Pameran Buku - 2007 |
(Robi’ah
Al-Adawiyah “ Diary Pengantin”)
Maka ketika saya bertemu calon suami, tujuan pertama kami
adalah menikah. Namun tentu saja pernikahan itu membutuhkan biaya, baik itu
dilaksanakan dengan sangat sederhana, apalagi yang mewah. Dan, ketika kedua
orangtua kami angkat tangan untuk biaya pernikahan maka keputusan selanjutnya
tentu saja ditangan kami berdua, yaitu saya dan calon suami. Lebih mengerikan
kondisi saya sudah satu tahun berhenti berkerja, begitu juga dengan calon
suami. Total jenderal kami berdua: Pengangguran!
- “Bagaimana jika kita memulai usaha, setidaknya kita beri waktu satu tahun. Setelah dana terkumpul selama satu tahun, baru kita menikah?” calon suami saya memberi usul.
- “Usaha apa?”
- “Selama ini selain bekerja di kantor, kamu kan sesekali nulis di sebuah majalah. Bagaimana jika kita memasarkan majalah itu.”
- “Hanya majalah itu, apa cukup?”
- “Tidak hanya majalah itu, tapi semua jenis buku yang diterbitkan oleh penerbit yang menerbitkan majalah itu.”
Ide yang bagus, menjadi distributor buku. Tapi saat itu kami belum mengenal sosmed untuk memasarkan buku-buku, otomatis semua buku harus nyata secara fisik. Tidak bisa dengan foto, cekrek! Lalu diupload, jika ada peminat baru kita beli. Ini buku secara fisik dan ternyata untuk menjual buku-buku dari penerbit besar tidak bisa buku diambil dengan sistem konsinyasi atau dibayar sesuai yang terjual. Kenapa? Karena kami belum memiliki toko buku.
Mana percaya mereka
memberikan buku-bukunya begitu saja, meski berbusa-busa kami menjelaskan buku
tersebut akan kami pasarkan ke toko-toko retail, kami akan sangat jujur dengan
sistem pembayaran buku yang terjual. Penerbit besar atau mayor itu mempunyai
sistem kerjasama yang belum mampu kami penuhi. Apakah ini meruntuhkan impian
kami untuk menikah?
Tentu saja tidak.
Hingga suatu hari pengharapan kami sepertinya menemukan ujung yang indah, kami
bertemu seorang yang dikenalkan teman, Namanya Ode. Ode ini memiliki usaha
penerbitan kecil-kecilan di Yogyakarta, namanya Bukulaela. Penerbitannya belum
ternama, belum berkembang pesat hanya menerbitkan buku-buku teman-teman penulis, termasuk kemudian buku saya,
yaitu novel pertama saya: Sehelai Daun Kapuk Randu. Itu pun dalam oplah yang sangat sedikit, yaitu hanya 500exp.
Awalnya saya dan calon
suami menawarkan untuk memasarkan novel-novel saya sendiri karena melihat pemasaran Bukulaela masih sangat terbatas, sampai di luar
dugaan Ode meminta kami untuk mendistributorkan buku-buku terbitan Bukulaela.
Pasarnya terserah kami, sistemnya konsinyasi, dan buku-buku akan dikirim semua ke
Jakarta oleh Bukulaela. Tanpa kami harus deposit dana, mereka memberikan kami sistem kepercayaan dalam kerjasama tersebut. Padahal Bukulaela bukan sebuah badan usaha yang besar, hanya usaha kecil dengan modal minim.
Antara percaya tidak
percaya, kami langsung menyetujuinya. Kemudian dengan kerja keras menawarkan ke
berbagai toko buku retail di sekitar kampus, sampai ke toko buku-toko buku
besar di pusat perbelanjaan. Bahkan ada satu toko buku cukup besar yang mengajak kerjasama dengan
sistem kredit returnable, yaitu membayar semua buku yang kami drop secara chas,
jika bulan berikutnya tidak terjual sesuai jumlah yang dibayar, tidak masalah.
Karena akan dipotong dipengiriman buku selanjutnya.
