Sunday

Frankfurt to Jakarta



Judul Buku                                      : Frankfurt to Jakarta: Janji, Kenangan & Takdir
Penulis                                              : Leyla Hana & Annisah Rasbell
Editor                                               : Tim Edu Penguin
Penerbit                                            : Edu Penguin
ISBN                                                 : 602-17777-2-7
Harga Buku                                     : Rp. 45.000
Tebal Buku                                      : 320 halaman
Cetakan Pertama                             : Juni 2013

Bismillah...
Ini lah resensi pertama yang coba saya tulis, saya persembahkan untuk teman baik saya dalam dunia kepenulisan, Leyla Hana.
Membaca Frankfurt to Jakarta adalah menembus pertanyaan saya akan duet novel yang sedikit 'mengulik' rasa penasaran saya: Bagaimana kah Leyla Hana sukses mengajak seorang penulis baru Anisah Rasbell untuk duet dalam novel???
Anisah Rasbell yang baru saya tahu tulisannya berupa laporan perjalanan atau travell dalam sebuah majalah. Sementara untuk Mba Leyla sendiri saya sudah membaca beberapa bukunya, baik fiksi dan nonfiksi seperti: Cinderella Syndrome, Jean Sofia dan Catatan Hati Ibu Bahagia.

Trantaaam...dalam 3 jam saya kelar melumat Frankfurt To Jakarta (FTJ), ini yang tertangkap dalam hati saya tentang novel duet tsb:



Bercerita tentang seorang Lelaki yang bernama Fedi Rizal Prabowo (dalam imajinasi saya secara fisik dia seorang lelaki tidak kekar, tinggi, berhidung mancung&berkacamata. Kalau artis saya membayangkan Fedi ini seperti Ferry Salim), yang terlibat cinta segi tiga dengan Rianda Setyaningrum (yang terangkum dalam pikiran saya, tidak terlalu cantik tapi sangat modis, smart dan luarbiasa menarik. Seperti pemeran salah satu Karyawan Agus Kuncoro yang dicemburui Ai dalam Para Pencari Tuhan*lupa namanya) dan Andini Yusuf (yang membayang dimata saya, dia seorang gadis sangat sederhana, cantik alami yang tidak terlalu menonjol sehingga saya tidak menemukan gambaran fisiknya didunia seleb. mungkin karena saya tidak banyak tahu para seleb hehehe.

Berawal dari Pertemuan Rianda saat kuliah di Frankfurt dengan Fedi, bersemilah cinta mereka melalui perhatian-perhatian Fedi yang digambarkan sangat romantis, berani, to the point, penuh kejutan yang akan digilai banyak gadis pada umumnya. Lalu saat tiba waktunya Fedi pulang ke Indonesia terukir lah seribu janji bak Romeo Juliet. Janji yang Fedi ikrarkan di Main Tower, salah satu gedung kebanggaaan dan simbol Kota Farkfurt masa kini.

Tepatnya di sebuah cafe dalam Main Tower lantai 53 diiringi irama life musik, piano klasik, Fedi mempersembahkan cincin kepada Rianda:
"Rianda, janji yah selesainya kuliah nanti, kamu datangi aku lagi dan menikah denganku." (Hal:85)
"Iya, aku janji. Kamu juga harus Janji, Fed. Setia menungguku disana." (Hal:86)

Terpisahlah mereka, di Jakarta jalan cerita berlanjut sebuah perjodohan ala Taa'ruf dalam Islam, Fedi menerima perjodohan itu begitu juga dengan Andini Yusuf yang waktu itu masih kuliah dan berusia 20 tahun. Anak betawi, yang tidak didukung oleh orangtuanya untuk kuliah lebih tinggi. Tapi Andini masih berharap kelak Fedi yang berpendidikan itu menginjinkan ia melanjutkan kuliahnya yang terpaksa cuti karena proses pernikahan.

Dalam kehidupan pernikahan mereka seperti pengantin baru lajimnya, penuh romansa hingga dikaruniai Putri Kayla, disinilah impian Andini akan dunia perkuliahan mulai kandas. Terlebih ketika kemudian lahir Fathan, Andini semakin menyadari dunianya hanya di rumah, di dapur. Berbarengan dengan sikap Fedi yang berangsur-ansur berubah 180 derajat. kehidupan batin Andini kerontang. Rumah ini selalu sepi..ada dan tiada dirimu (Hal:212).

