyusui
selama dua hari, meski kuminta. Alasannya, anakku belum boleh diangkat-angkat
selama dua hari. “ Tutur Mba Wati.
“Ternyata anakku
terlilit tali pusar, ari-ari posisi di perut bagian kanan. Jadi gak bisa
mendorong janin keluar dari mulut rahim karena itu di forcep. Efek dari forcep
ini ada bekas 2 titik, sehingga bayi tidak boleh diangkat-angkat. Hari ke tiga
baru boleh digendong dan dikasih asi.”
Alhamdullilah ya, tidak
sampai dioperasi, sebab jika ari-ari letaknya di bawah bisa membahayakan nyawa
si ibu, karena bisa terjadi pendarahan hebat. Kasus Mba Wati ari-ari ada di
perut bagian kanan. Sementara normalnya ari-ari posisinya berada di atas perut,
sehingga tidak menghalangi bayi lahir dan akan dikeluarkan setelah bayi lahir.
Pentingnya USG selama kehamilan, salah satunya mengetahui sejak dini posisi
ari-ari sehingga dokter atau ahli medis dapat mengambil tindakan yang tepat.
Beruntung juga Mba Wati
didampingi orang-orang tercinta, sebab masa melahirkan dan pasca melahirkan itu
kondisi ibu butuh sekali pendamping yang tepat. Setelah melewati proses
melahirkan pertama yang tidak mudah, apa tips Mba Wati agar tidak mengalami
depresi atau babyblues pasca melahirkan?
- Bikin hati kita senang, karena ibu pasca melahirkan butuh suasana hati yang bahagia. Dukungan keluarga besar, jika suami tidak ada (meninggal/tidak.peduli) harus ada dukungan keluarga besar. Entah orangtua kandung, mertua, saudara kandung, atau famili.
- Ibu juga mesti bijak menata hati, karena semua itu bisa dibentuk. Mind set kita yang bentuk, kita yang menciptakan. Mau bikin hati bahagia, bisa. Pengen sedih berkepanjangan, bisa.
- Ibu menyadari bahwa sejak ada baby di pelukan, dia adalah tanggung jawab kita sebagai ibunya. Ayahnya memang bertanggung jawab, tetapi orang pertama.yangg selalu dicari oleh baby adalah ibu.
- Jika bisa mengambil jeda dari kesibukan ngurus baby dengan spa, creambath, baca buku. Pokoknya lakukan hal-hal yangg bakal bikin hati bahagia.
(Jangan lupa baca Belajar Menjadi Orangtua Baru)
Moga tips dari Mba Wati
bermanfaat ya, wanita yang ngeblog sejak tahun 2011 akhir, dan memiliki tujuan ngeblog karena ingin
berbagi apa yang sudah dialami ini
memang seorang ibu yang cukup berpengalaman. Melihat kedua putranya ada yang
sudah beranjak pra dewasa, dan Mba Wati sangat bangga loh memiliki anak
laki-laki semua. Menurut ceritanya anak-anaknya sangat empati kepada Ibunya.
Mba Wati dalam kegiatan bersama teman blogger |
18 komentar
Aaah, bermanfaat banget, Mbak Eni. Makasih ya, artikelnya :*
ReplyDeleteAku tuh paling takut soal babyblues itu. Sampe mikir: "beneran ada ya? penyebabnya apa ya?"
Semoga dijauhkan dari syndrome begitu. Aaaamin.
Aamiin...Insaallah tidak mengalami ya, Mba
DeleteIngat selalu ada mahluk kecil yang membutuhkan kita, yang bisa kita ajak bersenda gurau
udah 21 tahun dan 16 thn ya usia anak2nya bentar lagu mantu dong ya bu hajjah
ReplyDeleteMbak Wati emang penuh inspirasi. Salut deh :D
ReplyDeleteKayanya setiap wanita pasti mengalami Baby Blues. Cuma jangka waktunya yang beda-beda
ReplyDeleteBetul tuh! Yang penting hati senang! :D
ReplyDeleteMeski ada baby, perawatan tubuh dan rileksasi juga penting. :)
ReplyDeleteAku kemaren jg sempet baby blues mbak meski cuma bentar gegara begadangan trs dan asi yg blm lancar. Stres x ya tp alhamdhulilah skr udah baik :)
ReplyDeleteSemangattt trs ya mba..memang penting bgt menjaga ketenangan dan kebahagiaan pikiran..spy terhidnar dr baby blues
ReplyDeleteUdah pernah baca kisah naik haji Mbak Wati ini. Namun cerita melahirkannya justru baru tau dari Mbak Eni ini. Trims ya, salam buat kalian semua para ibu yang multitasking 😁
ReplyDeleteTipenya kece banget, jadi ingat zaman melahirkan anak pertama, penuh perjuangan.
ReplyDeleteEkekeke.. kl aku pengalaman hamil pertama ngida, gethuk dan sulittt bgt didapetinnnn
ReplyDeleteaku juga pengen punya pengalaman melahirkan tapi blom juga nih :)
ReplyDeleteWah rada ngilu bacanya jadi ingat pas melahirkan dulu, tapi Mbak Wati hebat tetap bertahan dengan 25 jam kontraksi.
ReplyDeletePerjuangan seorang ibu seperti perang jihad saja penuh pengorbanan jiwa n raga
ReplyDeletePengalaman melahirkan pertama kali selalu menjadi kenangan tak terlupakan. Makasih ya mba, artikelnya menarik, moga bermanfaat 😍
ReplyDeleteDuh... nggak kebayang gimana udah jadi ibu saat sudah mau melahirkan. Setuju sma mba Tanty, pengorbanan jiwa dan raga seorang ibu, demi si putra bisa hadir di dunia...
ReplyDeleteTFS ya mbak Eni...
Anak laki-lali yg berempati kepada ibunya, saya jadi teringat kakak saya. Kalo bisa dibilang, kakak saya laki2 ini justru lebih dekat dengan ibu ketimbang saya hehe :)
ReplyDeleteSalam kenal Mba ^^