Ini adalah buku ke tiga yang saya
baca di tahun 2016, rekor ya? Dalam seminggu membaca 3 buku, progres cukup
besar dibanding tahun 2015..tsaaah. Sebenarnya ini hanya kebetulan saja, saya
memprioritaskan membaca karya para ibu hebat, di saat menyusui dan menjelang
tidur. Moga ke depan bisa terus membaca.
Judul Buku : TIME OUT
Penulis : Nuzulia Rahma
Penerbit : GP Press
Genre : Nonfiksi (Psikologi)
Pernahkah anda merasa cemas,
terutama para wanita (Maklum buku ini memang diperuntukan kepada wanita)? Tentu
saja, saya yakin semua pernah merasakan cemas. Bahkan pada hal-hal sepele
seperti: Kira-kira enak gak ya, masakan saya. Buat acara arisan nih, kalau gak
enak apa kata ibu-ibu lain? Dsb
Nah, ternyata Kecendurangan
Kecemasan Tidak Sama Dengan Gangguan Kecemasan (dikutip dalam Time Out, Bab
1-Hal: 1). Dikatakan gangguan bila kecemasan tersebut telah mempengaruhi
psikologi dan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Seperti apakah kecemasan yang
sudah merupakan gangguan? Ketika seseorang sudah melarikan kecemasannya kepada:
- Minum obat-obatan berlebihan, minum alkohol, memukul dan melukai.
- Muncul pikiran dan prilaku kompulsif, seperti makan terlalu banyak (Nah, hati-hati ya, buat seseorang yang tertekan pikiran atau memiliki masalah lantas mengambil pelarian makan banyak), belanja berlebihan (Waduh, kalau kita uring-uringan, bete, terus melarikan diri ke mall dan belanja-belinji lalu hilang perasaan uring-uringan dan bete itu, berarti... Ya wajar sih kalau belanjanya masih batas yang gak nguras seluruh isi ATM plus belanja buanyak pada hal-hal gak penting).
- Merasa dalam kondisi terancam, merasa dirinya dalam keadaan gawat darurat, bahasa kerennya ketakutan/ kecemasan yang irrasional dan tidak realistik.
Kondisi-kondisi tersebut sangat
membutuhkan bantuan ahlinya.
Dan, tahukan bahwa kecemasan
timbul karena sebagian masalalu yang
belum tuntas. Masalalu yang diluar alam bawah sadar kita masih mengendap dengan
rapi di diri kita, yang akan muncul
sewaktu-waktu bila ada pemicunya. Seperti contoh : Mengalami bullying saat
masih sekolah. Korban tidak diberikan kesembuhan trauma dengan baik, tapi hanya
dilewati dengan proses: Sudah Lupakan Saja.
Pemicu trauma tersebut tidak
berarti berupa ingatan: Dulu, aku dibully di sekolah. Tapi bisa berupa kondisi
sederhana, seperti gerakan tertentu dari oranglain. Misalkan ada orang membentak
meski bukan untuk dirinya (hanya mendengar bentakan saja) atau meski dibentak
dalam kondisi tidak parah. Korban akan berdebar, lemas, gelisah atau cemas.
Dan, bisa mengalami kondisi lupa bahwa apa yang dirasakan itu sudah lewat,
sudah selesai, dirinya dalam keadaan aman sekarang.
Bisa dibayangkan bukan, jika
tanpa sadar kita mengkondisikan anak-anak kita dalam kondisi yang bisa memicu
kecemasannya kelak, di saat dewasa. Entah, karena tanpa sadar kita marah-marah,
membebani anak dengan harus berprestasi, jika gagal akan kita pojokan, kita
haruskan lebih giat lagi agar sesuai keinginan kita. Atau anak mendengar orangtua yang setiap hari
bertengkar, ribut, mengeluarkan kata-kata tidak baik. Semua akan terekam dengan
baik dalam otak mereka, tertidur di alam bawah sadar yang kelak akan terbangun
sewaktu-waktu.
Itu hanya pemikiran saya, begitu
selesai m embaca TIME OUT. Mendadak saya takut bersikap atau melakukan sesuatu
yang kelak akan mengisi memori anak-anak saya. Sementara TIME OUT mengulas
tentang berbagai macam contoh lain yang bisa menimbulkan kecemasan dalam diri
wanita. Karena konon, wanita paling rentan dilanda cemas, terlebih wanita yang
multitasking karena memiliki banyak tanggungjawab dan tugas yang harus
diselesaikannya.
Ehmmm, saya jadi ingat ketika
saya masih bekerja di kantor dan menjadi ibu rumah tangga. Dimana beban kerja
yang harus dipertanggungjawabkan bertubrukan dengan pertanggungjawaban saya
sebagai ibu. Dua mata panah yang sewaktu-waktu menghujam emosi saya. Maka
ketika saya memutuskan untuk keluar dari tanggungjawab pekerjaan dan hanya
menjadi ibu rumah tangga saja, dengan satu anak panah menghujam... ini menurut
saya, beban psikisnya lebih ringan.
So, sepertinya saya tidak bisa
banyak bercerita dalam TIME OUT, selayaknya kalian, para wanita membacanya
sendiri. Meski jika bicara tentang tidak ada yang sempurna...bahwa buku ini
kurang mengulas lebih dalam dan detil lagi, tapi cukup membuat para wanita tahu
kecemasan apa yang dirasakannya. Kecemasan biasa atau kah gangguan kecemasan
yang perlu ditangani ahlinya. Bagaimana penangannya?
Okay, selamat menikmati TIME OUT,
hei para wanita ^_^
No comments:
Post a Comment