Monday

Irawati Hamid: Blogger Dari Bau-Bau-Mari Mengenal Bau-Bau


Irawati Hamid-Blogger Bau Bau
Begitu mendapat kesempatan menulis tentang Irawati Hamid dalan group arisan link, saya langsung tertarik untuk mendengar cerita tentang Bau-Bau. Sungguh, saya penasaran sekali mengingat dulu pernah bersahabat pena dengan seorang customer di online shop (OS) buku yang yang kelola. Namanya Ani, dia begitu atusias dengan buku-buku, baik buku dewasa atau anak-anak, karena konon di daerahnya yaitu, Bau-Bau, untuk membeli buku tidak semudah di kota-kota besar lain. Untuk mengunjungi toko buku seperti Gramedia, harus naik boad ke Kendari dengan biaya yang tidak murah, belum harga buku yang menjadi melonjak sekian persen.

Jadi bertemu OS buku seperti ketemu surga, katanya. Dia juga bercerita bagaimana harus mencari sinyal yang bagus untuk dapat shopping windows ke OS saya, cerita tentang laut Bau-Bau yang bersih, tentang ikan-ikan segar yang diasinkan, bahkan saya dua kali mendapat kiriman ikan asin segar dari Bau-Bau. Benar-benar mantab ikannya, bersih, fresh, bukan ikan-ikan tidak layak jual yang dikeringkan dan diasinkan. Ah, jadi begitu mengetahui seorang blogger (baca: Irawati Hamid) dari Bau-Bau seperti suprise, berbagai pertanyaan selain penasaran dengan keindahan Bau-Bau, saya juga penasaran bagaimana blogger bertumbuh di sana?

Bau-Bau

Pantai di Bau-Bau (Sumbar gambar:  wisata.kompasiana)
Bau-Bau yakni sebuah kota kecil (kota madya) yang terletak di Sulawesi tenggara. Bau-bau ini adalah daerah yang dikelilingi laut, oleh karena itu di sini terdapat beberapa pantai yang tak kalah indah dengan pantai di daerah lainnya di indonesia. Dibandingkan dengan kabupaten atau kodya lain yang ada di Sulawesi tenggara, Bau-bau termasuk kota yang pertumbuhan ekonominya bagus. Mungkin karena itulah para investor dan pengusaha tidak ragu menanamkan modalnya untuk pembangunan.

Seperti mall (setahun terakhir warga Bau-Bau sudah bisa berbelanja di Hypermart, Matahari dept store dan nonton film di bioskop karena sudah adalah Lippo Plaza Buton), rumah sakit (selain RSUD, warga Bau-Bau juga bisa berobat di SILOAM hospital), restoran cepat saji seperti KFC, dan beberapa Bank seperti Mandiri dan BCA yang mana hal-hal tersebut belum bisa dinikmati oleh warga yang ada di daerah atau kabupaten lain di sulawesi tenggara (selain di kendari sebagai ibukota propinsi Sulawesi tenggara).

(Wah, berarti sewaktu saya masih kontinyu berteman dengan Mba Ani, Hypermart dll itu belum ada di sana ya. Pantas saya sering mendapat cerita pantai dan pantai saja).

Tapi, sayangnya di sini belum ada Gramedia atau toko buku besar sehingga bila ingin membeli buku kami harus ke Kendari atau Makassar terlebih dahulu, atau memesannya secara online. Kekurangan lainnya adalah jaringan internetnya yang kadang-kadang tidak bersahabat dengan pemakainya.

(Nah, ini benar kata teman saya berarti ya. Duh, catet...toko buku buruan lah bangun toko kalian di sana. Cerdaskan bangsa hingga sampai pelosok Indonesia! OS saya juga siap loh melayani ke seluruh penjuru dengan harga buku jauh lebih murah dan ekspedisi dengan pos yang via lebih murahnya. Halaaah..kok jadi promo)

Untuk tempat wisata, di sini ada beberapa pantai indah yang menjadi tempat berekreasi saat akhir pekan. Di Bau-Bau juga terdapat benteng terbesar di dunia yaitu Benteng Keraton Buton. Dan untuk kulinernya, sama seperti daerah lainnya di sini juga memiliki kuliner khas, diantaranya:

Kue khas Bau-Bau: Kasumi (sumber gambar: www. irawatihamid.com)
Burangasa
Kalau dilihat sih mirih-mirip camilan di Jawa yang namanya gadasturi, terbuat kacang merah yang dikasih gula merah. Kalau Gandasturi dari kacang hijau yang dikasih gula merah.

Kasuami
Terbuat dari tepung singkong atau ubi kayu yang airnya sudah diperas, dan dikukus dicetak menyerupai kerucut tumpeng kecil. Mengingatkan saya dengan camilan khas Betawi, Timus. Hanya Kasuami tanpa rasa sehingga lezat disantap dengan lauk, kalau Timus diberi gula jawa yang membuatnya jadi manis.

