Waspadai Penyakit Pancaroba
Jaga Kesehatan Buah Hati Di Musim Pancaroba |
Setelah kemarau panjang yang membuat kita meraung soal air, di wilayah saya, Tanah Baru-Depok, tetangga kiri-kanan saling berlomba mendalamkan sumur pompa mereka. Karena meski mesin air meraung-raung berjam-jam, air tidak keluar. Sekarang datang musim hujan, namun ritme hujannya tidak jelas. Kadang panas, tahu-tahu hujan deras, begitu sebaliknya.
Pancaroba rupanya sudah datang, masa peralihan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kondisi yang menyebabkan klinik-kilinik kesehatan ramai, penyakit dari bapil, diare, hingga penyakit kulit. Terutama menyerang anak-anak, seperti yang dialami dua anak saya, Lintang dan Pijar. Pijar demam, kemudian batuk, lalu Lintang tahu-tahu diare. Keduanya sembuh, giliran bayi kecil saya, Pendar.
Kalau Pijar cukup saya kasih sarikurma untuk menurunkan panas, jeruk nipis-kecap untuk batuk, kemudian sembuh. Mba Lintang juga cuma dikasih sarikurma, banyak minum, sembuh. Nah, kondisi Pendar cukup membuat saya panik:
Sebelumnya Pendar sehat-sehat saja. Malam Rabu, tiba-tiba pukul 2 malam terbangun dan muntah. Muntahnya tidak terkendali, banyak, ASI semua yang keluar. Saya pikir, apa saat tidur tanpa sengaja minum ASI kebanyakan?
Ternyata muntah-muntah berlangsung sampai keesokan harinya, ditambah diare. BABnya encer, tanpa lendir, seperti bubur yang tidak kental, berarti bukan karena bakteri. Setahu saya, kalau BAB mencret bercampur lendir, berarti diare karena bakteri. Bisa karena makanan kotor, benda-benda kotor yang dia emut. Lalu Pendar muntah-diare karena apa, ya?
Kondisi fisik masih lincah, tidak ada demam, makan juga biasa saja alias doyan, ASI kuat banget. Karena berpikir besok sembuh sendiri, tidak ada demam, anak tidak rewel, saya tidak membawanya ke dokter. Tapi, malamnya, malam Kamis, Pendar demam!
Demam 39.7 C, Alhamdullilah masih kuat ASI. Saat demam itu dibarengin muntah, diare, hanya ASI yang bisa masuk, tidak menyebabkan muntah. Saya tidak kepikiran untuk menghitung berapa kali muntah dan diarenya dalam sehari, karena panik.
Yang saya lakukan, mencegah dehidrasi dengan terus ASI, minum air kelapa hijau dan pedyalite untuk baby. Tidak begitu saya perdulikan soal makan, karena kalau dipaksa makan akan muntah. Supaya ASI lebih berkwalitas, saya minum susu bear, sarikurma.
Jumad pagi, demam reda. Saya mendapati di perut Pendar ada melenting kecil, dalamnya bening, lalu pecah karena tersenggol dan... jadi luka seperti tersundut rokok. Ini kok seperti virus ya???
Dalam hati: Haduwww, muntah-mencretnya belum reda kok sudah muncul penyakit baru 'luka itu',
Mana bekas meleting yang pecah, jadi luka selebar uang logam seratus rupiah.
Nafsu makan Pendar pun berubah dratis, tidak doyan makan sama sekali, kecuali ASI dan minum.
'
Di hari ketiga ini muntahnya Pendar sudah tidak parah, minum air putih sudah tidak muntah, tapi makanan bisa menimbulkan muntah-masih diare. Nafsu makan masih turun dratis.
Berapa kali saya juga ceck, kalau-kalau ada tanda-tanda dehidrasi. Meski tanda-tanda dehidrasi tidak ada, tapi bobot tubuhnya terlihat berubah dratis, matanya juga tidak bersinar. Saya, langsung telepon DSA langganan kakaknya, tapi adanya besok Sabtu pagi.
Ini si Biang Virus, yang berawal melenting kecil seperti cacar air |
Maka Sabtu pagi, saya segera ke DSA, Prof. Soeroso, di Klinik Aji Waras Cilandak. Benar saja, melenting yang menjadi luka selebar uang logam seratus rupiah itu 'virus' (sayang, saya ga meratiin apa nama virusnya, karena terlalu fokus ke penangan cara pengobatannya), virus yang menyebabkan muntah dan diare. Virus yang banyak muncul saat pancaroba. Jadi yang perlu diobati 'virus' itu dahulu, untuk muntah dan diare, akan menyusul hilang dengan sendirinya.
Catatan Penting: CEGAH AGAR TIDAK DEHIDRASI
- Beri ASI terus
-Air kelapa Ijo
-Pedyalite sesui petunjuk penggunaan
-Awasi gejala dehidrasi
-Begitu terdapat gejala dehidrasi SEGERA ke dokter
Virus tersebut juga tidak ada vaksinnya, selain obat yang diberikan dokter, tentu diperhatikan sistem imun anak dengan asupan. Huhuhu...makan saja Pendar masih menolak, gimana mau diberi asupan lengkap. Untung Pendar masih mau ASI, jadi pertama saya perbaiki asupan saya. Lalu saya buatkan Pendar kaldu ikan, kaldu ceker, dia mau kalau dikasih asupan cair.