Alhamdullilah 11 tahun bersama |
Dan, mungkin banyak
juga tanpa kita sadari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lainnya mempermudah kehidupan masyarakat Dengan demikian tentu saja dari pengalaman kami, UMKM itu sangat membutuhkan
dukungan, selain dukungan masyarakat yang membutuhkannya, UMKM juga sangat
membutuhkan dukungan dana agar mereka berkembang, bisa memberi lebih banyak lagi kepada masyarakat.
Salah satu yang
mendukung UMKM dan jutaan mass market lainnya di Indonesia adalah bank BTPN
Sinaya melalui program Daya, dengan cara kita menabung di BTPN melalui Tabungan
Taseto Mapan.Tabungan Taseto Mapan
ini, selain dana tabungan tumbuh secara optimal, kita secara tidak langsung
sudah ikut memperdayakan masyarakat pra sejaterah dan mass market dalam meningkatkan
usaha mereka, melalui pinjaman dana dan
berbagai pelatihan melalui program Daya.
Mau tahu seperti apa
dana tabungan Taseto Mapan tumbuh secara optimal dengan bunga kompetitif. Berikut ini Simulasi saya dalam
menabung memberdayakan di bank BTPN:
1. Klik Mulai Simulasi
2. Seret arah panah sesuai pilihan berapa jumlah yang ingin anda tabungkan setiap bulan, di sini saya memilih sebesar Rp.500.000.- Begitu juga berapa lama anda ingin menabung, saya memilih selama 5 tahun. Lalu klik Lihat Hasil Simulasi.
3. Inilah hasil Simulasi saya, menabung sebulan Rp.500.000.- selama 5 tahun akan mendapat pertumbuhan dana sebesar Rp.34.000.000.-
4. Bila ingin menyimpan hasil Simulasi tabungan kita masukkan E-mail anda, lalu Klik Kirim.
5. Selesai, Simulasi anda akan tersimpan di email anda.
Nah, tunggu apalagi. Mari
kita menjadi bagian dari memperdayakan mass
market di Indonesia. Banyak loh masyarakat pra sejaterah yang sebenarnya
memiliki potensi untuk mandiri, dan memberi banyak hal pada masyarakat, namun terbentur modal seperti Bukulaela. Mereka tidak hanya pengusaha kecil, tapi juga para pensiunan yang ingin memberdayakan hidup mereka agar mapan.
Wah, seru banget Mbk kisahnya. Aku belum kepikiran ide hiks...semoga menang mbk.
ReplyDelete@Mba Naqiyyah: DL'nya hari ini loh
ReplyDeleteAyo, mba banyak kok ide pengusaha kecil di sekililing kita
@Kang Zeer:' Sip juga ^_^
ReplyDeleteWah baru tau bahwa usaha bukumi udah sejak sebelum menikah ya..barakallah ya utk pernikahannya
ReplyDelete@Ade: Aamiin, makasih
ReplyDeleteIya, Mba Ade...sejak sebelum nikah sudah bergelut di buku
Waaah mbak eni, semoga sakinah, mawadah warahmah ya. Sweet sekali pernikahannya
ReplyDelete@Cahaya: Aamiin..Aamiin...Aamiin Ya Rabb
ReplyDeleteMakasih ya :*
Menginspirasi banget :' mencoba berwirausaha untuk menikah dalam jangka waktu satu tahun, dan sukseees :') sampai sekarang udah berumur 11 tahun aja pernikahannya :) bahagia selalu ya mbak :))
ReplyDeletedaaaaan, yaaak, bukulaela :') sukses selalu juga :))
@Febri: Aamiin..Aamiin..makasih yaaa
ReplyDeleteMba Eni, salut ya perjuangannya ... Keren sekali :)
ReplyDelete@Rach Alida: terima kasih mba ^_^
ReplyDeleteInspiratif Bangedd....!! Sumpah!
ReplyDeletekeren banget bund, inilah yang namanya power of kepepet ya. sungguh keputusan yang berani.
dari pengalaman ini memang terbukti ya kalau usaha mikro dan menengah itu punya peranan yang cukup besar untuk kalangan pribadi.
semoga dengan adanya bank btpn akan semakin banyak pelaku mass market yang bisa mendapat bantuan untuk kemudian mengembangkkan usahanya.
amin
salam blogger dan salamhoki
@mrbedelhok:hahaha the power of kepepet atau the power of love???
ReplyDeleteAlhamdullilah kalau menginspirasi
iya, karena itu kita harus terus mendukung mass market