Monday

STOP BULLYING! Kadang, Tanpa Sadar Sebagai Orangtua Kita Ikut Membully Anak-Anak


LINDUNGI ANAK-ANAK DARI KESALAHAN ORANG DEWASA
Ini sebuah tragedi kecil sebenarnya, tapi jika tidak ditangani&disikapi dengan BAIK maka akan memberi efek jangka panjang, seperti goresan luka di hati anak-anak. 


Suatu hari salah seorang anak saya, mengalami kejadian di sekolah, yaitu dalam tasnya ADA BARANG MILIK TEMANNYA. terjadilah kegaduhan diantara anak-anak, menangislah anak saya dan temannya yang memiliki barang tersebut.

Kemudian meski barang tersebut, sebut saja X, sudah ditangan pemiliknya tanpa diketahui siapa TANGAN USIL yang menaruh X di tas anak saya, anak tersebut masih menyimpan kekesalan dengan anak saya. 
Hal ini tentu wajar, karena anak tersebut merasa barangnya diambil anak saya. Walau tidak ada bukti akurat anak saya yang mencurinya.



Awalnya ketika anak saya cerita, saya mengabaikannya. Saya pikir hanya kesalahan pahaman biasa, nanti anak-anak akan akur lagi. Tapi ternyata...melalui HP suami saya yang sering dipinjam anak saya buat BBM teman-temannya, terjadi saling cemooh antara anak saya dan temannya.

Cemooh kata-kata pencuri dan tuduhan bahwa anak saya juga mencuri barang teman-temannya membuat saya kaget. Lalu saya yang membalas BBM anak tersebut, jika kata-katanya tidak berubah mencemooh terus, saya akan memberitahu ibunya dan wali kelas
.
Kemudian saya mengajak anak saya bicara dari hati ke hati, meluncurlah cerita...dirinya TIDAK BERSALAH. 
Saya juga menghubungi ibu dari anak tersebut melalui WA dan BBM, karena menurut temen anak saya, ibunya sudah tahu kasus pencurian itu dan marah. 
Astagfirullah...sesaat jantung saya seperti berhenti. 

Namun harapan untuk dapat diskusi dengan ibu anak tersebut PUPUS, Jawabannya sinis, salah satu BBM'nya: Wajar dong, Mba. Anak saya marah karena barangnya diambil
Ibu itu juga menolak diskusi dengan wali kelas, karena saya pikir pihak sekolah terlibat, kejadian di sekolahan. Si ibu menginginkan diselesaikan di luar sekolah, saya dan suami enggan.

Singkat cerita, ibu tersebut seolah mendukung tuduhan seorang anak kecil ke temannya: MENCURI!

Saya tidak mau memberi pembelaan pada anak saya, sebelum saya puas menanyakan lebih lanjut. Walau di depan saya, anak saya jujur-selalu cerita semua kisahnya-tidak konsumtif karena uang jajannya sering sisa-tabungan di rumah juga ada.
Namun..sesungguhnya TIDAK SEMUA  IBU TAHU SIAPA ANAKNYA, itu yang membuat saya tidak begitu saja percaya. Namun, ketidakpercayaan itu hanya saya simpan dalam hati, di depan anak saya: SAYA SELALU MEMPERCAYAINYA.

Saya mengajak anak saya jalan-jalan, membelikan apa yang dia suka, lalu lanjut diskusi soal tragedi itu, jawaban anak saya tetap sama dan runutnya sama. Berganti suami saya yang diskusi, juga tetap jawab dan runutnya sama. Kesimpulan saya, anak saya TIDAK BERSALAH. Ini hanya salah paham anak kecil. 

Akhirnya niat untuk bertemu dengan orangtua anak tersebut di depan wali kelas untuk mengclearkan tragedi ini menguap, mengingat ibu anak tersebut tidak mendukung. Kami berpikir, keduanya pasti akan damai kembali, anak saya akan melupakan tragedi itu. Toh, yang penting dia TIDAK MENCURI.

Hingga suatu malam, saya terbangun dan mendapati anak saya sholat Tahajud, pukul tiga pagi. Saya terkejut dan bertanya: Tumben sholat tahajut?
Katanya: Biar terhindar dari fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan
JLEB!

Dini hari itu saya tertidur dengan sedih, berlanjut keesokkannya anak saya bertanya:
Ibu, kalau orang dituduh mencuri apa itu akan terus dituduh sampai bertahun-tahun?
Maksudnya?
Iya, orang yang tertuduh itu akan terkenal sebagai pencuri walau tidak mencuri
JLEB!

Ternyata tragedi yang saya dan suami pikir kecil...BUKAN HAL KECIL BAGI ANAK-ANAK. 
Dan anak saya seperti itu karena membaca BBM ibu temannya, tanpa sepengetahuan saya..DUH!
Maka suami memutuskan untuk sharing ke wali kelas, dan alhamdullilah wali kelas bersedia menangani targedi itu dengan caranya secara adil, antara anak saya dan temannya tanpa kehadiran kami para orangtua.

Hingga kemudian...anak saya dengan gembira bercerita, Bu Guru tahu aku bukan pencuri. 
Ahaiiiii...betapa pentingnya pengakuan itu baginya
BETAPA LUKA SEORANG ANAK DITUDUH MENCURI OLEH ORANG DEWASA.

Dari tragedi ini...Hei, Moms semua
Saya hanya ingin mengingatkan...bahwa terkadang tanpa sadar kita, orang dewasa, sudah membullying anak-anak...anak-anak bangsa ini
Hanya karena hal sepele diantara anak-anak
Pembelaan kita pada anak kita yang berlebihan, bisa menjadi awal membullying anak-anak lain di luar sana, baik yang bersalah dan tidak bersalah.
Rasa SOK PERCAYA DIRI, BAHWA KITA TAHU ANAK KITA..bisa membuat kita out of control, dan melukai hati anak-anak lain

Mengutip kata-kata wali kelas anak saya, bahwa anak-anak lain juga anak-anak kita. Sebagai ibu walau tidak melahirkannya...selayaknya kita melindungi semua anak-anak.

Saya kembali ingat, peristiwa 4 atau 5 bulan lalu, dimana jari salah satu anak saya dibuat biru oleh teman sepermainanya,, penyelesaian yang INDAH, saya memeluk anak tersebut dan membisikkan: Kalian harus saling berteman, karena kalian anak-anak Ibu
Percaya tidak percaya..anak saya dan temannya itu..MENJADI SAHABAT AKRAB hingga kini.

So, Ayukkkk Moms...STOP BULLYING KEPADA ANAK-ANAK, BULLYING YANG TANPA KALIAN SADARI...akan menjadi luka dalam hati seorang anak


Anak berhak BAHAGIA meski dengan cara yang SEDERHANA



1 comment:

  1. Mudah2an kita menjadi orang tua yg bijaksana dalam menyikapi permasalahan anak

    ReplyDelete