Setiap hari saya kasih asupan kaldu, menyusul kentang, wortel buah alpukat mentega (dikasih teman, mba Ririn, langsung dari pohonnya, lezat),air putih, air kelapa hijau, terutama ASI. Masuknya asupan sedikit-sedikit, yang banyak hanya yang berbentuk cair.
Meski sedih, akhirnya Pendar kena obat dokter deh, setelah hampir 1 tahun dia lolos tanpa obat dokter, tanpa sakit yang berarti. Tapi mau bagaimana lagi.
Alhamdulilah, berangsur Pendar sehat. Lukanya mengering, muntah hilang, diarenya saja yang agak lama..total jenderal, Pendar sembuh setelah 10 hari.
Baru beberapa hari sembuh, tinggal memulihkan kondisi tubuh, menambah berat badan, tiba-tiba Pendar demam 2 malam-2 hari. Dan...muncul meleting lagi, tapi ini beda. ini meletingnya besar, pecah langsung besar lukanya. Lebih besar dari yang sebelumnya, dan timbul satu luka lagi di sebelahnya...WAW, apaan lagi ini???
Kalau virus, kok gak muntah-gak diare. Tanpa makan waktu saya, langsung ke dokter lagi. Yang ini bukan virus tapi bakteri pancaroba, biasa orang menyebutnya: sumudan. Ini parah, bisa nyebar dengan cepat. Tapi pengobatannya mudah, karena bakteri, bukan virus:
- Cegah agar anak tidak gerah/kondisi keringat berlebihan. Lebih bagus tidur dalam ruangan ber'AC
- Begitu muncul meleting, segera matikan dengan cara: pecahkan dengan kapas, bersihkan dengan alkohol disekitarnya, kasih salep racikan dokter
Lagi-lagi dikasih obat.. Gubrak dah!
Setelah minum obat, mengikuti saran dokter untuk luka itu. calon-calon luka yang ada dua mati sebelum berkembang menjadi lebar.
Lima hari..tuntas sudah penyakit sumudan itu. Alhamdullilah Pendar kembali ceria, nafsu makan timbul dengan sendirinya. Tetapi, musim pancaroba masih berlangsung, PR besar lagi buat tetap menjaga imun tubuh anak, kesehatan anak.
Oya, saat saya ke dokter banyak sekali anak-anak yang sakit kulit gatal-gatal model sumudan, diare-muntah, bapil. Bahkan ada bayi usia 6 bulan, hampir seluruh kulitnya sampai kepala penuh luka sumudan itu. Ya Allah..kasih benar :(
Jadi, moms.. yang punya bayi maupun batita-balita, hati-hati selama pancaroba. Berbagai penyakit di atas pengincar si kecil. Jaga asupan makanan, bila terjadi diare&muntah atau hanya diare, jangan panik. Tindakan pertama: CEGAH DEHIDRASI, jangan dicegah diarenya karena itu sama saja, kita membiarkan bakteri/virus yang seharusnya terbuang di bab, jadi tertahan di dalam tubuh. Jika sakit dalam waktu 3 hari tidak membaik, segera bawa ke dokter.
Boleh pro herbal, tapi ada saatnya buah hati kita butuh obat dokter.
Resep kaldu:
(Bisa ceker/daging ayam/daging sapi, (tinggal pilih), tapi saya menggunakan ceker ayam:
Kaldunya saya campurkan Wortel impor&kentang |
Rebus ceker ayam (saya pakai 8 ceker ayam) selama 1 jam
bumbui:
Jahe 1 cm digeprek
3 siung bawang putih digeprek
*Kalau baby usai 1th ke atas kasih gulgar sedikit
1 batang daun bawang utuh
Setelah kuah cukup kental , matikan api kompor. Simpan kaldu di lemari pendingin buat stock.
Saat makan makan,bisa ditambahkan:
Kentang (karbo)
labu parang (karbo)
wortel (sayur)
brokoli (sayur)
tofu (Protein nabati)
tahu (protein nabati)
labu baby (sayur)
dll
*Pilih sesuai yang anak suka, bahan yang akan dicampur dikukus dulu, baru direbus sebentar dengan kaldu, siap santap. Kalau anak sakit, cukup kasih kuah kaldu saja.
Resep kaldu ikan:
Kaldu Ikan |
Ikan Tenggiri (Menggunakan ikan apa saja, sesuai selera)
kunyit seukuran jari kelingking geprek
3 siung bawang putih geprek
1 belah bawang bombay utuh
1 batang sereh geprek
1 daun salam
kalau bayi usia 1tahun ke atas kasih sedikit gulgar
Masak dalam air hingga 1 jam
simpan kaldu dalam lemari pendingin
Selain memberi kuah kaldu ikan untuk diminum, saya buat oat dengan kuah kaldu panas
0 komentar