Tuesday

99 Hijab Stories - A Beautiful Spiritual Journey





Judul       : 99 Hijab Stories (Beautiful Spiritual Journey)
Penulis    : Muhammad Assad
Penerbit  : GPU
Tebel     : 525 hal
Genre    : Non Fiksi
Terbit    : 2013
ISBN    : 978-979-229751-5

Islam sangat menghormati dan memuliakan wanita. Dalam satu riwayat disebutkan bahwasanya wanita laksana intan permata. Kita pun sudah mengetahui bahwa 'Surga' berada di telapak kaki seorang wanita mulia bernama Ibu.  Karena itulah, Allah sangat ingin menjaga wanita dengan mewajibkan mereka untuk berhijab.

Membaca buku setebal 525 yang berisi kisah 99 orang wanita Indonesia dari berbagai kalangan (pejabat, artis, model, desainer, profesional, pramugari, hingga pengemudi busway)  yang memakai hijab dalam kesehariannya dan berpretasi dalam bidangnya masing-masing ( sebenarnya genap seratus ditambah kisah ibunda si penulis, namun penulis tetap keukeuh memberi judul 99 Hijab Stories), seperti mengingatkan saya tiga tahun ke belakang...

Sekitar Juni-Juli 2011 dimana pertama kali saya memutuskan untuk berhijab pada usia 33 tahun, merasakan permulaan mengenakan hijab yang terasa panas, sedikit 'ribet', pontang-panting mengumpulkan baju-baju dan hijab, karena sebelum mengenakan hijab saya paling suka mengenakan pakaian yang simpel, seperti you can see dan celana selutut. Dan tentu saja menghadapi masa cemooh, ketidak percayaan lingkungan akan perubahan yang saya alami. Tiga bulan saya beradaptasi pada frase tersebut sampai mencapai titik 'nyaman' mengenakan hijab.

Jika kita ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, sudah pasti akan banyak cobaan. Ya itulah tantangannya dan itu juga jawaban mengapa Surga hanya untuk orang-orang pilihan.
'Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah...' (QS.Al-An'am [6]:116) 
(hal:31)

Kalau April Jasmin mengisahkan perjalanan hijrahnya dari tidak memakai jilbab hingga memakai hijab memberinya kekuatan (hal: 154), barangkali juga demikian dengan saya. Karena sebulan setelah mengenakan hijab, saya mengandung alm Gibran yang kemudian dipanggil kembali saat putra bungsu saya itu berusia 5 bulan membuat saya semakin menyadari hanya Allah hidup saya kelak kembali.

Dan, dari 100 kisah wanita berjilbab dalam buku ini, anda akan menemukan bermacam-macam kisah sebab musabab mereka berjilbab. Ada yang sedari kecil, ada yang pernah memakai lalu membukanya dan memakai kembali (seperti yang dikisahkan Dian Pelangi, hal: 200-Hijab (Mengubah Jalan Hidupku), ada yang melalui proses seperti saya, ada yang melalui pengorbanan karir dan sebagainya. 

Buku yang ditulis Muhammad Assad dengan bahasa ringan, kadang diselingi humor ini, secara keseluruhan sangat inspiratif  sehingga saya sarankan layak untuk dibaca  anda wanita muslimin yang masih memiliki beribu macam alasan belum memakai jilbab. Berikut The most top reason yang paling terkenal (hal:34-41), dan setelah membaca buku ini harus anda kubur dalam lubang besar yang ditimbun tanah tujuh lapis The most top reason tsb: 
1. Saya belum siap
2.Menghijabkan hati dulu
3.Belum dapat hidayah
4.Tidak yakin hijab itu kewajibab
5.Panas dan merusak rambut
6.Dilarang orangtua
7.Sudah mendapat rejeki/pekerjaan
8.menjauhkan diri dari jodoh
9.Kuno dan tidak terlalu modis
10. Takut jadi jelek

Sebab hijab itu wajib hukumnya dikenakan wanita sebagai mana dalam Al Quran Surah Al-Ahzab ayat 59.

Sebagai penutup resensi, jika bicara soal kesempuranaan maka itu hanyalah milik Allah. Maka dalam buku apik ini ada yang sedikit mengganjal hati saya, karena beberapa dari 100 wanita di dalamnya yang berbagi kisah tentang perjalanan mereka berhijab masih ada yang memakai hijab dengan gaya aneh (menurut saya), yaitu membuka bagian depan yang menampakkan rimbun rambut: Hal 100 profil Nafsiah Dahlan Iskan, lalu Hal 128 profil Yenny Wahid yang menampakkan rambut dan leher jenjangnya.

Mengingat penulis mengusung Surah Al-Ahzab ayat 59: Hendaklah mereka mengulur jilbabnya ke seluruh tubuh mereka... (hal:29)

Namun lepas dari itu mungkin, itulah makna belajar perlahan menuju menjadi yang lebih baik, seperti saya yang masih sangat jauh dari sempurnah dalam hijab.




5 comments:

  1. Jadi ingat awal mula pakai hijab mbak, merasa malu karena waktu itu banyak teman-teman yang sudah berhijab.

    ReplyDelete
  2. Jadi inget pengalaman diri sendiri waktu mulai niat mau berhijab. Langsung semangat bilang ke suami mulai besok maj berhijab. Tapi trus bingung karena baju aku rata-rata rok mini sama cardigan 3/4 semua. Akhirnya dibeliin celana panjang dan sweater deh sama suami. Kalo jilbabnya pake punya mama ��

    ReplyDelete
  3. Dulu aku menunda berjilbab saat kuliah krn alasan masih blm mau meninggalkan hobi menari. Akhirnya memutuskan mulai pakai tepat 1 hari setelah menari di pentas seni besar di kampus. Besoknya teman2 lgsg bilang, "Bia, abis jaipongan lgsg tobat nih?". Kalau diingat lg pengen ketawa, tp bersyukur jg dimudahkan prosesnya & disupport banyak orang :)

    ReplyDelete
  4. Aku pake hijab sejak kelas 2 SMA, duh kd mengenang perjuangan masa itu deeh

    ReplyDelete
  5. Memakai jilbab itu kewajiban, soal hati tergantung akhlaknya masing-masing. Sebenarnya kurang tepat, kalo belum memakai jilbab karena masih mau menata hati. Justru dengan jilbab kita bisa lebih bersemangat menata hati, bukan?

    ReplyDelete