Parende
Sejenis sup ikan yang sangat lezat, apalagi ikan di Bau-Bau terkenal segar.

Blogger Bau-Bau

Berjuang memotivasi diri untuk terus ngeblog
Lalu gimana bisa mba Ira masih tetap aktif di dunia blogger dengan sinyal yang timbul-tenggelam. Dan, ehmmm...gimana pertumbuhan blogger di Bau-Bau. Saya kira kalian juga penasaran dengan jawaban dari pertanyaan ini kan.

Jadi blogger di kota kecil memang memiliki banyak tantangan. Salah satu tantangan terberat adalah jaringan internet yang kadang-kadang lemot dan ngadat di saat yang tidak tepat. Misalnya saja mau posting artikel mepet DL dan pada saat itu jaringan sedang kacau, yah siap-siap ajah makan hati, huhuhu. Pertumbuhan blogger di sini juga  tidak pesat, setahu saya, teman-teman blogger jumlahnya masih belum sampe sepuluh orang.

(OMG! Di Bau-Bau pertumbuhan blogger belum sampai 10 orang , catat! Ini bukan perkara mudah ya berkembang di antara lubang-lubang yang kosong. Pasti perlu motivasi lebih lagi). Memang kendalanya apa saja selain sinyal dan lokasi wilayah?

Kendalanya adalah orang-orang belum menyadari bahwa ternyata ngeblog itu adalah kegiatan yang asyik. Kalo mereka sudah menyadari bahwa ngeblog itu adalah kegiatan yang asyik dan bisa “menghasilkan” saya yakin pasti banyak yang mau jadi blogger, hehe. Di sini gak pernah ada even blogger, makanya saya suka iri sama blogger-blogger kota yang sering banget datang ke even blogger.

(Aduh, padahal banyak yang bisa dikulik di sana ya, wisatanya, kulinernya. Harusnya PEMDA setempat mulai melirik blogger, kalau blogger itu bisa menjadi ujung tombak promo daerah yang tidak dianggap entang loh. Media blogger bisa  menembus seluruh wilayah dengan cepat dan lebih praktis, termasuk hemat secara budget).

Pertama kalinya saya membuat blog adalah pada bulan april 2015 yang lalu di blogdetik, dan saya baru membuat blog www.irawatihamid.com ini pada bulan oktober 2015. Prestasi saya dalam dunia ngeblog sepertinya belum ada yang cetar banget seperti prestasi Mba Eni. Hanya saja dalam banyak kali saya mengikuti lomba blog/giveaway.

(Wah, menurut saya soal prestasi tidak melulu sebuah kemenangan dalam lomba, tapi bertahan menjadi salah satu blogger di Bau-Bau yang jumlahnya tidak mencapai 10 orang....saya kita itu prestasi).

Oya, sebagai penutup... harapan saya PEMDA setempat mulai membuka wawasan tentang blogger sehingga Bau-Bau tidak hanya sebuah daerah dengan pantai yang indah, kuliner yang lezat, tapi juga bertumbuhnya wawasan lebih yang bisa mengembangkan daerah. Di kota-kota besar blogger sudah menjadi boom yang bisa mempromokan apa saja. Nah, kalau harapan mba Ira sendiri apa tentang ini?


Harapan saya semoga semakin banyak teman-teman di sini yang menyadari bahwa ternyata ngeblog itu asyik loh. Jadi blogger itu keren loh. Sedangkan harapan saya terhadap diri sendiri adalah semoga saya semakin rajin menulis dan membagikan hal-hal bermanfaat di blog.

6 comments:

  1. duh Mba Eni, saya benaran terharu loh baca tulisan ini :)
    makasih banget atas tulisannya Mba :*

    sama seperti yang saya katakan pada Mba Eni, harapan saya semoga banyak teman-teman saya di sini termotivasi untuk membuat blog agar teman-teman blogger saya tidak hanya datang dari luar daerah tapi dari Bau-bau juga, amin..

    ReplyDelete
  2. Irawati Hamid: Aamiin..sama-sama ya, mba. saya juga berharap begitu, suatu saat ada even besar yang melibatkan blogger di sana

    ReplyDelete
  3. Salam kenal mba irawati, dan mba eni juga kudu tau blogger di Ambon juga nggak banyak huhuhu

    ReplyDelete
  4. Aku sudah berkunjung ke mba Ira, lumayan beberapa kali. Tapi baru tau di Bau-Bau cuma dikit bloggernya yaa mbaa..
    Perjuangan sinyal itu, luar biasa semangat mba Ira

    ReplyDelete
  5. Bener-bener penasaran dengan pantai di sana. Terkenal kecantikannya kan, trus juga ombaknya jarang. Asik tuh untuk renang ya mbak :)

    ReplyDelete
  6. tidak mencapai 10 orang? jadi Blogger di Bau-bau kurang dari 10 orang, sedikit ya mbak. semoga kedepannya Blogger dari Bau bau makin ramai. amin.

    ReplyDelete