Lindungi Si Kecil (Masa Depan Bangsa) |
Lalu munculnya fenomena
real VAKSIN PALSU, apa yang terjadi di masyarakat? Terutama di kalangan
orangtua, termasuk saya tentunya? Saya sendiri jadi ketar-ketir, melakukan
berbagai praduga. Untungnya ketiga anak saya hanya awalnya divaksin di swasta (rumkit-klinik),
seterusnya di puskesmas dan yang alm saja yang imunisasinya di swasta semua. Meski tidak semua rumkit atau klinik swasta berarti vaksin palsu.
Dan, ini lah yang saya
temukan kondisi di masyarakat dari di sekitar rumah sampai di sosmed akibat
efek vaksin palsu: mereka kehilangan kepercayaan untuk mengimunisasi
anak-anaknya, duh. Beberapa ada yang mencoba cari tahu info bagaimana
mengetahui kalau vaksin anak mereka adalah palsu dan solusi atas itu. Tapi para
orangtua yang memutuskan menghentikan vaksin anaknya yang baru berusia 3 bulan,
saya hanya bisa mencoba memberi semangat untuk tidak menyerah.
Bagaimana pun di
Indonesia bahaya berbagai macam penyakit masih mengincar meski tidak semua
anak-anak akan kena, tapi mencegah adalah hal terbaik. Kita tidak buta melihat
anak-anak yang terpapar polio-pertusis (batuk 1000 hari), korban rubella yang
menjadi cacat, tetanus yang berakhir kematian (kesakitan sebelum meninggal).
Bagaimana ini? Status teman-teman
di facebook meruyak untuk menstop tidak melanjutkan imunisasi bayi-bayi mereka,
bahkan mereka percaya untuk kembali ke kepercayaan orangtua jaman dahulu untuk
tidak perlunya vaksin. Toh, mereka sendiri (para orangtua) banyak yang tidak
divaksin dan sehat-sehat saja. Namun dulu saya kecil pernah kena batuk 1000
hari, vaksin saya tidak lengkap. Alhamdullilah, bisa diselamatkan tapi tidak
semua kondisi seperti ini hanya berpasrah-usaha adalah bagian dari tawakal
kepada Allah SWT, bukan?
Jajaran kesehatan-menteri
kesehatan-media harus mulai mengamankan kondisi seperti ini dengan detil ke
masyarakat lebih luas ketimbang sibuk dan fokus pada satu kasus: Hukuman pada
si pembuat vaksin palsu. Jelas yang tertangkap ya dihukum, kalau perlu hukum
mati karena seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya Pelaku Vaksin PalsuAdalah Pembunuh Berencana. Sebagai orangtua, saya benar-benar marah dengan
kebiadaban mereka apalagi pelakunya juga dari jajaran ahli medis. OMG! Harusnya
mereka orang yang tahu, mengerti, memahami, bahaya vaksin palsu dna pentingnya
vaksin atau imunisasi bagi anak-anak, mengapa justru membuat vaksin palsu???
Sebagai bahan info dari
berbagai sumber yang saya baca, semoga bermanfaat. BPOM (Badan pengawas Obat
dan makanan) memberi pernyataan ada 12 vaksin palsu memiliki merk dagang PT Glaxo
Smith Kline (GSK), PT Sanofi Grup, dan PT Biofarma yang dipalsukan dan kedua
belas vaksin palsu itu, menurut Plt Kepala BPOM, Drs.T.Bahdar Johan H.
APT,M.Pharm, telah ditemukan di daerah:
- Jabodetabek
- Surabaya
- Denpasar
- Bandung
- Pekanbaru
- Palu, Mataram
- Yogyakarta
- Subang
Kedua belas Vaksin yang
dipalsukan tersebut adalah:
- Vaksin harvix
- Vaksin BCG
- Vaksin Polio bOPV
- Vaksin hepatitis B
- Vaksin Campak
- Vaksin TT
- Vaksin penta-bio
- Vaksin PPDRT23
- Vaksin tripacel
- Vaksin eruvax B
- Vaksin Pediacel
- Vaksin engerix B
mau marah, mau nangis, mau menghujat pelakunya... campur aduk mbak bacanya.. aku jd kepikiran anak2ku juga, apa vaksin2 kemarin ada yg palsu ato gmn.. mau nanya RS nya, aku kok ga ykin ya mbak, mrk mau trus terang kalo vaksin mereka palsu :(.. rencana senin pagi bsk aku mw ke RS lg, utk vaksin anakku.. sekalian mw ketemu dokternya utk ngobrol lah.. cuma bisa berdoa aja, moga2 hukuman yg didapet setimpal utk pelaku2nya
ReplyDeletefanny fristhika nila:bener mba Fanny.itulah perasaaan semua ibu saat ini yang memvaksin anak-anaknya. moga2 aman ya mb, gak dpt yang palsu
ReplyDelete