Final Andini dengan membawa Kayla dan Fathan kabur ke rumah orangtuanya, bersamaan sudah terjalinnya kembali hubungan Rianda dengan Fedi secara diam-diam. Rianda yang semula mengetahui pernikahan Fedi dari facebook waktu masih di Frankfurt, mengalami berbagai kehancuran hati hingga membuat bermetamorfosis menjadi seorang Rianda yang berhijab, sukses memiliki butik muslimah di Indonesia, namum tetap seorang diri di usianya yang matang. Kembali kepelukan Fedi karena pertemuan tak sengaja di sebuah pesta, dan manuver Fedi yang membuatnya kembali tak berdaya, kembali memaafkannya bahkan menerima ketika...FEDI MELAMARNYA DENGAN CICIN BERLIAN DAN GAUN PENGANTIN NAN INDAH.

“Rianda, aku tahu sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mengubah masa lalu kita. Tapi kita masih punya kesempatan untuk merencanakan masa depan kita. Kamu... Mau, kan?” (Hal: 216).
“Rianda aku sudah memikirkan matang-matang. Aku tidak mau terus membohongi diri sendiri, kalau aku masih mencintaimu. Please, Marry me, Rianda...” (Hal: 219).

So bagaimanakah kelanjutan ini novel? 
Apakah Rianda jadi menikah syah dengan Fedi? Lalu bagaimana tanggapan Andini? Dan apakah justru terjadi penceraian antara Andini dan Fedi?

Ehmm, kalau saya tuntaskan disini tidak menimbulkan rasa penasaran akut di hati pembaca deh, untuk mengetahui akhir dari kisah Fedi-Rianda-Andini silakan beli bukunya yah. Anda akan menemukan jejak-jejak penulis yang mengulik dengan jelas sampai saya bisa membayangkan indahnya Main Tower Di Frankfurt, duh salut Icha bisa menulis sehidup itu. Saran saya cobalah nerbitin buku travell. Lalu ruwetnya kota Depok sampai detil ke tukang asongannya. Suatu progress bagi Leyla Hana dalam ngupas detil di bukunya. 

Kelebihan novel ini adalah menyadarkan saya bahwa sebagai wanita dibutuhkan sikap tegas, smart dalam sikap, pemikiran, juga pandai mempercantik diri meski direpotkan anak-anak dan pekerjaan rumah. Sungguh saya amat tidak mendukung sikap Andini yang slebor dalam penampilan, terlalu pasrah dan tidak berani mengeluarkan uneg-unegnya kepada suami. Juga pelit untuk diri sendiri, dibutuhkan loh sesekali istri meminta jatah uang untuk kesenangan diri sendiri agar terhindar dari pojok ‘STRES’. Lalu... amat sangat saya ingin menghajar Fedi yang dalam penilaian saya begitu cemen, egois. Perayu..Huuu, bisa berbusa saya menghujat Fedi kalau diteruskan. Dan Luar biasa saya bangga kepada Rianda, sosok wanita smart, mandiri, dan...temukan sediri yah mengapa saya paling idola sama Rianda padahal dalam cerita ini dia ini masuk wilayah WIL..Nah, loh?

Untuk pengulasan penulisnya terhadap karakter tokoh-tokohnya, sukses kedua penulis mengobok-ngobok hati saya dengan deskrip karakter yang bikin saya gregetaaaaan: Duh, Diniiiiii...kamu kok slebor banget sih, pelit banget sih. Suami kamu kan kaya. Tuh, WIL’nya dibeliin berlian. Atau: Fediiiii, dasar laki-laki lembek, plin plan.. bisa-bisanya sama WIL kamu kasih barang branded, istrimu pake daster butut prodak pasar! Atau: Ya ampuuuun Riandaaaaaaa, kamu kok stupid banget sih masih aja mengharap Fedi! Atau; Ih, Orangtua Andini buat apa kekayaan kalau gak mentingin pendidikan!

Namun konon mengutip kata Mba Linda Satibi, tak ada gading yang tak retak... jika menemukan kekurangan dalam novel ini, menurut saya pribadi tidak banyak sih. Paling pengungkapan yang kurang GREGET saat Rianda bermetamorfosis berhijab, terlalu biasa penulis menggambarkannya. Sementara saya sediri melalui tahap yang amazing banget buat perjalanan batin saat memutuskan berhijab itu. Tidak sekedar pakai sekali lalu nyaman dan dengan simpel..pakai hijab aja. Ada sesuatu perjalanan batin yang ajaib. Alangkah asyiknya kalau bagian ini dikulik lebih dalam, dan bab pada bagian proses bertemunya Rianda dengan Dion saat naik gunung. Saya pikir ini seperti kasus yang ‘menclok’ begitu aja, terlalu tiba-tiba disaat mau Ending. Tidak ada benang merah sebelumnya sehingga perjalanan Rianda ke gunung itu meski diulas apik secara deskrip, mengganggu feel saya dibagian-bagian menuju puncak heheheheh

Selebihnya recomend deh buat dibaca, agar anda juga semakin tahu, kepiwaian Leyla Hana mengajak duet penulis baru hingga menjadi novel yang apik. Salut juga buat Annisah Rasbell

No comments:

Post a Comment