HUJAN BULAN JUNI - Sepilihan Sajak
Judul : HUJAN BULAN JUNI - Sepilihan Sajak
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : GPU
Tebel : 120hal
Genre : Non Fiksi
Terbit : Juni 2013
ISBN : 978-979-22-9706-5
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakan rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
*(Hal: 104)
Suatu sore yang dingin saya menerima sebuah buku bersampul hardcover dengan warna dominan putih berbackground bias percik air dan daun separuh. Buku setebal 120 halaman, ada pembatas buku berbentuk daun hijau kekuningan didalamnya yang mengingatkan saya pada sehelai daun nangka jatuh di rumah Ibu...
Kemudian ketika membuka lembaran pertama akan disuguhkan gambar ranting kering dengan dua tetes air yang hinggap dan sehelai daun kering...
Secara keseluruhan saya jatuh cinta pada buku itu dan membacanya berulang-ulang...
Saya tidak pandai meresensi atau review sebuah karya terlebih ini sajak, sebab sajak menurut saya adalah karya jiwa seseorang. Siapa yang tidak mengenal Sapardi Djoko Damono dan sajaknya Hujan Bulan Juni atau Aku Ingin?
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang dijadikan abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikan tiada
(hal:105)
Namun sebagai apresiasi saya terhadap sajak, saya ingin bercerita sedikit tentang buku ini ...
Buku berisi 102 sajak indah yang tertulis dari tahun 1959 sampai 1994 oleh Sapardi Djoko Damono pujangga Indonesia.
Kata-kata yang mengalir dalam sajak-sajaknya begitu sederhana, bahasa hati yang tidak perlu kita melipat dahi atau membuka KBBI. Beberapa sajaknya banyak bicara tentang alam, mengingatkan saya akan Sastra Hijau yang sedang digalakkan di Indonesia, dan Sapardi Djoko Damono dalam karyanya Hujan Bulan Juni masuk dalam ranah sastra hijau meski seorang filolog dan guru besar bahasa, A.Teeuw mengatakan :
Dia (Sapardi Dkojo Damono) menciptakan genre baru dalam kesustraan Indonesia yang sampai kini belum ada nama yang sesuai untuknya...
Namun secara feel subyektifitas saya sepaham bahwa sajak-sajak Sapardi Djoko Damono masuk dalam sasta hijau, termasuk yang berjudul Hujan, Jalak, Dan Daun Jambu. Simak penggalan sajaknya berikut ini (116):
Hujan, Jalak, Dan Daun Jambu
Hujan turun semalam
Paginya jalak berkicau dan daun jambu bersemi
...
Jadi secara keseluruhan memang layak sajak beliau masuk dalam ranah sastra hijau. Selain masuk dalam sajak yang romansa sebab sebagai penikmat sajak, saya sering merasa tersanjung sendiri membaca sajak sapardi Djoko Damono, seperti pada saja berjudul Pertemuan (hal:32)...
Perempuan mengirim air matanya
ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan
ke landasan cakrawala, kepalanya di atas bantal
lembut bagai bianglala...
Walau ada juga beberapa sajaknya dalam buku ini yang membuat saya gagal paham dalam mencari maknanya, seperti (hal:87):
Tuan
Tuan Tuhan, bukan?
Tunggu sebentar
saya sedang keluar
(1980)
Namun demikian diluar feel subyektifitas saya, buku ini sangat layak untuk dijadikan hadiah termanis bagi pasangan atau mungkin juga...sahabat baik anda atau mungkin jadi salah satu buku yang mengisi rak buku di rumah. Jika memang anda benar-benar merasa mahluk yang romansa jangan sampai bilang belum memilikinya ^_^ . Tapi jangan juga melupa dengan Aku Ini Binatang Jalang milik Khairil Anwar, meski tidak semanis puisi Sapardi Djoko Damono, puisi-puisi Khairil Anwar memiliki sisi romansa yang tidak terlihat.
8 komentar
Buku ini begitu dalam maknanya, banyak yang suka
ReplyDeleteSetuju mb
Deleteiya..buku ini banyak banget yang beli..puisinya indah2 banget..dan bermakna...
ReplyDeletebetul mb buku wajib ini
DeleteTuan
ReplyDeleteTuan Tuhan, bukan?
Tunggu sebentar
saya sedang keluar
(1980)
Jadi gimana, sudah dapat pemahamannya belum? Soalnya saya juga sangat nggak paham :D
Mungkin begini
Deleteseseorang mencari tuhan , belajar banyak agama untuk mengenal/mencari sang yg tunggal
Tunggu sebentar
Ia sedang keluar menanyakan pada tuan yg lain
Mungkin begitu, ini cuma penafsiran saya saja
Mungkin begini
ReplyDeleteSeorang mencari tuhan, belajar banyak agama , mencari tuhan sang yg tunggal
Tunggu sebentar
Ia sedang keluar menanyakan pada tuan yg lain
Tuan
Tuan tuhan, bukan ?
Mungkin begitu
Mungkin begini
ReplyDeleteSeorang mencari tuhan , belajar banyak agama , mencari tuhan sang yg tunggal
Tunggu sebentar
Ia sedang keluar menanyakan pada tuan yg lain
Tuan
tuan Tuhan, bukan ?
Mungkin begitu