Perbedaan sebagai Wadah Ilmu dan Berkarya
Dalam hidup saya,
selalu bersatu dengan perbedaan-perbedaan sehingga saya terbiasa untuk itu.
Ayah saya yang islam kejawen dan Ibu saya yang islam taat, usia pernikahan
mereka menuju 40 tahun. Melahirkan 4 anak yang berbeda-beda tapi satu jua
hehehehe. Kakak saya pelukis, saya penulis, dua adik saya: satu mekanik dan
satunya meracik obat di lab.
Kemudian saya menikah
dengan seorang pria yang juga berbeda, jika saya ribet dengan fashion, maka
suami saya pencinta segala hal kesederhanaan, yang penting baginya adalah
kenyamanan dalam berpakaian. Jumlah baju saya bisa dua lemari berderet, beliau
hanya satu rak. Bisa dibayangkan berapa jumlah bajunya-celananya? Apakah saya
tidak pernah memperhatikan atau mengajaknya untuk membeli baju? Ho-ho-ho...suami
tipe yang susah dipengaruhi.
Awalnya saya capek,
memintanya untuk sedikit stylish, sedikit saja mengenakan baju yang berbeda di
sebuah acara atau tempat. Tapi jangan kan, didengar. Dia bahkan mengenakan baju
pesta-baju sholat-baju ngambil rapot anak kami-baju menerima tamu: SAMA, dan
itu baju dari tahu gajah. Akhirnya saya nyerah.
Kami tetap bersama
dengan kemerdekaan pilihan, dan hasilnya: Anak kami 4 (alm yang no tiga),
sebagai istri, saya masih bisa berkarya (menulis novel-ngeblog), juga masih
bisa mengoleksi baju sesuai hobby saya, dan kami berdua sering tertawa
nongkrong berdua di kedai teh atau warung baso layaknya remaja yang sedang jatuh
cinta. Beliau lah yang mendukung sepenuh hati hingga saya bisa melahirkan 20
novel lebih. Ternyata jika kita tidak terlalu fokus dan memaksakan segalanya
harus sama, berbeda itu tetap bisa indah, kan?
Termasuk dalam
berkarya, novel-novel saya semuanya untuk segala pembaca, tidak
mengkotak-kotakan. Makanya saya masih menolak untuk menulis novel dengan label
islami. Mengapa? Meski saya berhijab, saya ingin menulis yang bisa masuk ke
pembaca. Memberi muatan bermanfaat-bermakna bagi siapa saja. Tanpa batasan
keyakinan, setiap orang yang membaca akan mendapat sesuatu, itu harapan saya.
Lalu dalam berteman,
saya juga membuka halaman hati saya bagi siapa saja. Saya punya sahabat dekat
dari berbagai sisi yang berbeda, dan itu memperkaya saya. Saya tidak pernah
melihat seorang sahabat dari apa yang dikenakan atau keyakinan apa yang dianut,
bagi saya persahabatan adalah mengisi perbedaan.
Seperti persahabatan
saya dengan Leyla Hana, meski kami sering berbeda, tapi kami bisa saling
mengisi. Leyla lah, yang menarik saya kembali ke dunia blogger setelah lama
saya tidak aktif ngeblog dan main ke KEB.
- Ayo, Mba Eni, nulis ngeblog lagi. Bisa mengisi hari-hari kita dengan bermanfaat, banyak juga kegiatan bermanfaat yang bisa kita ikutin.
- Mba Eni, kan suka nulis tentang Mpasi, kegiatan Pendar, di facebook. Coba itu dimasukin ke blog
- Iya sih, Mba Ela, tapi Pendar sudah setahun gitu. Telat gak ya, kalau baru ditulis Mpasi dan lain-lainnya. Lagipula di KEB keren-keren banget tuh emak-emaknya, apa blog aku bakal dilihat...
- Udah tulis saja.
Ahai, bahagianya diri
ini. Apalagi di KEB ternyata begitu kekeluarga, setiap BW saya lihat aneka
tulisan lahir dari emak-emak blogger KEB. Semua diterima, dihargai, karya yang
lahir dari siapa tentang apa, sederhana atau mewah, semua mendapat tempatnya.
Hal yang menumbuhkan kepercayaan diri bagi blogger unyu-unyu seperti saya, yang
masih merambah-belajar.
Intinya, kita bebas
berkarya menjadi blogger parenting, atau beauty blogger, atau blogger kesehatan
mau pun blogger nano-nano alias lifestyle blogger seperti saya. Setiap hari
bisa berekspresi mengshare tulisan blog di KEB.
Buat saya KEB seperti
wadah ilmu dan berkarya, segala perbedaan di dalamnya itu ILMU YANG
MENGINSPIRASI.
Selamat Ulang Tahun
KEB...
Wadah bagi wanita
kreatif dan aktif.
9 komentar
semangat terus ngeblognya ya mbak
ReplyDeleteWah hadiah utama duit cash 3 juta weeeeeee
ReplyDelete@Asep Haryono: Doakan saya jadi salah satu pemenangnya, aamiin ^_^
ReplyDelete@Lidya: Makasih mba...
ReplyDeleteKerennya, 20 novel lebih... Meski sy ini wong ndeso, sejak gabung di KEB jg tersemangati dg emak2 keren seperti Mak Eni ini...
ReplyDelete@Ummi Nadiroh: hihihi..ndeso jangan disebut-sebut ah, mak. Ibuku bantul looooh. keren dah pokoknya mak Nadiroh
ReplyDelete@Irma Senja: Insaallah kerasan, Mak. gabungnya mah dari dolo tapi angot2an. Insaallah sekarang lebih fokus
ReplyDeleteNgeblog emang memberikan kepuasan tersendiri dan membuat bahagia hehehe
ReplyDelete@Dodon: bener bangeeet. ada rasa yang tidak terbeli ya ^_^
ReplyDelete